Melt Memo
by Melt Memo

28 Years Later membawa penonton kembali ke dunia setelah wabah Rage, hampir tiga dekade sejak peristiwa pertama. Alih-alih sekadar meneruskan cerita sebelumnya, film ini memperkenalkan sudut pandang baru yang lebih sederhana dan dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari.

28 Years Later

Danny Boyle dan Alex Garland kembali bekerja sama untuk menggambarkan suasana pasca-apokaliptik yang lebih tenang. Latar Inggris yang kosong dan perubahan dalam bentuk infeksi Rage menjadi elemen visual yang menarik, tanpa harus bergantung pada aksi berlebihan.

Menariknya, beberapa scene di film ini menggunakan kamera iPhone 15 Pro Max untuk pengambilan gambar, menghasilkan tampilan visual yang lebih realistis dan kasual. Musik dari Young Fathers juga memberikan warna yang konsisten dengan suasana cerita.

28 Years Later tidak mencoba menjadi lebih besar atau lebih dramatis dari pendahulunya. Ia lebih memilih mendekati ceritanya dengan tenang, sebagai pengantar menuju bagian akhir dari trilogi ini.

 

Sinopsis Film 28 Years Later

Dunia pernah mengenal harapan. Tapi sejak virus Rage menyebar, segalanya berubah. Dua puluh delapan tahun telah berlalu, dan Inggris kini hanyalah pulau sunyi yang terlupakan, tempat di mana waktu berhenti dan kenangan membusuk bersama reruntuhan.

Di sebuah sudut terpencil, hidup seorang anak bernama Spike bersama kedua orang tuanya, Jamie dan Isla. Mereka membangun kehidupan dari sisa-sisa peradaban, mencoba bertahan di dunia yang tak lagi mengenal belas kasih. Tapi ketika penyakit misterius menggerogoti keluarga mereka, pilihan pun harus dibuat: melangkah ke daratan yang dulu ditinggalkan, atau menyerah pada kehancuran yang perlahan mendekat.

Perjalanan itu bukan sekadar pencarian obat atau pelarian dari ketakutan. Bagi Spike, ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, sebuah pemahaman tentang dunia, tentang manusia, dan tentang batas antara harapan dan keputusasaan.

28 Years Later hadir sebagai kelanjutan dari kisah legendaris tentang wabah, kehilangan, dan cinta yang bertahan di tengah kehancuran. Danny Boyle dan Alex Garland menyatukan kembali atmosfer kelam dan ketegangan emosional yang membekas, menyuguhkan kisah yang lebih dari sekadar kelangsungan hidup. Ini adalah refleksi tentang apa artinya menjadi manusia, ketika dunia sudah berhenti menjadi milik manusia.

Dengan visual yang tajam dan narasi yang menggugah, film ini tak hanya menyempurnakan trilogi, ia membuka bab baru tentang harapan yang tumbuh di tempat paling tak terduga.

 

6 Pemeran dan Karakter Utama 28 Years Later (2025)

Setelah lebih dari dua dekade sejak 28 Days Later dan 28 Weeks Later, sutradara Danny Boyle kembali menyalakan nyala api ketegangan lewat 28 Years Later.

28 Days Later

Film ini bukan sekadar sekuel, melainkan refleksi mendalam atas kemanusiaan yang tergerus waktu, virus, dan isolasi. Didukung jajaran aktor yang solid, setiap karakter tak hanya hidup dalam naskah, tapi juga menghidupkan luka kolektif dunia pasca apocalypse. Yuk simak siapa saja aktor pengisi cerita ini!

 

1. Jodie Comer sebagai Isla

Isla adalah sosok sentral yang mengawali perjalanan emosional film ini. Seorang wanita yang sakit parah di komunitas Lindisfarn sebuah pulau terpencil yang jadi benteng terakhir manusia. Dalam situasi yang penuh penderitaan, Isla memilih menjalani prosedur euthanasia, sebuah keputusan yang mengguncang keluarganya dan memicu serangkaian peristiwa tragis.

Jodie Comer memerankan Isla dengan lapisan emosi yang subtil dan mendalam. Dikenal lewat perannya sebagai Villanelle di Killing Eve, Comer sekali lagi menunjukkan kemampuannya mengisi karakter dengan kompleksitas manusiawi yang tajam.

Ia bukan hanya penderita, tapi simbol keteguhan dalam menghadapi dunia yang telah kehilangan harapan. Reaksi penonton dan kritikus menyebut penampilan Comer sebagai “kunci emosional film” menjadi awal dari spiral tragedi yang terasa amat nyata dan menyakitkan.

