Vincent Vega
by Vincent Vega

Selamat hari film nasional. Di hari jadinya yang ke-71, film Indonesia sudah dibuat dalam banyak genre. Ini dia 5 genre yang paling disukai.


Film bisa memberi kita aneka perasaan. Bisa rasa senang atau sedih, rasa takut atau berani, bahkan bisa bikin menangis atau tertawa. Di tengah situasi pandemi, jumlah film Indonesia hadir tak sebanyak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Akibat banyak bioskop ditutup, alternatif nontonnya ya di layanan streaming.

Oh ya, kamu juga bisa menikmati koleksi film Indonesia di CATCHPLAY+. Ada juga yang eksklusif lho... Film-film ini dikelompokkan dalam 5 genre film Indonesia yang paling disukai. Simak deh, barangkali di sana ada genre favoritmu.

Drama 

Genre drama adalah yang paling luas cakupannya dalam khazanah genre film. Banyak subgenre di dalamnya yang dapat mengajak penonton untuk senang dan sedih. Maka wajar jika genre ini termasuk paling disukai. Sumbernya bisa dari kisah nyata, bisa juga adaptasi dari literatur lainnya, mulai novel, komik, serial televisi bahkan film lainnya.

Bebas

Contohnya ada film Bebas (2019, Riri Riza), yang diadaptasi dari film laris Korea, Sunny dan dibintangi So-ra Kang. Film keren ini tak hanya mengupas soal drama keluarga. Di sana juga ada kisah persahabatan, perundungan (bullying) hingga percintaan. Film yang mendapat 7 nominasi Piala Citra FFI 2019 diperkuat oleh gabungan antara bintang senior dan yang lebih muda seperti Marsha Timothy, Sheryl Sheinafia, Maizura, Susan Bachtiar, hingga ehem, Reza Rahadian. Niat banget ya menembak pasar generasi 90-an dan generasi jaman now. Saat ini Bebas tayang secara eksklusif di CATCHPLAY+, jadi, oke banget buat ditonton bareng sambil nostalgia kan.

 

Horor 

Sebagai sebuah hiburan, film seharusnya menyenangkan. Namun anehnya, banyak orang malah senang ditakut-takuti ketika nonton film horor. Bayangkan sensasinya ketika jantung berdebar-debar sepanjang durasi atau tutup mata ketika muncul tokoh antagonisnya. Dan faktanya, film horor ya laris manis aja di bioskop. Apalagi kalau ditonton ramai-ramai dengan teman atau bareng pasangan. Kan bisa jadi alasan buat modus ya… 

Pocong the Origin

Nah, siapa pembuat film horor Indonesia yang oke. Monty Tiwa menjadi salah satunya. Dia ini sineas anomaly, lebih dikenal sebagai pembuat film drama komedi, namun ketika membuat film horor malah seram banget. Contohnya ketika bikin film Keramat, proyek yang dieksekusi dengan gaya semi dokumenter ala Blair Witch Project atau Cloverfield. Wah, nakutin banget. Kemudian ia baru membuat horor lagi 10 tahun kemudian, Pocong the Origin yang tak kalah seramnya. Mau coba horor dengan atmosfer berbeda? Cek aja karya Hestu Saputra, Lorong yang tak kalah asyiknya. Diperkuat Prisia Nasution dan Winky Wiryawan kita diajak menyusuri rumah sakit misterius. Ya, nuansa horornya lebih ke thriller psikologis tapi tetap menakutkan.

 

Komedi 

Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Ya, inilah yang paling dicari orang ketika nonton film bisa terhibur dengan tertawa gembira. Karena memang hati yang gembira adalah obat bukan? Nggak heran jika di era 80-an, film-filmnya Warkop DKI laku keras di bioskop. Resep inilah yang sampai kini terus dipakai oleh para produser film Indonesia.

Milly & Mamet

Jika menyebut sampelnya ada Milly & Mamet (2018, Ernest Prakasa). Sebuah sempalan atau spin-off dari waralaba Ada Apa dengan Cinta. Semula materi induknya bermain di genre drama. Ada sih bumbu komedinya sedikit, namun di tangan Ernest, pasangan ulah Dennis Adhiswara dan Sissy Priscillia disulap jadi amunisi tawa yang segar. Asyik kok melihat problem keluarga yang dikemas dalam bumbu komedi ini. Sambil ketawa-ketiwi kita bisa belajar dari mereka bagaimana menyelesaikan konflik dalam keluarga.

 

Percintaan

All you need is love. Begitu kata judul lagu The Beatles. Agaknya hal ini yang bikin film dengan bumbu percintaan atau romansa tetap disukai. Apalagi bagi anak muda yang mulai melirik pasangannya, film genre ini sepertinya wajib masuk dalam agenda kencan. Setelah itu dilanjutkan dengan makan-makan.

Belok Kanan Barcelona

Film genre begini yang paling oke ada Belok Kanan Barcelona (2018) karya Guntur Soeharjanto. Ceritanya gokil, karena karakternya naksir satu sama lain udah seperti kartu domino. Ditambah lagi mereka berada di beda-beda negara. Konflik yang indah di balik panorama indah. Namun kisah cinta tak melulu jadi indah. Seperti yang digambarkan Edwin dalam Posesif Pasalnya si cewek ketemu pasangan yang nggak asik alias agak-agak psikopat gitu. Perlu juga ditonton buat pelajaran kalau kelak ketemu orang seperti ini.

 

Aksi 

Pernah nggak mengalami habis nonton film tiba-tiba merasa seperti jagoan neon? Biasanya kejadiannya beres nonton film aksi sih. Gejalanya dimulai saat badan jadi enteng, bawaan kok pengen tubir macam Jackie Chan, Donnie Yen, atau Jet Li? Edan banget efek habis nonton film aksi ini.

The Raid 2: Berandal

Sejak dulu produser film nasional tak sedikit yang jualan genre ini. Konon film begini termasuk laku dibeli sales agent di pasar film mancanegara. Namun justru nama Gareth Evans yang meletakkan nama Indonesia plus pencak silat di peta sinema dunia. Dimulai dengan The Raid: Redemption (2012), mata penggemar film sejagat terbelalak saking kerennya. Disusul sekuelnya The Raid 2: Berandal yang tak kalah dahsyatnya. Efek film ini membuat nama aktor Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim, Cecep Arif Rahman dikenal di Hollywood dan terlibat dalam banyak proyek di sana.