wiseguy
by wiseguy

“Harapan dan kreativitas adalah dua hal paling penting di dunia, dan tentang itulah film ini, “ kata Emma Stone dengan tangan menggenggam piala dan wajah sumringah di panggung seremoni Golden Globe Awards 2017 yang digelar di The Beverly Hilton, Beverly Hills, California pada 8 Januari lalu.

“Untuk orang-orang kreatif yang pernah ditolak dengan bantingan pintu, harafiah maupun kiasan, aktor yang tak pernah berhasil dalam audisi tapi tak pernah putus asa, aku berbagi penghargaan ini untukmu,” lanjutnya lagi.

Meski yang diucap Emma merefleksikan perjuangan karakter Mia dalam La La Land, ada sosok “Mia” sesungguhnya dalam dirinya dalam dunia nyata.

Emma Stone dikenal publik luas setelah tampil sebagai pemeran utama di film komedi remaja Easy A, yang membuatnya dinominasikan di BAFTA Rising Star Award dan Golden Globe 2011. Setelah peran sebagai pacar Spiderman dalam The Amazing Spider-Man (2012), popularitas Emma meroket. Film itu juga membuatnya berpacaran sungguhan selama beberapa tahun dengan sang aktor utama Andrew Garfield, meski hubungan itu akhirnya putus dan kini lebih suka disebut sebagai “persahabatan sepasang mantan kekasih.” Oscar kemudian menominasikannya sebagai Aktris Pendukung Terbaik lewat film penuh pujian, Birdman (2015).

Bernama lengkap Emily Jean "Emma" Stone, ia lahir di Scottsdale, Arizona. Ibunya, Krista, seorang ibu rumah tangga biasa, sementara ayahnya Jeffrey Charles Stone adalah pendiri sekaligus CEO sebuah perusahaan konstruksi. Dalam tubuhnya mengalir darah Inggris, Jerman, Skotlandia, dan Irlandia.

Ia berakting sejak bocah sebagai anggota Valley Youth Theatre di Phoenix, Arizona, dengan debut panggung besutan sutradara Kenneth Grahame, The Wind in the Willows.

Setelah berperan di sejumlah pertunjukan drama, di usia 14 ia meyakinkan kedua orangtuanya bahwa akting adalah masa depannya. Ia bahkan secara khusus meminta mereka masuk ke kamarnya, menyuguhi pop corn, dan memberi presentasi PowerPoint berjudul “Project Hollywood 2004” yang dilampiri video klip Madonna, "Hollywood".

Di majalah Vogue yang November lalu menjadikannya sampul depan, ia bercerita, di usia 16 pada 2004 ia dan ibunya benar-benar pindah ke Los Angeles. Keduanya tinggal di apartemen dua kamar, dengan poster John Lennon di kamar, dan bertetangga dengan Farmers’ Market. Ia keluar-masuk audisi dengan nama Emily Stone di sela-sela hari kerjanya di sebuah toko khusus makanan anjing Three Dog Bakery.

Berkat sejumlah audisi yang tekun ia jalani, Emma sukses tampil di TV dalam In Search of the Patridge Family (2004), sebuah reality show menggunakan nama Emma Stone. “Emily Stone” ternyata telah dipakai aktris lain saat ia mendaftarkan menjadi anggota Screen Actors Guild (SAG).

Debut layar lebar kemudian menghampirinya lewat Jules dalam Superbad (2007), dan peran utama sebagai Olive dalam Easy A (2010) mengukuhkannya sebagai bintang.

Hanya tujuh tahun berselang, di ajang Oscar 2017 ini, ia telah bersaing dengan nama-nama besar Hollywood yang juga peraih Oscar sebelumnya, Natalie Portman dan legenda Hollywood Meryl Streep dan legenda Perancis Isabelle Huppert yang bermain luar biasa dalam Elle

Muda, populer, berada di panasnya poros jagat perfilman, dan dunia kini sedang menatapnya, semua gara-gara akting. Apa pendapatnya tentang seni peran itu sendiri yang ia pelajari dengan penuh gairan dan dijadikannya sebagai karier?

“Drama sukar bagiku, menangis jauh sulit daripada tertawa,” tuturnya suatu ketika. “Komedi adalah cinta pertamaku. Aku sangat menyukainya. Kau bermain komedi dalam drama juga. Perbedaan antar genre sungguh tak mengubah metode dalam berakting.”

Menurutnya, peran orangtua amat besar bagi kemajuan kariernya. “Aku punya orangtua hebat dan amat terberkahi karenanya,” ungkapnya.

Meski di permukaan semua terlihat baik-baik saja, Emma mengaku saat kecil menderita semacam sindroma kecemasan, sehingga tak bisa jauh dengan ibunya. Ia masih suka gugup di atas panggung, bahkan saat berjalan di atas karpet merah.

Lalu, apa yang membuatnya tetap optimis menatap masa depannya di Hollywood? “Tak bergelar sarjana bukan berarti aku tak pintar!” katanya.

Emma juga suka merenung betapa ia menghabiskan waktu di masa remajanya dengan bekerja dan bekerja. “Tapi aku memang harus bekerja, agar bisa membayar tagihan-tagihanku,” jelasnya dengan rendah hati.

Jadi, apakah ia akan meraih Oscar pertamanya? Tunggu akhir February ini!