Dipuji sebagai salah satu film yang menyegarkan mata, ditambah adegan menakjubkan, Ghost in the Shell berhasil menampilkan bias batasan antara teknologi dan realitas. Secanggih dan serumit apa pembuatan film ini?
Diangkat dari anime dan manga laris dan terkenal karya Masamune Shirow dengan judul sama, bergaya fiksi ilmiah Cyberpunk, Ghost in the Shell berfokus pada polisi cewek yang dipanggil Major (diperankan oleh Scarlett Johansson), sejenis Android dibuat dari otak manusia dan tubuh robot. Karena banyak mengambil referensi adegan dari manga dan anime, maka film ini menuntut teknologi efek visual tingkat tinggi.
Disutradarai Rupert Sanders yang bekerja sama dengan Guillaume Rocheron dan salah satu perintis efek khusus, John Dykstra. Awalnya mereka menggambar adegan yang akan dibuat dan membandingkan langsung dengan gambar di anime Ghost in the Shell tahun 1995, lalu digabungkan berbagai ide dan visi untuk disesuaikan dengan jalan cerita film tersebut.
Sebagai contoh, sebuah adegan pertarungan lapangan yang dimodifikasi sedemikian rupa, digenangi air dan aksi Spider Tank (tank berbentuk laba-laba) -- yang sangat populer bagi penggemar anime, dirancang ulang dengan animasi digital yang rumit, dikelilingi lingkungan buatan komputer dan simulasi tembakan dan ledakan. Semua adegan ini dilakukan langsung oleh aktor dengan menggunakan teknologi Green Screen (layar hijau). Kerumitan itu belum termasuk tambahan efek baju siluman yang dipakai Major.
Sekitar 1000 adegan film ini dihasilkan oleh sebuah rumah produksi pembuat efek visual bernama Moving Picture Company (MPC), yang pernah memenangkan Oscar saat menggarap visual efek The Jungle Book (2016). Mereka meciptakan adegan-adegan spektakuler itu menggunakan teknik dan perangkat lunak canggih terbaru. Dalam salah satu video di CNET, terlihat mereka sedang membuat tubuh Major, dari mulai kerangka, otot sampai cairan layaknya cewek android itu di versi anime!
MPC juga merancang kota masa depan yang ada dalam film ini, dimana tim visual efek membuat gedung modern, jalanan dipenuhi kerumunan orang dan kendaraan, semuanya itu buatan komputer. Selain itu para ahli efek ini juga menciptakan hologram papan reklame raksasa, yang mereka sebut sebagai Sologram, sebanyak 372 buah! Diperlukan 80 kamera definisi tinggi yang dapat menangkap 24 frame per detik untuk ini.
Dalam adegan Major sedang menyelidiki ingatan robot lawan, dibuatlah sebuah kamera khusus, menggabungkan 125 kamera jenis DSLR yang mampu “membekukan” gambar seorang aktor dalam berbagai gerakan, sehingga bisa dimodifikasi secara digital.
Ternyata begitu sulit dan rumit membuat Ghost in the Shell. Hasilnya? Saksikan sendiri!