Tak ada Jojo dalam “Sunny”. Setelah diadaptasi, menciptakan dan menjadi karakter Jojo dalam Bebas tak hanya seru, gila, tapi juga tak terlupa. Ini pengalaman saya!
Tonton BEBAS, gaet Cinema 21 Movie Card senilai Rp.200,000. Caranya:
1. FOLLOW Instagram CATCHPLAY+
2. Nonton “Bebas” kemudian Screenshot atau video ke Instastory kamu. Jangan lupa Tag @catchplayplus_id
Buruan, cuma untuk 3 pemenang dan berlaku dari tanggal 3 hingga 23 Februari 2020.
Menjadi Jojo dalam Bebas garapan sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana, adalah pengalaman tak terlupa. Saya belajar banyak, mulai dari proses persiapan, syuting, sampai promo. Hal-hal seru memerani karakter yang hidup di era ’90-an, jadi satu-satunya cowok di geng cewek, sampai berada di tengah adegan tawuran yang epic. Semua saya temukan ketika jadi anggota geng BEBAS.
Asiknya Jadi Remaja’90-an!
Bebas, diadaptasi dari film Korea Selatan, Sunny, berlatar dua timeline. Yaitu periode 1995-1996, ketika karakter-karakternya masih duduk di bangku SMA, dan 2019 ketika mereka dewasa. Setelah proses casting cukup panjang, saya terpilih perani karakter Jojo remaja, satu-satunya cowok di geng cewek yang bermulut pedas dan paling jago dance di antara mereka. Ini bukan tugas mudah, tapi saya senang luar biasa mendapat karakter ini karena berkesempatan mengeksplorasi lebih jauh acting saya.
Memerani remaja era ’90-an bukan hanya tantangan buat saya, tapi juga buat teman-teman geng Bebas yang lain. Kami baru lahir di era tersebut. Masa reading selama satu setengah bulan saya manfaatkan untuk riset cukup detil. Saya banyak bertanya ke orangtua dan browsing di internet, cari tahu seperti apa gaya bicara, gaya rambut, cara berpakaian remaja di masa itu, dan lagu-lagu apa yang populer. Riset saya sangat terbantu dengan naskah Bebas yang kuat dan dialog-dialog Jojo yang hampir semuanya lucu dan penuh punchline. Saya jadi punya gambaran awal karakter Jojo melalui dialog-dialognya.
Selain riset, waktu proses reading Mas Riri sempat meminta para pemain remaja bertukar peran dengan para pemeran dewasa. Melalui proses ini, saya jadi mendapat banyak insight tentang remaja era ’90-an dari teman-teman pemain dewasa yang memang mengalami masa remaja di era itu; apa saja yang dibahas, istilah-istilah apa yang tren saat itu, dan sebagainya. Dari hasil riset, saya mengumpulkan lagu-lagu ’90-an dan membuat playlist yang saya dengarkan terus selama proses persiapan. Ini membantu untuk semakin menjiwai semangat remaja ’90-an.
Bangganya Kerja Sama dengan Sutradara Riri Riza!
Karakter cowok yang keperempuan-perempuanan seringkali mengundang perdebatan. Justru karena itu saya tertantang. Pada kenyataannya, ‘karakter Jojo’ ada di tengah-tengah kita dan saya tak ingin terjebak stereotype tertentu dalam membawakannya. Beruntung, saya mendapat privilege yang mungkin tak dimiliki semua pemain film. Saya bekerja sama dengan sutradara peraih Piala Citra, Riri Riza yang memberi ruang diskusi yang terbuka, sehingga kami bisa saling bertukar pikiran bagaimana menerjemahkan karakter Jojo.
Sulitkah memerani karakter ini? Jojo dalam Bebas adalah karakter baru yang diciptakan penulis naskah Mira Lesmana dan Gina S. Noer bersama sutradara Riri Riza. Dalam Sunny, anggota gengnya tujuh cewek. Bebas beranggotakan lima cewek dan satu cowok, Jojo. Di satu sisi, membangun karakter Jojo menurut saya lebih mudah karena bagi yang sudah menonton Sunny, karakter Jojo tak punya perbandingan.
Di sisi lain, ini tantangan unik dan jarang ditemui di film lain karena saya harus membawakan karakter yang sama sekali baru, tanpa referensi, hidup di era ’90-an, dan diperani dua orang berbeda: Saya Jojo remaja dan Baim Wong sebagai Jojo dewasa. Pengalaman saya membangun karakter ini jadi pengalaman sangat berharga dan seru. Mas Riri juga membebaskan saya dan Baim untuk berdiskusi dan membuat keputusan.
Tim acting coach waktu itu melakukan beberapa metode menarik agar kami bisa mengeksplorasi Jojo. Awalnya, saya dan Baim masing-masing diberi kertas untuk menulis biografi Jojo. Saya diminta menulis siapa nama panjangnya, tanggal lahir, zodiak, makanan kesukaan, dan seterusnya. Jawaban saya dan Baim dicocokkan dan dicari titik tengahnya. Inilah yang kemudian dikembangkan jadi karakter Jojo yang kami perani.
Heboh dan Gilanya Saat Syuting!
Meski adegan dance geng Bebas dalam film hanya sekitar lima menit, saya dituntut terlihat seluwes mungkin. Karena Jojo paling jago dance dan yang mengajari koreografi gerakan ke teman-teman gengnya. Menari jadi tantangan berikutnya, karena badan saya kaku banget. Awalnya sulit sekali merespon gerakan dance dengan lentur. Jadi, tiap selesai sesi latihan dance bersama koreografer, saya menambah sesi latihan. Lama kelamaan, badan saya mulai luwes mengikuti gerakan tarinya. Heboh dan gila, pokoknya!
Tantangan lainnya adalah adegan tawuran. Di adegan itu, Jojo, sebagai karakter yang paling nyinyir di antara anggota geng, adu mulut dengan salah satu anggota geng lawannya, Baby Girls, yang diperani Nada Novia. Adu mulut itu tak ada dialognya dalam naskah, sehingga saya dan Nada harus berimprovisasi dan membuat kalimat celaan yang tajam, tapi juga harus kocak. Di adegan ini, hasil riset dan eksplorasi saya untuk karakter Jojo diuji. Hasilnya? Dijamin ketawa ngakak dan sekaligus bikin kalian kangen sahabat-sahabat masa SMA!
Jangan sampai ketinggalan, ya. Yang belum nonton, atau, ayo nonton lagi heboh dan gokilnya film BEBAS! Kini eksklusif hanya di CATCHPLAY+.
*) Baskara Mahendra adalah pemeran Jojo remaja dalam BEBAS. Atas perannya ini, ia dinominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Festival Film Indonesia 2019 -Piala Citra), serta gaet penghargaan Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Festival Film Tempo 2019) dan Breakthrough Actor (Indonesia Film Critics Society 2019). Baskara juga berperan dalam My Generation (2017), Lima (2018) dan Sebelum Iblis Menjemput 2 (2020).