wiseguy
by wiseguy

Memukau dalam Personal Shopper, kritikus puji akting Kristen Stewart. Alami, berani, hidup, untuk peran menantang dan penuh penafsiran, bak Marlon Brando dan James Dean di masa lalu.

Personal Shopper dinilai sebagai lompatan sekaligus risiko besar tak saja bagi sutradara Olivier Assayas, juga bagi pemerannya, Kristen Stewart. Inilah film tentang hantu dan thriller erotis yang mengungkap bagaimana “jiwa” melakukan perjalanan atas identitas personalnya. Terdengar rumit dan bikin kerut dahi? Baiklah, begini gambaran sederhananya.

Maureen Cartwright, diperani Stewart, adalah perempuan Amerika 27 tahun yang tinggal di Paris. Ia seorang personal shopper, pekerjaan yang tak disukai tapi harus dijalaninya demi bisa bayar sewa rumah dan biaya hidup selama di kota fesyen dunia itu. Cartwright bekerja untuk seorang aktris kaya super sibuk bernama Kyra (diperani Nora von Waldstätten). Dengan skuternya, ia berkeliling kota Paris untuk menyambangi sejumlah desainer dan butik untuk membeli busana dan aksesori bagi penampilan Kyra.

Meski tak suka pekerjaan ini, Maureen Cartwright rela berada di Paris demi misi yang dijalankannya: Saudara kembarnya, Lewis, meninggal di sini beberapa bulan lalu karena penyakit jantung bawaan. Perempuan ini sengaja tinggal di sebuah vila, tempat semasa hidup saudara kembarnya tinggal. Ia sedang menunggu kunjungan arwah kembarannya itu. Dulu, keduanya saling berjanji siapa pun meninggal lebih dulu harus saling mengunjungi dengan memberi isyarat tertentu.

Inilah film kolaborasi kedua Assayas dan Stewart, setelah keduanya pernah bekerja sama dalam Clouds of Sils Maria dengan peran utama pemenang Oscar Juliette Binoche. Sejak awal produksi, film ini dinilai berani sekaligus menunjukkan urgensi tak biasa atas kemampuan sang sutradara sekaligus aktris utamanya. Jika gagal, kegagalan itu akan terasa berlipat ganda.

Kolaborasi Dahsyat!

Tak sia-sia, pertaruhan itu sukses gaet Sutradara Terbaik di ajang Festival Film Cannes 2016, dan setidaknya 3 penghargaan lain di ajang berbeda. Dan tentu saja, hujan pujian bagi Kristen Stewart.

Kristen Stewart aktris yang baik, sayangnya sering disalahpahami. Spontanitasnya nyata dan piawai memamerkan emosi secara alami, dua kualitas yang membuatnya berada di jajaran terdepan di antara aktris segenerasinya, seperti Jennifer Lawrence atau Tessa Thompson,” begitu tulis Richard Brody.

“Film ini berpusat pada sekuen berturut-turut: Perjalanan Maureen dari dan ke London, secara fisik menghadapi pengemudi taksi dan asisten desainer, dan kunjungan rahasia ke apartemen Kyra di Paris. Kehadiran Stewart terasa sepanjang film, meski fisiknya tak selalu berada di lokasi, karena gambar kadang memperlihatkan iPhone milik Maureen. Perjalanan Maureen di sini merupakan latar perjalanan psikologis dari korban paranoid menjadi pengidap sadomasokistis,” begitu tulis Graham Fuller di majalah Sight & Sound  edisi April lalu.

Fuller juga memuji secara luar biasa tentang perempuan ini. “Stewart menawarkan beragam kemungkinan bagi kondisi modern, begitu banyak identifikasi bagi anak muda yang bisa dikaitkan dengannya. Ia tak hanya aktor, tapi dialah sang aktor. Ia Marlon Brando atau, lebih tepat lagi, James Dean zaman kini."

Sementara Olly Richards dari empireonline.com menulis betapa inilah film terbaik Stewart. “Kristen Stewart berada pada karier terbaiknya sebagai Maureen, seperti pasangan aktris dan karakternya sejak Angelina Jolie memerani Evelyn Salt.”

Meski dipuji sebagai film horror dan thriller amat baik, kisah di balik layarnya lebih unik lagi. Stewart bahkan tak menyangka besutan Assayas ini menuai pujian melebih harapan.

“Ia tak mengatakan apa pun,” kata Stewart pada James Mottram dari majalah Total Film. “Aku tak menyadari ini film horror saat baca naskahnya. Aku tahu ada aspek supranatural karena ada komitmen melihat wajah-wajah arwah, dan aku tak berpikir karakter yang kuperani akan takut pada arwah sama sekali. Aku hanya mengira Maureen sebagai sosok amat berduka karena ditinggal kembarannya, kesepian, hingga kerasukan arwahnya. Kukira hanya kisah tentang dari kegelapan hingga penerimaan pada kenyataan yang indah,” ungkap Stewart panjang lebar.

Tampaknya, Personal Shopper bagian dari metamorfosa amat penting karier Stewart. Meski berakting sejak kecil -- di antaranya dalam Panic Room (2002) sebagai anak Jodie Foster– ia meraih popularitasnya saat bermain dalam lima film di The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 2 (2008-2012). Di sela-selanya, ia sempat bermain cemerlang di beberapa film indie seperti sebagai stripper dalam Welcome to the Rileys, dan memerani rocker cewek legendaris Joan Jett dalam The Runaways, di mana ia bersama Dakota Fanning benar-benar memainkan alat musik dan bernyanyi sendiri. 

Tak mau berlama-lama terjebak dalam citra film bertema vampir, ia berkiprah di film yang jadi sasaran pujian kritikus, di antaranya: Snow White and the Huntsman (2012); Camp X-Ray (2014); Clouds of Sils Maria  (2014), film yang menobatkannya sebagai Aktris Pendukung Terbaik di ajang César Award France 2014, menjadi aktris Amerika pertama yang dinominasikan untuk aktris pendukung terbaik, dan nominasi kedua sejak Julia Migenes dinominasi Aktris Terbaik dalam Carmen (1984). Ia juga bermain amat apik dalam Still Alice (2014), beradu akting dengan Julianne Moore, di mana Moore​​​​​​​ gaet Oscar pertamanya sebagai Aktris Terbaik 2015; juga Anesthesia (2015), Equals (2015), Certain Women (2016), dan Billy Lynn’s Long Halftime Walk (2016.

Setidaknya, ada tiga lagi film Stewart yang layak kita ditunggu: JT Leroy, Lizzie, dan Underwater, yang semuanya masih tapah pra-produksi dan post-produksi. Ah, jadi penasaran!