 

2. Aaron Taylor-Johnson sebagai Jamie

Jamie adalah suami Isla, sekaligus ayah dari Spike. Setelah kehilangan sang istri, Jamie bertransformasi dari petani tenang menjadi scavenger keras kepala yang menolak menyerah pada kehancuran. Ia menjadi sosok pelindung utama bagi putranya, sekaligus pribadi yang dibebani rasa bersalah dan amarah pasca-keputusan eutanasia.

Aaron Taylor-Johnson tampil memikat sebagai Jamie. Dengan portofolio sebelumnya di Nocturnal Animals dan Bullet Train, ia sudah dikenal piawai membawakan peran karakter emosional dengan ledakan batin.

Bullet Train

Di film ini, ia memperlihatkan sisi rapuh dan brutal secara bersamaan. Dalam beberapa adegan penuh desakan seperti ketika Jamie menolak bantuan medis yang mencurigakan dari pihak luar. Taylor-Johnson sukses menghadirkan dilema moral yang menggigit.

 

3. Ralph Fiennes sebagai Dr. Ian Kelson

Sebagai satu-satunya figur medis di film ini, Dr. Ian Kelson adalah teka-teki yang tak mudah dipecahkan. Ia menyimpan agenda gelap di balik wajah tenangnya: eksperimen terhadap orang yang terinfeksi, bayi lahir dari host virus, hingga manipulasi data imunitas. Karakter ini menjadi pusat dari konflik etis film antara sains dan kemanusiaan.

Ralph Fiennes, aktor kelas dunia yang lekat dengan peran Voldemort di franchise Harry Potter, tampil mengerikan. Kritikus menyebut penampilannya sebagai “lebih menyeramkan dari horor konvensional” karena Dr. Kelson bukan monster, tapi manusia yang meyakini bahwa kebohongan adalah bentuk penyelamatan.

 

4. Jack O’Connell sebagai Sir Jimmy Crystal

Sir Jimmy Crystal adalah pemimpin karismatik dari sekte fanatik yang menyembah “kemurnian tubuh” sebuah komunitas yang percaya bahwa infeksi adalah bentuk pembebasan. Karakternya memimpin ritual dan doktrin ekstrem yang menjebak manusia dalam ilusi keabadian di dunia rusak.

Jack O'Connell, yang sebelumnya dikenal lewat Unbroken dan Skins, memberikan performa eksplosif yang membaurkan hasrat spiritual dengan kekejaman. Dalam salah satu adegan ritual pembaptisan virus, O’Connell membuat penonton bergidik dengan caranya mengubah fanatisme menjadi bentuk ibadah gelap yang memikat dan mengerikan.

 

5. Alfie Williams sebagai Spike

Spike adalah anak dari Jamie dan Isla, berusia 12 tahun. Ia menjadi titik tengah emosi film karena kepolosannya menjadi korban dari keputusan-keputusan orang dewasa. Dalam separuh akhir film, Spike ternyata memiliki kekebalan terhadap virus membuatnya diburu oleh berbagai faksi, dari pemerintah bayangan hingga sekte Jimmy.

Alfie Williams adalah aktor muda pendatang baru yang menjadi kejutan menyenangkan dalam film ini. Ia menghadirkan performa yang mentah, alami, dan sangat menggugah. Spike bukan hanya simbol harapan, tapi juga peringatan: bahwa generasi berikutnya harus menanggung beban trauma yang tidak mereka buat.

 

6. Erin Kellyman sebagai Jimmy Ink

Sebagai tangan kanan Jimmy Crystal, Jimmy Ink adalah tokoh enigma yang menggabungkan kekejaman dan kelembutan. Ia menjadi jembatan naratif antara dunia sekte dan kelompok Jamie, dan keputusannya di babak akhir film mengubah arah cerita secara dramatis.

Erin Kellyman yang sebelumnya mencuri perhatian dalam Solo: A Star Wars Story dan The Falcon and the Winter Soldier tampil kuat dan penuh nuansa. Ia menjadi representasi karakter “di antara dua dunia”, dan penampilannya dipuji karena sanggup menyuntikkan dimensi empati ke dalam karakter brutal.

 

Pemeran Pendukung Lainnya

Edvin Ryding sebagai Erik – pemuda Skandinavia yang membantu Jamie dan Spike di perbatasan.

 

Chi Lewis-Parry sebagai Samson – bodyguard sekte dengan kekuatan brutal.

 

Christopher Fulford sebagai Sam – kepala komunitas Lindisfarne yang menyembunyikan lebih banyak hal dari yang ia akui.

 

5 Fakta Menarik dari Film 28 Years Later 

Kengerian virus Rage kembali menyelimuti layar lebar dalam 28 Years Later. Tapi bukan sekadar zombi dan kekacauan, film ini menawarkan kejutan teknis dan emosional yang bikin genre horor naik level. Ini dia 5 fakta paling menarik dari film horor paling dibicarakan 2025:

 

1. Disutradarai Danny Boyle, Direkam Pakai... iPhone!

Danny Boyle kembali ke semesta 28 Days Later dengan keputusan berani: seluruh film direkam memakai iPhone 15 Pro Max. Hasilnya? Visual dokumenter yang intens, serasa langsung masuk ke tengah-tengah kekacauan dunia Rage.

