wiseguy
by wiseguy

Kisah di balik layarnya mengejutkan. Di tengah langkanya film persahabatan bocah dengan satwa liar, Mia and the White Lion jadi petualangan keluarga paling ditunggu tahun ini!

Lama kita tak disuguhi kisah petualangan bocah dengan hewan, yang bukan animasi dan karakternya tampak realistis tanpa banyak rekayasa komputer. Kita ingat misalnya, betapa mengesankannya Free Willy (1993), atau Hachiko: A Dog's Story (2009) yang berdasar kisah nyata itu.

Tahun ini kita bisa tonton genre serupa tak kalah seru, Mia and the White LionApa hebatnya film yang kini tayang streaming di CATCHPLAY ini? Film ini butuh audisi ketat untuk mendapatkan pemain utama dan singa yang tepat dan persiapan bertahun-tahun untuk pengambilan gambar. Tentu, agar tampak hidup, natural, dan realistis.

Mia and the White Lion

Mia and the White Lion yang dibesut Gilles de Maistre, dibintangi Daniah De Villiers, Mélanie Laurent, dan Langley Kirkwood, mengisahkan John Owen (Langley Kirkwood), yang memboyong keluarganya pindah dari London ke Afrika Selatan. Keputusan ini bikin sedih Mia (Daniah De Villiers), putrinya, gadis10 tahun, yang rindu kehidupan kota besar dan teman-temannya di London. Tapi, seekor singa putih langka yang di sebuah peternakan membuat Mia dan hewan buas itu menciptakan persahabatan dan petualangan tersendiri. Saat sang singa beranjak remaja, ia harus dipisahkan dengan Mia karena akan menuju perjalanan berikutnya: Jadi target senapan para pemburu!

Lalu, apa kisah seru di balik kameranya? Simak yang berikut. Mengejutkan.

 

1. Berawal dari ide liar yang nyaris mustahil!

Gagasan Mia and the White Lion berasal dari Gilles de Maistre, sineas Prancis, saat membuat dokumenter televisi tentang alam liar di Afrika Selatan. Ia bertemu bocah lelaki yang orang tuanya punya peternakan singa. Meski berdalih melindungi hewan itu, para peternak sebenarnya menjual singa untuk dijadikan target bagi orang-orang kaya yang berhobi berburu satwa liar. Ini bisnis terlarang dan hobi yang kejam! Yang mengenaskan, di Afrika Selatan persoalan ini ‘setengah legal’ karena upaya pemerintah setempat tak pernah maksimal.

Setelah mendapat ide tersebut, Gilles de Maistre bertanya pada pakar zoology Kevin Richardson tentang kemungkinkan membuat kisah anak yang bersahabat dengan seekor singa putih. Jawabnya: Mustahil! Diperlukan anak pemberani yang harus bergaul dengan singa sejak masih bayi, dan tumbuh besar bersamanya. Alasan lain, syuting akan butuh waktu lama. Tak gentar, segala upaya dilakukan de Maistre. Baca poin berikutnya!

 

2. Daniah De Villiers, terpilih dari 300 anak!

Tak mudah menemukan sosok bocah paling pas untuk film ini. Yang ada di benak sutradara adalah bocah lelaki, seperti saat ia membuat dokumenter. Lewat audisi ketat 300 anak di Afrika Selatan, sosok yang dicari ditemukan. Bukannya laki-laki, tapi gadis kecil imut pemberani! Dialah Daniah De Villiers, 10 tahun, berbakat akting, yang pada 2013 meraih Junior Grand Champion di World Championship of Performing Arts di Hollywood. Pada 2014 ia mulai tampil sebagai model iklan TV. Mia and the White Lion jadi film pertamanya, yang pengambilan gambarnya dimulai pada 2015.

 

3. Diperlukan ‘persahabatan sejati’ 3,5 tahun antara Daniah dan singa!

Apa yang diperlukan agar semua akting dan adegan tampil serealistis mungkin?

Sang pakar satwa bilang, satu-satunya cara bagi singa untuk tak merasa terancam adalah: Sejak bayi, singa harus merasa nyaman. Bayi singa dan Daniah harus ‘tumbuh bersama’.

Tantangan ini diladeni sang sutradara dan Daniah. Diperlukan proses syuting tiga setengah tahun untuk merekam persahabatan singa putih bernama Thor (yang dalam film bernama Charlie) dan Daniah. Kamera bekerja selama dua atau tiga jam sehari, tiga kali seminggu selama kurun waktu itu. Latar tempatnya berlangsung di empat blok. Seiring Daniah tumbuh dari bocah menjadi ABG, singa bernama Thor itu waktu satu setengah tahun pun tumbuh jadi singa remaja. Jadi keduanya tumbuh bersama!

 

4. Peran pakar satwa Kevin Richardson dan penyamaran Ryan Mac Lennan

Meski sutradara de Maistre punya andil besar dalam proyek ini, peran teknis Kevin Richardson tak bisa diabaikan. Ia yang berpengalaman bergaul dengan singa selama 20 tahun ini, mengambil alih juru kamera untuk merekam banyak adegan saat sutradara dan pemain tak berada di lokasi atau sedang berlibur. Di hari kerja normal Richardson sering menggantikan juru kamera merekam sang singa, sesegera dan sedekat mungkin dalam adegan berbahaya. Penonton harus berterima kasih pada pakar hewan ini!

Ada rahasia lain agar Daniah nyaman selama pengambilan gambar: Kehadiran Ryan Mac Lennan, pemeran Mick Owen, abang Mia. Asal tahu saja, profesi sebenarnya aktor ini adalah … pelatih singa!

 

5. Sebuah film tentang perjalanan emosional!

Mia and the White Lion dinilai sukses menggambarkan persahabatan manusia dan hewan buas. Media memuji film ini “perjalanan luar biasa melintasi lanskap Afrika, sebuah perjalanan pertumbuhan emosional karakter Mia.” Karakter Mia juga disebut “menunjukkan kemarahan yang tepat saat bocah 10 tahun, mewakili sakit hati dan frustrasi karena dipisahkan dari lingkungan aman dan harus berada di dunia yang bukan pilihannya.”

Fakta manis berikutnya, meski pengambilan gambar telah lama berakhir, persahabatan tulus Daniah dengan Thor tak putus. Ia secara rutin mengunjungi singa putih itu untuk sekedar melepas kangen. Aduh, manis banget. Kalian yang tak menonton film ini sungguh rugi besar!