wiseguy
by wiseguy

Kemenangan The Shape of Water gaet 4 Oscar, di antaranya Film Terbaik dan Sutradara terbaik bagi Guillermo del Toro buktikan, sineas asing -- terutama Meksiko -- makin eksis di Hollywood!

Oscar tahun ini makin memberi gambaran gamblang invasi sineas asing di Hollywood, terutama dari Meksiko. Drama fantasi/ fiksi ilmiah The Shape of Water yang dinominasi pada 13 kategori dan hasilkan 4 Oscar – Musik Asli, Desain Produksi, Film Terbaik, dan Guillermo del Toro sebagai Sutradara Terbaik – secara khusus bahkan menunjukkan kedigdayaan sineas Meksiko dalam peta film Hollywood.

"Dibesarkan di Meksiko saat kecil, aku adalah penggemar berat film asing hebat seperti 'E.T. the Extra-Terrestrial" kata del Toro di atas panggung. "Beberapa minggu yang lalu, Steven Spielberg bilang padaku, jika kau menemukan dirimu di sana, jika kau ada di podium, ingatlah kau bagian dari peninggalan, bagian dari dunia para sineas yang bangga akan hal itu. Dan aku sangat, sangat bangga!"

Del Toro juga mempersembahkan kemenangannya pada sineas muda. "Kuingin persembahkan ini pada semua pembuat film muda, yang menunjukkan bagaimana segala sesuatunya dilakukan,” tuturnya dengan sumringah. “Aku semula hanya bocah yang terpikat film, kupikir ini mustahil terjadi. Tapi ini terjadi! Aku ingin memberi tahu, semua yang bermimpi menggunakan fantasi untuk menuturkan kisah tentang hal nyata di dunia, Anda dapat melakukannya. Inilah pintunya. Tendang agar terbuka, dan masuk!”

Del Toro, sebelumnya pernah memenangkan tiga buah Oscar 2007 lewat Pan's Labyrinth, untuk kategori Sinematografi, Riasan dan Pengarah Seni Terbaik. Sayang, Pan's kalah di kategori Film Berbahasa Asing Terbaik oleh The Lives of Others, film Jerman yang memang sangat powerful itu. 

Yang menarik, Del Toro sendiri pernah mengalami kekerasan yang membuat keluarganya terpaksa meninggalkan Meksiko. Di tahun 1997, ayahnya diculik mafia dan meminta tebusan kalau nyawa sang ayah masih ingin diselamatkan. Bagaikan di film-film, namun pengalaman inilah yang membuatnya piawai menulis kisah-kisah gabungan fantasi dan realita, seperti yang ia tampilkan dalam Pan's Labyrinth dan Shape of Water. 

Del Toro satu dari tiga sutradara asal Meksiko dalam lima tahun terakhir peraih Oscar, menyusul Alfonso Cuarón dengan Gravity (2013),  Alejandro González Iñárritu lewat Birdman (2014), yang mengulanginya setahun kemudian dengan The Revenant (2015) dan sekaligus sebagai Film Terbaik, serta memberi Leonardo DiCaprio Oscar yang ia nanti-nantikan. Jangan lupa, dalam kurun waktu sebelumnya, Iñárritu dinominasi di kategori yang sama lewat Babel (2006), menjadi sutradara Meksiko pertama yang dinominasi Oscar, sementara kelak Cuarón jadi sutradara asal negeri itu yang benar-benar membawa pulang Oscar untuk pertama kalinya.

Gravity

Tiga sekawan yang biasa disebut Three Amigos ini  beberapa tahun terakhir mendirikan Cha Cha Cha Films. Rumah produksi ini telah merilis sejumlah film yang tak bisa diabaikan begitu saja seperti Rudo y Cursi (2008), Mother and Child (2009), Biutiful (2010), seri TV Trollhunters (2016-sekarang), serta Saturn and the End of Days yang masih dalam development. 

Mereka sebenarnya tak sendirian, nama besar lain dari Meksiko  adalah sinematografer Emmanuel Lubezki, yang diam-diam telah memenangkan tiga Oscar lewat Gravity, Birdman (2014) dan The Revenant (2015); lalu ada Rodrigo Prieto, si' juru gambar' untuk The Wolf of Wall Street, Argo dan Brokeback Mountain;  pemenang Oscar lainnya dari Meksiko adalah production designer Eugenio Caballero.

Berjayanya Three Amigos cs ini menunjukkan bahwa sineas Amerika Latin bukan talenta sembarangan. Setidaknya, trio ini memulai karir mereka dari bawah, sejak awal tahun 1990-an, ketika Meksiko masih didominasi film-film murahan dan telenovela yang membahana. Namun mereka punya visi yang berbeda: memproduksi film-film tentang manusia, sesuatu yang terjadi sehari-hari macam serbuan HIV, adu anjing hingga sejarah negara mereka sendiri.

Di Hollywood, karya perdana Cuaron adalah Little Princess (1995), lalu remake Great Expectation yang menampilkan Ethan Hawke, Gwyneth Paltrow dan Robert De Niro, sementara del Toro lewat Mimic (1997) yang menampilkan Mira Sorvino dan Josh Brolin. Satu dekade kemudian, di luar dugaan trio ini perlahan telah menjajah Hollywood. Lihat saja sukses komersil maupun artistik Hellboy, Pacific Rim, Gravity, Birdman hingga The Revenant.

Dunia sinema Meksiko terbilang relatif muda dibanding tradisi perfilman Eropa. Sejarah perfilman Meksiko diawali pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika sejumlah peristiwa sejarah – terutama Revolusi Meksiko – mulai didokumentasikan dengan medium baru, yakni film. Selama masa keemasan sinema Meksiko, sinema Meksiko mendominasi industri film Amerika Latin.

Festival Film Internasional Guadalajara adalah festival film Amerika Latin paling bergengsi, ajang tahunan yang  digelar di Guadalajara, Meksiko. Meksiko dua kali gaet penghargaan tertinggi di Festival Cannes, setelah memenangkan Grand Prix du Festival International du Film lewat Maria Candelaria (1946) dan penghargaan Palme d'Or (1961) untuk Viridiana, lebih dari negara Amerika Latin lainnya. Meksiko adalah potensi yang tak boleh diremehkan Hollywood!