Menulis skenario Bebas adalah proses yang sangat saya nikmati. Inilah alasan saya mengadaptasi Sunny dan menentukan kurun waktunya. Plus serunya memilih deretan lagunya!
Tonton BEBAS, gaet Cinema 21 Movie Card senilai Rp.200,000. Caranya:
1. FOLLOW Instagram CATCHPLAY+
2. Nonton “Bebas” kemudian Screenshot atau video ke Instastory kamu. Jangan lupa Tag @catchplayplus_id
Buruan, cuma untuk 3 pemenang dan berlaku dari tanggal 3 hingga 23 Februari 2020.
Tak banyak yang menyadari selain sebagai produser, saya juga ikut serta menulis cerita dan skenario beberapa produksi Miles Films, antara lain Petualangan Sherina (2000), Ada Apa Dengan Cinta 1 (2002), serta menulis skenario Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016), Laskar Pelangi (2008), Sang Pemimpi (2009), dan Kulari Ke Pantai (2018). Menulis skenario film Bebas adalah proses yang sangat saya nikmati!
Bebas merupakan adaptasi film Korea Selatan berjudul Sunny (2011) karya Hyeong-Cheol Kang produksi CJ Entertainment. Ide mengadaptasi Sunny diawali pertemuan saya dan sutradara Riri Riza di kota Busan, Korea Selatan, 2017. Saat itu kami ada di sana untuk menghadiri Asian Project Market (APM) untuk proyek film kami, Humba Dreams (2019). Proyek Humba Dreams berhasil meraih penghargaan CJ Entertainment Award di APM. Pertemuan dengan CJ Entertainment berlanjut dengan bincang-bincang tentang kemungkinan kerja sama. Mereka sangat suka karya Miles Films dan menawarkan kemungkinan co-production atau me-remake salah satu Intelectual Property (IP) cerita film yang mereka miliki. Di antara sekian banyak IP yang dikelola oleh CJ Entertainment, mereka memperkirakan kami akan tertarik dengan Sunny. Baik saya maupun Riri hanya bisa berjanji untuk menontonnya saat kembali ke Indonesia.
Setelah menontonnya, saya dan Riri jatuh hati dengan ceritanya! Kisah yang sangat menyentuh tentang persahabatan dan nostalgia masa remaja. Sunny unik karena menceritakan dua lini masa yang berjalan beriringan. Sesuatu yang belum pernah ada di film Indonesia. Kami langsung menyadari ini bisa jadi kisah manusia Indonesia. CJ Entertainment juga memberi kami ruang bebas untuk menerjemahkan Sunny jadi cerita lokal, cerita Indonesia. Riri Riza langsung merasa sayalah yang paling cocok menulis dan mengadaptasi Sunny jadi cerita baru, yang akhirnya berjudul Bebas.
Kurun Waktu Bebas, Saat Terjadi Gairah Perubahan di Indonesia!
Sunny mengisahkan masa remaja para tokoh di tahun 80-an dan masa dewasa mereka di tahun 2011. Setelah berdiskusi bersama sutradara Riri Riza, pilihan kami jatuh pada tahun 1995-1996 sebagai latar waktu masa remaja tokoh utama kami. Masyarakat Indonesia saat itu sedang mengalami banyak perubahan. Budaya pop saat itu sedang sangat meriah; musik Indonesia sedang berada di puncaknya dan banyak bakat baru muncul dengan beragam genre dan aliran.
Pada saat yang sama, juga sedang terjadi kegelisahan. Sedang ada keinginan untuk lepas dari kungkungan politik orde baru. Pembungkaman banyak terjadi, bahkan beberapa surat kabar dan majalah dibredel karena terlalu berani memberitakan ketidakadilan yang tengah terjadi. Intinya, saat itu rakyat Indonesia sedang merayakan kegairahan hidup dan merindukan kebebasan berekspresi. Masa ini juga saya rasakan akan jadi kontras menarik dengan potret wajah Indonesia pada 2019, tahun masa dewasa mereka, sehingga dapat kita lihat bersama perubahan manusia Indonesia dalam film ini.
Serunya Menentukan Judul “BEBAS” dan Lagu-lagu dalam Film
Dalam versi Korea Selatan, judul film diangkat dari judul sebuah lagu berjudul “SUNNY” yang diputarkan penyiar radio ketika para tokoh utama meminta nama buat geng mereka. Kami lalu harus memikirkan, lagu apa yang kira-kira diputar ketika Vina, Kris, Jessica, Jojo, Gina, dan Suci meminta diberikan nama oleh penyiar radio. Apapun lagu yang dipilih nantinya akan jadi nama geng mereka sekaligus judul film ini. Yang pasti, saya ingin lagu dan judul ini mewakili semangat anak muda di zaman itu yang tetap relevan untuk hari ini. Saya memilih lagu BEBAS yang dibawakan Iwa K karena semangat dan jiwa lagu ini sangat sejalan dengan tema utama yang ingin kami usung dalam film ini.
