Tumbuh dengan membenci paparazzi karena selalu ditanyai masa kecil dan kabar kakak perempuan kembarnya yang super-populer, Elizabeth Olsen taklukkan Hollywood tanpa harus jual nama besar keluarga.
Meski aktingnya dipuji setinggi langit saat berperan dalam Martha Marcy May Marlene, popularitas diraihnya lewat waralaba Captain America. Kini, Hollywood dikejutkan sosoknya yang dewasa dan akting yang makin matang dalam Wind River. Lewat film yang disebut terakhir itu, Elizabeth Olsen seperti memproklamirkan diri sebagai aktris dewasa yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Lewat Wind River besutan Taylor Sheridan, Elizabeth Olsen yang beradu akting dengan Jeremy Renner itu pun disambut gempita kritikus dan penonton. Setidaknya hingga jelang tutup tahun 2017 di sejumlah festival, film ini gaet 8 penghargaan dan 13 nominasi, di antaranya “Breakthrough Directing” untuk Taylor Sheridan di ajang Hollywood Film Awards serta Best Director versi Cannes 2017. Sheridan adalah penulis film aksi keren Sicario, dan kini sekuel yang juga ia tulis, Soldado masih menampilkan dunia hitam narkoba, tetap dibintangi Benicio Del Toro dan Josh Brolin, segera edar di musim panas mendatang.
Wind River mengisahkan Cory Lambert, diperani Renner, petugas Dinas Satwa Liar di Wind River, Wyoming, yang menemukan mayat gadis berjaket biru. Lambert yang menghubungi pihak berwajib kemudian dikirimi Jane Banner, diperani Olsen, agen FBI culun yang bertugas memecahkan kasus ini. Jane yang mulai frustrasi, Lambert yang penyendiri, dan misteri siapa sang pembunuh jadi greget luar biasa film debut penyutradaraan Sheridan ini.
Dengan penceritaan sedikit mengingatkan Mystic River (2003) besutan Clint Eastwood, Wind River tak saja dibalut sinematografi serta narasi indah itu, tapi juga mendebarkan berkat penampilan matang Renner dan akting Olsen. Kini ditayangkan secara streaming di CATCHPLAY, tak salah jika kritikus menyebut Wind River sebagai “Film Thriller Tahun Ini.”
Tak sia-sia Olsen dilatih selama tiga bulan demi perannya sebagai agen FBI. "Aku dilatih para petugas penegak hukum dan mantan anggota Beret Hijau yang pernah bertugas di Irak. Ini peran pertama di mana aku harus tampak terbiasa menggunakan senjata," ungkap Olsen pada USA Today.
Mudahnya cewek satu ini membangun chemistry dengan Renner juga bukan tanpa sebab. Keduanya pernah bekerja sama dalam film-film Avengers. "Tingkat kepercayaan kami tumbuh pesat. Lizzie (panggilan Olsen) dan aku sangat dekat selama bertahun-tahun, kami bahkan bertetangga. Ia bergaul dengan keluargaku, jauh sebelum film ini dibuat,” ungkap Renner.
Hari-hari ini, Olsen sibuk mempromosikan Wind River jelang festival besar BAFTA, Golden Globe dan tentu saja Oscar 2018. Tahun ini ia juga terlibat dalam drama besutan Mark Raso, Kodachrome (2017). Setelah sebuah seri TV, ia kembali berperan sebagai Scarlet Witch dalam waralaba Avengers, yakni Avengers: Infinity War yang disutradarai duo bersaudara Anthony Russo dan Joe Russo, yang dirilis tahun depan.
Tak ayal lagi, sebagai “incaran baru” Hollywood, ia senang karena kerja kerasnya diperhitungkan, bukan dianggap sekadar anggota keluarga Olsen. Karena lebih sebal lagi jika ia hanya disebut adik perempuan dari kembar amat terkenal sejagat Mary-Kate Olsen dan Ashley Olsen, bintang cilik seri TV Full House itu! Kesebalannya bukan karena kedua kakak kembarnya itu, tapi sikap paparazi yang ia nilai keterlaluan.
Aku lebih seksi!
