Vincent Vega
by Vincent Vega

Jasmerah. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Dari film kita juga bisa belajar sejarah. Seperti film perang misalnya. Tahu nggak guys, banyak pula yang dibuat dengan meminjam babakan kisah nyata.

Ya, film perang tak sekadar menyuguhkan sensasi suara senapan atau dentum meriam. Banyak yang dibuat untuk mengajak kita agar tak lupa sejarah. Salah satunya ada Seediq Bale, judul lengkapnya Warriors of the Rainbow: Seediq Bale dan dibuat dalam dua film.

Seediq Bale itu film epik drama sejarah Taiwan 2011 dari sutradara Te-Sheng Wei dengan produser John Woo. Arti harfiahnya adalah pria sejati. Dari bahasa penduduk asli Taiwan yang posturnya lebih mirip orang melayu. Wei berkisah tentang insiden Wushe 1930 di pedalaman Taiwan dan sempat diputar di sesi kompetisi Festival Film Venesia ke-68 serta dan jadi wakil Taiwan pada kategori Film Asing Terbaik Academy Awards 2011.

Ceritanya sih simpel. Ketika itu diteken perjanjian antara Tiongkok dengan Jepang untuk menyerahkan pulau Taiwan. Alhasil, penduduk lokal harus tunduk kepada tentara Jepang dan melahirkan perlawanan mati-matian. Bagaimana? Keren kan?

Seediq Bale: Part I

Film ini konon produksi termahal dalam sejarah sinema Taiwan dan digadang-gadang sekelas Braveheart (1995, Mel Gibson) atau The Last of the Mohicans (1992, Michael Mann). Jangan sampai ketinggalan, kedua filmnya bisa ditonton di CATCHPLAY+ kok. Mantap nggak?

So, film perang apa lagi yang juga terinspirasi dari sejarah? Cek aja pilihan berikut ini dan tersedia di CATCHPLAY+…

 

Red Cliff (2008, John Woo) – Sungai Yangtze (Tiongkok), 208-209

Kisah nyata dari pertempuran Chibi (208-209 M) menjadi gagasan yang disodorkan sineas yang lebih banyak berkiprah di Hollywood, John Woo. Terpatnya terjadi di ujung rezim dinasti Han. Berawal Perdana Menteri Dinasti Han yang membujuk Kaisar untuk memerangi dua kerajaan untuk menyatukan Tiongkok. Ternyata kedua wilayah yang akan diperangi malah beraliansi untuk mempertahankan diri. Dibintangi Takeshi Kaneshiro, Chen Chang, dan Tony Leung film ini menjadi proyek termahal di Asia saat itu.

Red Cliff

 

Roaring Currents (2015, Han-min Kim) – Selat Myeongnyang (Korea Selatan)1597

Korea juga punya sejarah hebat sudah ditonton 15 juta orang di bioskop. Di sini sineas Han-min Kim mengupas pertempuran Myeongnyang pada 1597 melawan Jepang. Ceritanya, Laksamana Yi (Min-sik Choi) mampu melawan 330 kapal perang Jepang pimpinan Jenderal Kurushima (Seung-ryong Ryu) dengan taktik jitu. Konon kalau sampai kalah pada perang ini, mungkin negara Korea tak pernah ada lagi.

Roaring Currents: The Road of the Admiral

 

Eight Hundred Heroes (1976, Shan-Hsi Ting) – Shanghai (Tiongkok), 1937

Sebuah penggalan sejarah perlawanan Tiongkok melawan Jepang pra Perang Dunia II dibintangi Chun-hsiung Ko, Brigitte Lin, Sylvia Chang, hingga Han Chin. Alkisah, pada 1937 pecah Perang Sino-Jepang kedua didorong sikap Jepang yang bersikap ekspansionis. Tiongkok bertahan keras di Shanghai seperti yang dilakukan oleh Xie bersama 800 personilnya di Gudang Sihang.

Eight Hundred Heroes

 

Dunkirk (2017, Christopher Nolan) – Dunkirk (Perancis), 1940

Empu film Christopher Nolan punya cara sendiri dalam menuturkan sejarah. Mengajak Tom Hardy, Kenneth Branagh, hingga Cillian Murphy, ia menuangkan kisah Perang Dunia II tepatnya pada 1940. Ketika itu tentara sekutu harus keluar dari kota Dunkirk karena sudah terdesak oleh pasukan Jerman. Gilanya, Nolan memakai properti asli untuk proyeknya. Ya, ia memang lebih suka memakai pesawat tempur langka ketimbang CGI di proyeknya.

Dunkirk

 

Midway (2019, Roland Emmerich) – Midway (Amerika Serikat), 1942

Amerika masih trauma usai Pearl Harbour dibombardir Jepang, Desember 1941. Ogah kecolongan, mereka kini lebih waspada. Mereka mengantisipasi Juni 1942, saat AL Jepang bakal menghantam pangkalan pulau Midway dan armada Amerika di Pasifik. Film dengan bintang Dennis Quaid, Woody Harrelson,dan Patrick Wilson mengajak kita menikmati heroisme prajurit dalam salah satu pertempuran terpenting pada Perang Dunia II.

Midway