Sutradarai Ready Player One, Spielberg merasa bernostalgia dengan masa kecilnya. Satu dari tiga film tersulit yang pernah ia garap, ini uniknya dibanding blockbuster yang biasa ia besut!
Dunia akhirnya saksikan Ready Player One. Dibesut Steven Spielberg, film paling ditunggu berdasar novel laris berjudul sama karya Ernest Cline ini dirilis nyaris serentak di seluruh dunia mulai akhir Maret lalu, setelah demam Black Panther, The Greatest Showman dan Jumanji: Welcome to the Jungle berlalu. Dibintangi di antaranya Tye Sheridan, Olivia Cooke, Ben Mandelsohn, dan Hannah John-Kamen, apakah tangan dingin Spielberg kembali bertuah?
Hingga artikel ini ditulis, menurut boxofficemojo.com, Ready Player One baru gaet $181,210,325 secara global; sementara menurut hollywoodreporter.com, diperlukan minimal pemasukan $420 million agar film ini balik modal. Bujet besar bagi film ini konon karena studio Warner Bros. dan empat perusahaan mitra lain, di bawah tekanan menciptakan waralaba baru. Maklum, film ini tak didasarkan buku komik seperti kebanyakan film waralaba superhero.
Ready Player One mengisahkan aksi petualangan fiksi ilmiah berlatar dunia distopia 2045 di Columbus, Ohio, kota paling cepat berkembang di dunia, dengan orang-orang yang tinggal di pencakar langit yang tersusun dari rumah-rumah kontener yang saling bertumpukan. Wade Watts (Tye Sheridan), cewek yatim piatu yang tinggal dengan tantenya dan pacar yang abusif, wargai kompleks perumahan kumuh bernama The Stacks. Dunia yang makin memburuk membuat para warganya melarikan diri ke dunia fantasi digital yang disebut OASIS, dan hidup dalam film-film hebat yang pernah mereka tonton.
OASIS dirancang si jenius rapuh James Halliday (Mark Rylance) dan mitra bisnisnya, Ogden Morrow (Simon Pegg). Halliday yang kemudian meninggal dunia, meninggalkan “Easter egg”: Siapa pun yang bisa menyelesaikan tiga tantangan di dalam game, berhak menguasai seluruh perusahaannya.
Meski premis film ini terdengar rumit, terjadi di dunia nyata maupun dunia virtual, kisahnya jadi mudah dimengerti lewat banyak adegan Wade yang bermain video game.
Satu dari film tersulit besutan Spielberg!
Steven Spielberg, legenda Hollywood yang tetap aktual dan produktif hingga hari ini, tak pernah berhenti berkarya. Belum lama berselang sineas ini jadi pembicaraan lewat besutannya The Post, yang dinominasi Oscar 2018 untuk Film Terbaik dan Aktris Terbaik bagi Meryl Streep. Kini dunia bicarakan besutan teranyarnya, Ready Player One.
Spielberg mengaku inilah satu dari tiga film tersulit yang pernah ia sutradarai setelah Jaws (1975) dan Saving Private Ryan (1988). Ready Player One juga proyek yang membuatnya susah tidur! Semua gara-gara proses pengambilan gambar yang rumit. “Ada perbedaan antara tantangan fisik, seperti kulakukan pada Jaws dan Saving Private Ryan; dengan tantangan lain yang baru secara teknologi belum pernah dilakukan sebelumnya,” ungkap pria 71 tahun pada EMPIRE tentang perjuangannya.
“Berangkat dari produksi live action dunia nyata - dengan set, peralatan, figuran, aksi kejar-kejaran, alat peraga dan segala macam prosuder panjang dan rumit – menuju tangkapan digital dalam volume besar. Kadang-kadang untuk satu bagian kecil yang harus diselesaikan sehari penuh, dan semua dibuat dalam tingkat yang belum pernah kualami sebelumnya.”
Spielberg, si raja penghasil blockbuster ini, diam-diam mengaku tak sedang mengalahkan siapa pun, kecuali pencapaian dan rekor yang pernah dibuatnya sendiri. “Aku belajar bagaimana bikin film seperti ini ketika aku sedang bikin film ini juga. Itu berarti banyak terjadi trial and error. ”
Film yang membuat Spielberg bernostalgia!
Nostalgia tak hanya bikin bahagia, tapi bisa jadi hal yang mahal untuk menghadirkannya. Itulah yang dirasakan peraih tiga Oscar ini. Nostalgia bahkan jadi salah satu alasan Spielberg membesut film ini, dan bisa jadi alasan bagi sebagian orang menonton film ini. Ready Player One bukan sekadar petualangan remaja dystopian yang terpusat pada dunia video-game, tapi juga film horor, zombie spiritual yang hidupnya telah dikuasai para pembuat produk budaya.
Wade, yang menggunakan OASIS, program realitas virtual yang tadinya sebentuk pelarian dan tempat untuk menghibur diri, akhirnya jadi sarana berkompetisi jutaan orang. Sementara Halliday, pendiri program ini, adalah remaja dari era 1980-an dan 1990-an, yang menyeret obsesi masa kecilnya setengah abad ke depan dan mengubahnya jadi inti budaya pop pertengahan abad ke-21. Puluhan, bahkan ratusan, referensi budaya pop ditemukan di film ini. Anda akan menjumpai aktualiasasi ulang The Shining, King Kong, monster dari Alien, mobil DeLorean dari Back to the Future, Tyrannosaurus dari Jurassic Park, kontes tari berdasarkan Saturday Night Fever dengan lampu disko meriah, atau bertemu Sonny atau Cher. Anda bahkan bisa mendaki Gunung Everest dengan Batman! Tak ayal lagi, film ini mengubah Spielberg dalam kepribadian Halliday, yang jadi ayah paling keren yang menciptakan heroisme dalam diri Wade.
"Aku merasa seperti anak kecil lagi yang sedang membuat film, sebetulnya ini bahkan jenis film yang dulu aku bikin pada tahun 80-an," kata Spielberg pada ABC News. "Aku merasa, aku tak membatasinya, tapi berada di dunia itu lagi."
Seberapa penting bernostalgia buatnya, atau bagi penonton? Menurut Spielberg, nostalgia tak punya kehidupan yang kekal. “Aku bernostalgia saat berada dalam situasi buruk, ketika stres, atau saat dunia jadi tempat buruk untuk ‘dibaca’ atau ‘ditonton,’” papar Spielberg menyindir media sosial dan televisi membobardir kehidupan banyak orang. “Anak-anakku sendiri tak bernostalgia dengan cara yang sama. Mereka bernostalgia jika ada sesuatu saedang ngetren. Kemudian mereka akan kembali dan mencarinya dan belajar tentang sesuatu yang terjadi sejak lama.”
Rasanya Ready Player One bikin penasaran siapa pun yang belum menontonnya. Makin penasaran jika Anda kutipan ulasan cnn.com ini: “Sungguh memesona. Belakangan ini, generasi baru sutradara memberi penghormatan pada film-film populer Spielberg (misalnya Super 8, Jurassic World, dan Stranger Things); namun Ready Player One membuktikan dengan pasti, tak ada yang bisa meniru Spielberg selain Spielberg.”
Penasaran kan?!