Elizabeth Chase Olsen, biasa dipanggil Lizzie, lahir pada 16 Februari 1989. Ia tampil pertama kali di depan kamera saat balita dalam peran kecil di film TV How the West Was Fun (1994) dan The Adventures of Mary-Kate & Ashley, seri straight-to-video saat kelas empat SD. Setelah itu, ia “menghilang”. Tak seperti kedua kakak kembarnya, yang saat itu amat terkenal, Olsen lebih tertarik dengan kursus menari.
Puas dengan dunia tari, ia kembali jajal akting lewat Silent House (2011), dan bikin semua orang tercengang lewat peran Martha dalam Martha Marcy May Marlene (2011), yang menominasikannya di banyak festival di antaranya Independent Spirit Award untuk Aktris Terbaik.
Tak berhenti di situ, perannya juga ciamik dalam Liberal Arts (2012), Kill Your Darling (2013), Very Good Girls (2013) bersama Dakota Fanning, In Secrets (2013) di mana ia beradu akting dengan pemenang Oscar Jessica Lange dan Oscar Isaac, juga dalam Old Boy (2013) adaptasi film Korea terkenal itu, dan tentu saja sederet blockbuster dari Godzilla (2014), Avengers: Age of Ultron (2015) hingga Captain America: Civil War (2016).
Bercermin dari pengalaman kedua kakaknya, sejak kecil ia benci paparazi yang menguntit ke mana kedua kakaknya pergi. Kebencian itu menjadi-jadi saat Mary-Kate diberitakan menderita anoreksia dan dirawat di Pusat Perawatan Gangguan Makan. Meski kedua kakaknya sesekali masih tampil di depan kamera, sejak remaja mereka berdua lebih fokus pada bisnis busana berlabel Elizabeth and James, yang kini nilainya tak main-main. Keduanya bahkan masuk daftar remaja terkaya di Amerika dan pebisnis paling muda di dunia. Penamaan “Elizabeth,” adalah meminjam namanya, sementara “James” nama abang mereka bertiga.
“Paparazi orang-orang menyebalkan dan membosankan. Mereka selalu saja tanya bagaimana masa kecilku? Apa kabar Mary-Kate Olsen dan Ashley?” kata Olsen yang satu ini. “Jika mereka bertanya begitu, aku biasanya jawab, ‘Hei! Aku berakting lima-enam tahun belakangan ini, tidakkah kalian tahu? Masa kecilku pasti lebih ruwet dari masa kecil kalian. Kabar mereka? Oh, mereka sibuk bekerja!”
Seperti kedua kakak kembarnya, ia tak punya akun media sosial. Gara-gara perannya dalam besutan Matt Spicer, Ingrid Goes West, sejak 2016 diam-diam ia membuat akun Instagram rahasia. Maklum, ini film drama komedi yang menyatir kegilaan orang zaman kini terhadap sikap narcistik di media sosial, dan dalam film itu Olsen berperan sebagai bintang Instagram dan influencer. Ia harus bermain dan mengalami sendiri menggunakan media ini. Tentang ini, ia bilang, “Aku bukan orang yang mengobral kehidupan pribadi dan kampanye diri lewat media sosial,” katanya. Maka jangan harap Anda melihat banyak foto-foto selfie tak jelas seperti kebanyakan orang.
Lalu, seperti apa yang ia posting? "Oh, misalnya makanan yang rasanya tak enak seperti seharusnya, atau foto matahari terbenam,” jawab Olsen pada The Los Angeles Times.
Tapi inilah yang membedakan Elizabeth Olsen dengan kedua kakak tenarnya itu. Ia pecandu buku. Favoritnya adalah The Sun Also Rise karya Ernest Hemingway, yang menurutnya, “Saat aku membacanya, aku merasa jantan.”
Jika kakak kembarnya kompak bertubuh kurus dan selalu berwajah jutek dan dingin di depan awak media karena berprinsip “Jangan beri kesenangan pada paparazi!”, Lizzie yang memang bertampang lebih manis, berbadan lebih sehat dan sintal, masih rela memberi senyum hangatnya. Dan satu lagi. “Aku lebih seksi!” katanya dengan senyum sumringah.