wiseguy
by wiseguy

Menyutradarai sembilan film dan gaet satu Oscar, perempuan 63 tahun ini telah garap aneka cerita, dari geng motor, vampir, penegakan hukum bernuansa perenungan, hingga laga panas. Kathryn Bigelow adalah perintis bagi jender dan genre yang dibesutnya!  

Kathryn Bigelow adalah salah satu sosok terbaik yang bisa diberikan jagat perfilman. Ia disebut-sebut sebagai salah satu sineas terkemuka dan paling bervariasi yang memiliki filmografi amat menggugah di peta sinema kontemporer. Gayanya yang terbuka dan independen bahkan menciptakan “cult” dengan banyak pengikut. Industri film mengakuinya sebagai perempuan pertama peraih Sutradara Terbaik di ajang Oscar. Hanya satu di antara empat orang perempuan yang pernah dinominasikan sebagai sutradara terbaik sepanjang sejarah Oscar. Hingga kini prestasi ini belum ada yang menyamai. 

Yang lebih 'keren' kala memenangkan Oscar di tahun 2010 lewat Hurt Locker, ia mengalahkan James Cameron (Titanic), yang tak lain adalah mantan suaminya sendiri. Mereka pernah menikah selam dua tahun di tahun 1989 - 1991. Setelah berpisah,Bigelow tampaknya lebih fokus dan idealis sebagai sutradara. 

Dikenal sebagai seniman anti-klasik, Bigelow tak pernah menggarap film berbujet besar. Gaya narasi visualnya membuat penonton menangkap semangatnya dalam menyuguhkan isu-isu topikal yang diusungnya. Situs indiwire.com menyebut “teknik yang diciptakannya merontokan norma-norma genre dengan hasil berbeda tiap kali filmnya dirilis.”

Film-film karyanya disebut-sebut berbeda dan selalu 'berbicara'. Yang lainnya bahkan jadi acuan kritikus dan penontonnya, lebih dari sekadar saat mereka bicara dan mengaitkan “perempuan” dengan “sutradara.” Semoga Anda ingat sejumlah judul besutannya, yakni The Weight of Water (2002), K-19: The Widowmaker (2002), Point Break (1991), Blue Steel (1989).

Ia dua tahun mengenyam pendidikan di San Fransisco Art Institute. Di usia 20, Bigelow mendapat beasiswa di Whitney Museum’s Independent Study Program. Sebelum jadi sutradara, Bigelow dikenal sebagai pelukis berbakat. 

Berharaplah pada perempuan yang mengenyam pendidikan dua tahun di San Fransisco Art Institute ini bisa lebih royal membesut karya-karya berikutnya!

Berikut adalah lima dari sembilan film terbaik yang pernah dibesut Begelow:

Near Dark (1987)

Merupakan film keduanya, perempuan ini berusaha menggarap film Western yang tak biasa bekerja sama dengan penulis Eric Red. Hasilnya, mereka menghidupkan kegilaan tren cerita vampir di akhir tahun 80-an (Fright Night, The Lost Boys) dan menggabungkan tema Western dan geng motor sehingga terciptalah “cult classic” Near Dark.

Film dibuka dengan si tampan Caleb (AdrianPasdar) yang kesengsem Mae (Jenny Wright), cewek asing entah dari mana tapi kehadirannya bikin para kuda ketakutan. Dari satu kejadian dan kejadian berikutnya yang penuh liku, cowok ini pun akhirnya berubah menjadi vampir. Gambar-gambar diracik Bigelow dengan indah, mengombinasikan elemen romantisme, realisme, dan sejumlah efek mengejutkan. Kritikus menggambarkan film ini sebagai “Antidot sempurna atas novel-novel bermuatan mitos berat Anne Rice.”

Strange Days (1995)

Ditulis bersama Jay Cocks dari naskah asli karya James Cameron, inilah fiksi ilmiah yang melampaui zamannya: Ia bahkan meramalkan penggunaan recreational virtual reality, kecaman terhadap kaitan ras dengan kebrutalan polisi.

