wiseguy
by wiseguy

Ang Lee adalah keajaiban Asia di Hollywood. Minatnya pada film melebihi apa pun. Imajinasinya liar, indah, tak terduga. Ia berkultur Asia, menguasai teknologi Hollywood, dan bergaya pikir mendunia.

Meski pencapaian dan reputasi mendunia, dalam kehidupan nyata, Ang Lee mengaku hanya seorang suami patuh isteri dan ayah yang terkagum-kagum pada dua anaknya.

Lahir pada 1954 di Pingtung, Taiwan, ia lulus dari National Taiwan College of Arts pada 1975. Kemudian ia merantau ke Amerika Serikat pada 1978 untuk studi penyutradaraan di University of Illinois di Urbana-Champaign, dan melanjutkannya di jurusan produksi film di New York University. Di kampus terakhir ini, ia menjadi asisten sutradara Spike Lee (Old Boy).

Setelah menulis sejumlah naskah skenario, ia tampil di adegan film Pushing Hands (1992), drama komedi yang berpusat pada metafor teknik Tai-Chi "Pushing Hands".  Inilah bagian pertama dari trilogi yang mengeksplorasi dan merefleksikan konflik antar-generasi dan adaptasi budaya Taiwan.

Tak lama setelah itu The Wedding Banquet (1993) ia besut, fim yang mendapat nominasi Golden Globe dan Oscar dan memenangi Golden Bear di Festival Film Berlin.

Bagian ketiga trilogi yang menampilkan sosok garis patrarkal yang kuat Sihung Lung adalah Eat Drink Man Woman (1994), yang dinominasikan sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik di ajang Oscar.

Sejak itu, Hollywood, dan dunia, terpana karya-karyanya!          

Di balik karya-karya hebat Ang Lee…

Ada hal amat menarik di balik karya-karya hebatnya. Pengaruh ayahnya yang sangat kuat, dan kesulitannya di masa remaja dalam berkonsentrasi belajar.

Lee satu dari empat bersaudara. Ayahnya, Sheng Lee, dan ibunya Se-Tsung, pindah ke Taiwan setelah perang saudara di Taiwan. “Ayahku mewakili masyarakat patriarkal China tradisional. Aku selalu di bawah bayang-bayangnya, itu masalahku. Ia mengajariku cara bertahan dan jadi orang yang berguna. Ia kepala sekolah – entahlah itu hal baik atau hal buruk,” tuturnya suatu ketika.

Ketika kecil, ayahnya menuntutnya belajar sepanjang waktu. Di mata ayah, belajar adalah hal terpenting dan menuntut Lee remaja bisa memiliki profesi terhormat saat dewasa. Profesi terhormat menurut versi ayahnya adalah jadi guru seperti dirinya.

Itu membuat Ang Lee tertekan. Persoalan makin berat Karena ia sukar berkonsentrasi di sekolah. Pikirannya terus-menerus berfantasi tentang film, film, dan film! Tuntutan belajr membuat talenta seninya tak terekspresikan, kecuali dengan nonton film sekali seminggu.

Ayahnya, yang hingga akhir hidupnya mencapai usia 90-an tahun, melihat Ang Lee dewasa sebagai orang yang tak pernah benar-benar bekerja. “Membuat film bukan hal yang diharapkannya. Bahkan ketika aku dianggap sukses oleh Hollywood, ayah masih mengatakan, ‘Kini saatnya kamu mengerjakan sesuatu yang riil!’” kata Ang Lee mengenang. “Aku hormat dan cinta ayahku, tapi aku tak akan mendidik anak-anaku seperti ayah mendidikku.”  Menurut Lee, figur ayah sesuatu yang ia cinta, tapi di saat bersamaan ia merasa “tercekik” dan selalu ingin melawannya.

Seperti bidang apa pun, sukses tak datang begitu saja. Ada masa Ang Lee melewati tahun-tahun perjuangan seorang seniman penuh kesederhanaan.

“Saat aku mengirim naskah, itu titik paling rendah hidupku. Anak kedua kami baru lahir. Ketika membawanya pulang dari rumah sakit, aku pergi mengambil uang di ATM untuk membeli popok. Kubaca di layar, uangku tersisa $26.”

Ia menikahi Jane Lin pada 19 August 1983, dan dengannya mereka dikaruniai dua anak lelaki, Haan (lahir 1984) dan Mason (lahir 1990), keduanya lahir di Illinois. Haan kini grafik novelis, dan Mason merintis karier sebagai aktor. Mengaku bukan orang  romantis, sehingga ia beralasan, “Karena aku bukan pria romantis, kupikir aku perlu bikin banyak film romantisme .”

Memiliki minat besar pada film sejak kecil, mempelajarinya secara ilmiah di sejumlah kampus, dan kemudian jadi salah satu sineas terhebat di zaman kini, apa pandangan Lee tentang film itu sendiri? “Film adalah provokasi. Film bukan pesan, bukan pula sebuah statemen. Aku kira film adalah media hebat untuk menggungah perasaan,” paparnya.

Nyaris tak terdengar gosip buruk tentang Ang Lee. Ia juga sangat didukung keluarganya. Lee bahkan punya pengalaman unik dengan perkawinannya. Enam tahun pertama perkawinannya, ia mengaku menjadi bapak rumah tangga yang memasak dan mengurus dua anaknya, sementara sang isteri berkarier. Setelah sukses di peta film dunia, isterinya mulai meninggalkan pekerjaannya dan mengambil alih urusan rumah tangga.

“Isteriku sangat berkuasa di rumah. Semua hal ia yang atur. Dan aku bahagia karenanya. Kadang aku merasa jadi anaknya yang ketiga….”