wiseguy
by wiseguy

Sutradara Ang Lee hadirkan Billy Lynn’s Long Halftime Walk, film berlatar perang Irak. Setelah 4 tahun vakum, ia kembali hadir dengan mengusung teknologi yang mendebarkan!

Setelah absen selama empat tahun, Angle Lee kembali hadir dengan Billy Lynn’s Long Halftime Walk. Film hasil adaptasi novel karya Ben Fountain ini digarap dengan teknologi yang digambarkan sebagai “lompatan sinematik yang jauh ke depan.” Pengambilan gambarnya secara digital sangat berbeda dengan teknologi yang pernah dipakai sebelumnya.

Selain aktor utama Joe Alwyn (A Higher Education), film tentang tentara muda Amerika Serikat yang diterjunkan di tengah panasnya perang Irak ini juga menghadirkan aktris utama Kristen Stewart (The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 2 ; American Ultra) serta didukung Chris TuckerVin Diesel (Last Witch Hunter, Pitch Black) dan Steve Martin. Sony dan mitra bisnisnya setidaknya menggelontorkan $40 juta untuk memproduksi film ini.

Tapi, besutan baru Lee ini tidak saja berpotensi mencuri Oscar tahun depan, memicu pembicaraan baru di kalangan industri film, dan berisiko tak bisa diputar di sembarang bioskop. Apa pasal? Formatnya yang sama sekali baru hanya bisa diputar di sejumlah kecil bioskop!

Karena hanya sedikit bioskop yang memiliki proyektor canggih, sedikit pula yang akan bisa menikmati karya dan teknologi baru yang pertama kali digunakan Lee ini?

Mari kita cemburu dengan masyarakat New York yang jadi penonton pertama teknologi baru ini!

Perwakilan New York Film Festival mengatakan, seperti dikutip situs nytimes.com, pemutaran perdananya digelar pada 14 Oktober di sebuah bioskop yang relatif kecil, dengan hanya 300 kursi. Bioskop ini memiliki proyektor yang mampu memutar film berformat 3-D, 4K ultra-high-definition yang berputar sangat cepat, 120 frames per detik. Tak ada film yang ditonton publik luas dengan teknologi ini sebelumnya, menurut panitia festival dan Sony Pictures, yang akan merilis Billy Lynn’s Long Halftime Walk secara nasional di Amerika Serikat pada 11 November nanti.

Format visual yang dihadirkan Lee menjadi seperti produk pada pameran teknologi perfilman, terutama dalam hal kecepatan. Selama ini, film diputar dengan kecepatan 24 frames per detik sejak tahun 1920-an. Dari segi kualitas, kecepatan ini memberi kualitas luar biasa dan sangat hidup di mata penonton.

Untuk mendapatkan gambar tajam hingga batas kemampuan mata bisa menerima efek 3-D,  para sineas biasa bereksperimen dengan kecepatan lebih tinggi. Peter Jackson mencoba 48 frames per detik dalam The Hobbit: An Unexpected Journey (2012); James Cameron sedang mempertimbangkan kecepatan sinematografi lebih tinggi untuk sekuel Avatar. Tapi, tak ada sutradara arus utama semaju Lee. Peraih dua Oscar ini bahkan sedang menoreh sejarah dalam penggunaan teknologi baru di industri film!

“Perjalanan Billy dalam film ini sangat intim dan epik, diceritakan nyaris sudut pandang dirinya, terutama dilakukan dengan intensitas untuk menciptakan emosi, sehingga pendekatan baru ini perlu dikembangkan,” begitu kata pria asal Taiwan itu dalam satu pernyataan. Menurut sutradara pertama Asia pemenang Oscar itu, teknologi “seharusnya selalu melayani ekspresi artistik, yang membuatnya menjadi kuat dan segar, karena cerita dan drama adalah hal paling penting.”

Marc Platt, seorang produser, mengatakan, “Film harus punya alasan kuat menggugah penonton yang tak terikat dengan piranti tertentu, dan itu berarti berani mengambil risiko.”

Bagaimanapun, film ini dinilai cukup berisiko karena teknologi sinematografinya memiliki sentuhan hyper-reality sangat tinggi. “Sejumlah penonton yang ikut uji coba teknologi ini mengatakan, 40 menit setelah melihat potongan adegan pertempuran, mereka masih gemetaran,” kata Ben Gervais, seorang penyelia sistem produksi film, seperti diungkapkannya pada Variety.com.

Ang Lee, dengan besutan barunya ini memang bikin penasaran!

Jadi, apa yang harus dipersiapkan sebelum nonton film ini? Berondong jagung lebih banyak? Atau, sebuah persiapan mental? Semua menjadi layak dipersiapkan. Ini film berteknologi baru yang siap mencuri Oscar pada 2017, lho!