Berlatar pra-apokaliptik 1999, mengisahkan Lenny (Ralph Fiennes), mantan polisi yang berubah jadi bandar barang haram dan terjebak konspirasi pembunuhan yang bisa mengungkap kebrobokan seluruh jajaran di bekas dinas tempatnya bekerja. Dengan meminta bantuan teman-temannya, di antaranya sopir limo Mace (Angela Bassett), Lenny berusaha melacak pembunuhan seorang kenalannya dan menyelamatkan Faith sambil mengungkap kebobrokan ke hadapan pengadilan. (Bayangkan Blade Runner dipertemukan dengan Inherent Vice dengan nuansa Her dan Demolition Man !)

Para kritikus menyebut film ini disunting secara luar biasa, yang bikin penonton terkejut-kejut.

The Loveless (1981)

Debut Bigelow (ditulis, dan disutradarai, bersama dengan Monty Montgomery), The Loveless seperti menciptakan benih filmografi dari subversi genrenya dan eksplorasi kemanusiaan berwajah kekerasan. Menguji dinamika kekuatan yang kompleks melalui premis sederhana, film ini mengisahkan geng motor saat menginvasi kota kecil Southern. Para anggota geng yang bejaket kulit, dengan Vance sebagai pemimpin (Willem Dafoe dalam peran layar lebar pertamanya), muncul dengan penuh karisma dan rambut kelimis.

Selama adegan pembuka, kamera menjelajahi tubuh Vance, yang memberi kesan mengancam sekaligus mengggoda, yang membuat penonton perempuan langsung kesengsem dengan tokoh keren dan macho. Seperti mengusung era Reagan di tahun 1950-an, film ini bak merayakan sekaligus merunut genre akarnya melalui gerak pelan seorang feminis arus bawah — yang kemudian dieksplorasi melalui geng perempuan genit kota itu, yang kemudian ditangkap oleh mata Vance.

Apa kata kritikus tentang debut Bigelow ini? Sebuah film yang tak mengikuti gaya penceritaan biasa!

Zero Dark Thirty (2012)

Dibesut sebagai bagian kedua drama masa perang, Bigelow kembali mengguncang dan mengubah lensa kameranya menjadi perburuan bagi Osama bin Laden, terutama sebagai perempuan di balik layar. Sementara The Hurt Locker fokus pada keterkaitan hubungan dan mencerminkan ambiguitas tujuan perang Irak, Zero Dark Thirty secara penuh kekuatan bermisi langsung pada pencarian Osama bin Laden melalui penyelidikian di antara para pejabat tinggi dan aneka interogasi.

Maya (Jessica Chastain, dengan penampilan paling cemerlang yang pernah dilakukannya hingga saat ini) terbang untuk berhadapan dengan kompleks industri militer yang didominasi pria, mempertaruhkan kariernya pada kekuatan individu dan penyelidikannya sendiri. Melalui temuan Maya, Bigelow seolah menggambarkan perempuan yang kelelahan dalam dunia pria dan alur yang amat procedural di dinas kepolisian.

Di film ini, Bigelow menempatkan penonton di dalam alur kerja FBI melalui Maya dan tim regu tembak yang mengincar bin Laden dengan sudut pandang lensa malam hari, sekaligus memaksa penonton juga harus berhadapan dengan teknik interogasi ekstrim Amerika.

The Hurt Locker (2009)

Film dibuka dengan mengeksplorasi ketegangan tiga anggota unit penjinak bom Amerika di Irak pada 2004. Unit ini bertugas di area perang penuh debu (yang pengambilan gambarnya dilakukan di perbatasan Yordania). Dipimpin Sersan William James (Jeremy Renner, salah satu penampilannya yang paling cemnerlang sepanjang kariernya), James telah menjinakkan 783 bom dan seringkali dilakukannya sendiri. Film Perang Irak dengan ketegangan tinggi ini bisa tercipta berkat Bigelow membawa kepekaannya pada elemen laga ( ingat Point Break dan Strange Days) dan tendensi pada kecenderungannya menumbangkan genre klasik ke dalam latar masa perang klasik.

Maka, Bigelow pun membuat jantung penontonnya berdetak lebih cepat dengan membawa mereka pada sudut pandang para serdadu dengan fokus pada dinamika skuadron, bukan pada adegan-adegan yang bikin air mata tertumpahkan. Sementara itu, penggunaan kamera Super 16mm memungkinkan tertangkapnya realitas perang secara hidup dan mendalam.

Ya, dan sebuah Oscar untuk penyutradaraan bagi film ini!