 

2. Drama Ayah-Anak di Tengah Wabah Maut

Cerita berfokus pada Jamie dan Spike, ayah-anak yang berjuang menyelamatkan ibu mereka (diperankan Jodie Comer) di tengah wabah. Ketegangan emosional ini memberi lapisan baru yang jarang ada dalam film horor zombi.

 

3. Diproduksi Bareng Sekuelnya: The Bone Temple

28 Years Later bukan akhir, tapi awal dari babak baru. Film ini diproduksi bersamaan dengan The Bone Temple (rilis 2026), jadi penonton bisa langsung lanjut tanpa menunggu lama. Sebuah strategi storytelling dua langkah yang jarang terjadi di horor.

 

4. Twist Akhir: Kultus Misterius & Comeback Cillian Murphy

Ending-nya mengenalkan “Jimmy” dan kultus bawah tanah yang bakal jadi sentral konflik di sekuel. Plus, Cillian Murphy dikonfirmasi akan kembali sebagai Jim, karakter ikonik dari film pertama.

 

5. Tayang di Indonesia 20 Juni, Respons Positif

Sudah tayang sejak 20 Juni 2025 di bioskop Indonesia, film ini dapat sambutan hangat. Kritikus lokal menyorot sinematografi unik dan kedalaman ceritanya, bukan cuma jeritan dan darah.

 

Apakah Ada Lanjutan 28 Years Later?

Jawabannya: ya, dan tidak hanya satu.

Setelah lebih dari dua dekade sejak 28 Days Later (2002) dan sekuelnya 28 Weeks Later (2007), sutradara Danny Boyle dan penulis Alex Garland akhirnya kembali menyatukan visi mereka dalam 28 Years Later (2025) film yang bukan sekadar sekuel, tapi permulaan trilogi baru. Film ini bukanlah epilog, melainkan pembuka babak besar yang lebih ambisius.

 

The Bone Temple – Lanjutan yang Sudah Siap Tayang

Sebagai tindak lanjut langsung dari film 2025, 28 Years Later: The Bone Temple telah rampung syuting dan dijadwalkan rilis pada 16 Januari 2026. Disutradarai oleh Nia DaCosta (yang menggantikan Boyle), film ini tetap ditulis Garland dan mempertahankan tone distopik khas franchise-nya. Beberapa pemeran dari film pertama seperti Jack O'Connell dan Alfie Williams kembali, termasuk kemunculan spesial Cillian Murphy sebagai Jim sosok ikonik dari film pertama.

DaCosta membawa pendekatan visual dan tensi baru, menawarkan atmosfer yang lebih spiritual dan politis di tengah dunia yang kian hancur akibat virus Rage yang tak kunjung reda. Dari judulnya, kita bisa mengantisipasi bahwa film ini akan menyelami sisi keagamaan, keputusasaan, dan mungkin kultus yang lahir dari reruntuhan peradaban.

 

Menuju Trilogi Apokaliptik

Sony Pictures telah mengonfirmasi bahwa The Bone Temple hanyalah bagian kedua dari rencana trilogi baru. Film ketiganya, yang belum memiliki judul resmi, akan kembali digarap Danny Boyle, dengan Alex Garland tetap menulis naskah. Meskipun belum diumumkan tanggal rilisnya, film ketiga ini disebut akan menjadi “penutup besar” yang mengikat narasi tiga generasi pandemi dan kehancuran.

 

Cara Nonton 28 Years Later Sub Indo di Catchplay Mudah dan Murah

Ingin nonton film 28 Years Later sub indo? Salah satu pilihan terbaik adalah melalui CATCHPLAY+, platform streaming yang menawarkan fleksibilitas dan harga terjangkau! Kamu bisa nonton 28 Years Later yang sudah rilis di CATCHPLAY+ di bulan agustus-september

Kenapa pilih CATCHPLAY+?

  • Fleksibel: Bisa langganan bulanan, atau cukup sewa satu film saja lewat fitur single rental cocok buat kamu yang cuma ingin nonton satu film tanpa komitmen!

  • Update Cepat: CATCHPLAY+ dikenal sebagai salah satu platform tercepat yang menghadirkan film baru dari bioskop ke layanan streaming, terutama lewat opsi single rental.

  • Kualitas Waktu Bersama: Jadikan momen menonton 28 Years Later sebagai waktu berkualitas bersama keluarga atau orang terdekat, tanpa harus keluar rumah!

 

Ayo nonton film murah dan fleksible di CATCHPLAY+!