Vincent Vega
by Vincent Vega

Bulan ini pas banget bahas peran perempuan. Apalagi tiap 8 Maret dirayakan sebagai Hari Perempuan Internasional. Film apa yang pas untuk dibahas di momen ini? Cek aja yuk artikelnya…

Film terbaru yang paling pas ya Kim Ji Young: Born 1982. Kisah drama arahan Do-young Kim ini diadaptasi dari novel bertajuk serupa, ditulis oleh Cho Nam-ju. Inti ceritanya sih tentang balada perempuan pekerja di Korea Selatan dibintangi oleh Yoo Gong dan Yu-mi Jung dan mulai hari ini bisa ditonton di CATCHPLAY+.

Kim Ji Young: Born 1982

Kim Ji Young adalah nama sang karakter utama yang dimainkan Yu-mi Jung. Di tengah zaman yang semakin modern, dia seperti kembali ke masa lalu. Perempuan pekerja yang ketika menikah akhirnya malah terkungkung di balik status ibu rumah tangga.

Nasib Ji Young sekilas mirip nasib Raden Ajeng Kartini, pelopor emansipasi negeri ini. Mereka sama-sama perempuan yang menjerit di tengah jerat patriarki. Kita lihat yuk perbandingan dari keduanya.

 

Versi Film

Novel Kim Ji Young sejak terbit baru sekali difilmkan pada 2019 dan ditonton oleh lebih dari 1 juta orang di Korea.

Kisah hidup Kartini banyak menginspirasi sineas Indonesia, mulai dari Sjumandjaja (1982), Hanung Bramantyo (2017), hingga Azhar Kinoi Lubis dengan Surat Cinta untuk Kartini (2016). Total ada 3 film.

Surat Cinta untuk Kartini

 

Kisah Curhat Penulisnya

Cho Nam Ju seorang mantan penulis naskah di stasiun TV Korea Selatan. Dia menuangkan pengalaman hidupnya dalam kisah novel. Semacam curhatlah, Kim Ji Young adalah dia. Butuh dua bulan, terbit deh.

RA Kartini berkirim surat tentang keresahan nasibnya kepada rekan-rekan di Eropa. Setelah dia wafat pada 1904, pejabat menteri Belanda J.H.Abendanon mengumpulkan surat tersebut dan menerbitkan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

 

Mengundang Kontroversi

Novel “Kim Ji-Young, Born 1982” menjadi heboh karena menggambarkan laki-laki yang suka menindas karena perbedaan gender. Padahal kaum adam juga korban dari program wajib militer yang diharuskan bagi setiap pria di Korea.

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang tak kalah ramai. Gagasannya mempengaruhi cara Belanda memandang perempuan Jawa. Kartini juga menginspirasi banyak tokoh pergerakan Indonesia. Tapi benarkah itu murni buah pikiran dia? Surat-surat Kartini tak pernah diketahui keberadaannya.

 

Usia

Kim Ji Yong menggambarkan sosok perempuan di usia 30-an.

Kartini meninggal dunia pada usia 25. Surat-surat itu ditulisnya di usia belasan hingga awal 20-an. Tentu saja Kartini jauh lebih matang secara pola pikir.

 

Isu yang Diusung

Kim Ji Yong mencoba mengajak agar penonton lebih sensitif dalam perkara gender sambil menyelipkan semangat feminisme.

Kartini menggambarkan pentingnya emansipasi. Semangat inilah yang terasa hingga saat ini.