Selain lagu BEBAS, ada sederetan lagu yang harus jadi bagian dari cerita BEBAS untuk menggambarkan era 90-an. Kebanyakan yang telah menonton BEBAS mengira lagu-lagu yang ada dalam film merupakan pilihan lagu yang dipilih saat masa penyuntingan gambar film. Padahal, lagu-lagu dalam film BEBAS saya pilih dan tuliskan dalam skenario saat penulisan draft pertama skenario. Sangat penting untuk setiap lagu dipikirkan sejak awal agar mewakili tempo dan lirik yang sesuai emosi cerita. Di saat yang sama lagu-lagu juga harus dapat membawa nostalgia ke kurun waktu ’95-‘96. Selama proses penulisan draft pertama ini, ada ratusan lagu yang saya dengarkan berulang-ulang untuk menentukan mana yang paling tepat. Ada proses panjang setelah pilihan ditentukan, yaitu menelusuri kepemilikan hak lagu-lagu lama tersebut serta mengurus perizinannya. Saya sangat senang dan merasa beruntung karena hampir 90% dari lagu-lagu yang saya pilih dapat kami gunakan dalam film.
Keikutsertaan Gina S. Noer sebagai Co-Writer Skenario BEBAS
Setelah draft pertama penulisan skenario Bebas, Gina S. Noer bergabung untuk melanjutkan pengembangan skenario ke tahap rewriting selanjutnya bersama saya, menulis bergantian. Gina ternyata penggemar berat Sunny dan dia meminta agar bisa ikut serta menulis Bebas. Saya dan Riri menyambut gembira keikutsertaan Gina. Selain kami menikmati proses penulisan bersama di film kami sebelumnya (Kulari Ke Pantai, 2018), Gina kami yakini sebagai penulis yang kreatif sekaligus dekat dengan kisah perempuan. Saat Gina bergabung, saya sedang merasa skenario tentang persahabatan para perempuan di draft pertama Bebas seperti kehilangan keseimbangannya di sekolah negeri SMA di Indonesia yang berbeda dengan di Korea, kebanyakan merupakan sekolah campuran (bukan sekolah khusus putri).
Lalu, Gina mengusulkan untuk mengubah salah satu karakternya menjadi laki-laki. Saya dan Riri setuju. Hasilnya, lahirlah Jojo. Langsung terasa kisah ini jadi memiliki ‘spark’ baru. Dan akhirnya, dalam perkembangannya, saya memutuskan untuk mengubah dua karakter lagi yang di kisah Sunny adalah sosok perempuan menjadi tokoh laki-laki. Yaitu tokoh yang dalam film diperankan oleh Jeffry Nichol dan Giorgino Abraham, tokoh para bully. Film Bebas secara organik, lahir dari kepedulian kami akan tokoh-tokoh yang kami tuliskan, menjadi tak sekadar film persahabatan dan nostalgia, tapi juga bagaimana perempuan bersatu untuk melawan tekanan dan kekerasan dari dunia lelaki.
Merayakan Kebebasan!
Skenario film Bebas jelas ingin merayakan kebebasan dan keberanian. Film Bebas yang telah tayang di bioskop telah membawa semua penonton tertawa, menangis, ikut berdendang, bergoyang, mengenang masa ‘berani’ itu, sekaligus menyaksikan indahnya persahabatan.
Era ‘95-‘96 dalam film Bebas adalah era yang kelak membawa ke masa perlawanan mahasiswa menggulingkan orde baru di tahun 1998, masa kemenangan masyarakat Indonesia. Mari menengok kembali masa keberanian itu dan menyaksikan BEBAS yang kini tayang secara streaming di CATCHPLAY+. Salam Bebas!
*) Mira Lesmana adalah penulis naskah (bersama mitra penulis, Gina S. Noer) dan produser Bebas. Lewat Miles Films yang didirikannya pada 1996, lahir banyak film sukses di pasaran sekaligus dipuji kritikus. Ia dikenal sebagai sineas yang hidupkan lagi film layar lebar pada 2000-an, saat dunia sinema Indonesia nyaris mati suri lewat kesuksesan fenomenal Petualangan Sherina (2000) dan Ada Apa Dengan Cinta? (2002).