Ketika banyak film berdasar video game gagal memikat penonton, Rampage bersinar di layar lebar. Ini alasan adaptasi game 80-an yang dibintangi Dwayne Johnson jadi layak tonton!
Warner Bros, studio yang biasa mengadaptasi komik DC ke layar lebar, sukses garap Rampage, adaptasi video game populer era 1980-an berjudul sama. Besutan Brad Peyton yang dibintangi Dwayne Johnson, Naomie Harris dan Malin Akerman ini menurut boxofficemojo jadi film terlaris minggu lalu, kalahkan film horor yang lagi banyak dibicarakan netizen, A Quiet Place.
Dirilis 13 April di Amerika Serikat, bahkan dua hari lebih awal di Indonesia, film bermodal $120 juta ini sukses raup $35 juta lebih pada pekan pembukaannya, yang diprediksi berlanjut pada pekan-pekan berikutnya di seluruh dunia.
Rampage cukup mengherankan dibanding film berdasar video game lain yang bernasib mengenaskan. Ingat Super Mario Bros. (1993) yang aneh itu? Lalu Mortal Kombat (1995), yang meski tak terlalu buruk, tapi tak bisa dibilang sukses. Bahkan Prince of Persia: The Sands of Time berakhir gagal meski dibintangi nama besar Jake Gyllenhaal, Ben Kingsley dan Gemma Arterton. Lebih sial lagi Resident Evil, yang dihujat habis-habisan penggemar game horor.
Sementara Tomb Raider (2018), dirilis sebulan lalu, dianggap menampilkan karakter Lara Croft yang lebih baik berkat akting Alicia Vikander. Aksinya terbilang keren, mirip yang kita jumpai dalam game aslinya. Sayangnya, secara keseluruhan film itu dianggap lemah karena plot yang tak digarap tuntas. Tak ada ketegangan layaknya memainkan game-nya. Meski begitu, Vikander dinilai berhasil bikin Lara Croft baru, lepas dari bayang-bayang Tomb Raider versi Angelina Jolie.
Awalnya bikin pesimistis!
Rampage mengisahkan primatolog Davis Okoye, diperani Dwayne Johnson yang punya ikatan emosional kuat dengan George, gorila luar biasa cerdas yang ia rawat sejak lahir. Tapi sebuah eksperimen genetika yang buruk mengacaukan mahluk ini. George yang lembut dan penurut jadi monster yang suka mengamuk. Saat monster-monster baru lain melintasi Amerika Utara, yang menghancurkan segalanya sepanjang perjalanan, membuat Okoye dan pakar genetika harus menyelamatkan obat penawar, dan berjuang melewati medan perang yang berubah-ubah. Dunia harus diselamatkan, bencana global harus dihindarkan!
Harus diakui, Rampage awalnya menciptakan pesimisme baru, meski dibintangi Dwayne, si aktor termahal sepanjang 2016 sekalipun. Tapi jawaban Brad Peyton, sang pembesutnya, mungkin sedikit menjawab kiat sukses film ini.
“Studio sering membuat adaptasi video game demi memuaskan selera gamer belaka, dan hasilnya harus sesuai dengan apa yang sudah ada dalam game. Situasi ini bisa menyulitkan, karena gamer suka dengan sang jagoan.Jika Anda bikin banyak hal yang mengada-ada, yang tak ada dalam game aslinya, hasilnya pasti gagal.”
Satu hal lagi, yang jadi kunci sukses Rampage. Film ini berkembang menjadi pertarungan antar-monster, dengan gambar-gambar menakjubkan, suara menggelegar, dan efek luar biasa. Juga, adegan pertarungan antar-monster raksasa yang heboh.
Rampage memang mengingatkan film sukses King Kong (2005) besutan Peter Jackson, yang menampilkan gorila legendaris lawan T-Rex untuk melindungi Naomi Watts.
Sementara dalam Godzilla (2014) menampilkan monster terkenal yang dikembalikan ke akarnya sebagai kisah asli dari Jepang.
Lain lagi dengan Kong: Skull Island (2017) yang dibintangi Tom Hiddleston, Brie Larson dan Samuel L. Jackson, konon bagian pertama dari film yang kelak akan menggabungkan seluruh monster terkenal. Jika, katakanlah “Kong lawan Godzilla” pertarungannya bisa seru dan menggelegar, bukan?
Sesungguhnya, tak semua adaptasi video game berakhir gagal. Silent Hill: Revelation (2012) meski tak begitu sukses dalam perolehan pendapatan, cukup diapresiasi karena sukses menampilkan semua elemen penting yang jadi ciri khas game.
Sementara Warcraft (2016) meski menuai banyak kritik, tetap mampu merebut hati penggemar.
Rampage adalah game Arcade terkenal. Dalam gamenya, kita bisa memilih tiga monster raksasa: George (gorilla), Lizzie (kadal) dan Ralph (serigala). Tugas Anda hanyalah menekan tombol untuk menghancurkan kota, memakan orang dan mengalahkan pasukan tentara. Ada beberapa hal menarik di film yang bertujuan menghormati gamenya. Penciptanya, Brian Colin, tampil sebagai kameo dalam film ini. Warna kulit George di game adalah coklat, tapi para pembuat film membuatnya putih untuk menghindari kemiripan dengan King Kong. Game asli Rampage dapat terlihat di meja kantor karakter yang diperankan Malin Akerman, orang yang membuat rencana jahat dengan nama “Project Rampage”. Hal menarik lain mungkin adalah ketika karakter Dwayne Johnson ditahan dan diinterogasi oleh Jeffrey Dean Morgan, apakah dia anggota dari Justice League. Tapi tentu adegan menghancurkan gedung adalah hal yang paling mirip gamenya.
Rampage? Tampaknya sukses sesungguhnya film ini masih harus dibuktikan. Dengan menontonnya!