Sebuah game asal Bandung diangkat ke layar lebar. Sekelompok remaja, sejumlah zombie, dan tebaran ketakutan. Akan dibuat sekuelnya!
Akhirnya, game video bikinan perusahaan negeri ini diadaptasi ke layar lebar. DreadOut, begitu nama game horor indie ini, adalah produksi Digital Happiness dari Bandung, yang bisa dimainkan dengan sistem operasi Microsoft Windows, OS X dan Linux. Meski konon bisa dimainkan untuk PlayStation 4. tapi versi finalnya belum dirilis. Game ini mengisahkan sekelompok murid SMA di Indonesia yang menemukan kota tua yang ditinggalkan. Di sana mereka dihadapkan hantu dan kegiatan paranormal. Salah satu siswanya, Linda, mulai mengungkap rahasia kota dan daerah sekitarnya.
Game yang lantas meraih popularitas cukup tinggi ini ditandai dengan sejumlah YouTuber kondang dunia yang memainkannya, salah satunya Pewdiepie.
Adaptasi dengan Kompromi
Popularitas DreadOut di kalangan gamer membuat permainan ini punya alasan kuat untuk diadaptasi ke layar lebar. Maka DreadOut pun dibesut Kimo Stamboel, yang mengusung sejumlah pemeran muda berwajah populer: Jefri Nichol, Marsha Aruan, Hannah Al Rashid, Ciccio Manaserro, Susan Sameh.
Seperti diungkap Timo sang sutradara saat premier di bioskop CGV Grand Indonesia beberapa waktu lalu, DreadOut adalah semacam prekuel. Bukan tak mungkin, di masa depan akan dibuat sekuelnya. Sejumlah kompromi harus dilakukan demi kelayakannya sebagai cerita utuh ala film layar yang enak dinikmati tapi seseru permainan gamenya.
Ada banyak pemeran di dalamnya, tak sesedikit seperti game aslinya. Maka, DreadOut yang bergenre horor survival dengan nuansa kekinian ini, mengisahkan sekelompok anak sekolah yang ingin menaikkan popularitas diri mereka lewat media sosial. Tak dinyana, mereka, yakni Jessica (Marsha Aruan), Beni (Irsyadillah), Dian (Susan Sameh), Alex (Ciccio Manassero) dan Erik (Jefri Nichol), harus mengalami petualangan tak terduga dalam sebuah apartemen terbengkalai dan angker.
Harapan bagi Karya Anak Negeri!
DreadOut bisa jadi awal amat manis bagi makin menguatnya industri kreatif di Indonesia. Siapa tahu, game berikutnya bisa susul-menyusul, disukai publik dunia, dan diadaptasi ke layar lebar.
Seperti halnya adaptasi novel, biografi, atau kejadian nyata ke layar lebar, game video juga material menarik bagi sineas. Kita pasti bangga jika kelak game lokal bisa diadaptasi dengan standar dan skala Hollywood, seperti:
Rampage besutan Brad Peyton yang diperani Dwayne Johnson, Naomie Harris, Malin Akerman, yang kisahkan misi menyelamatkan kota Chicago dari amukan tiga mahluk raksasa.
Tekken 2: Kazuya Revenge; yang kisahkan pria bernama Kazuya yang terbangun di sebuah apartemen dekat kota Tekken tanpa ingatan masa lalu. Saat berusaha mencari identitas dirinya, dalam perjalanannya ia ditangkap pembunuh bayaran, dan sejak itu Kazuya jadi pembunuh sadis bersama Rhona. Sebuah besutan Wych Kaosayananda yang diperani Kane Kosugi, Cary-Hiroyuki Tagawa dan Rade Serbedzija.
Silent Hill: Revelation 3D, besutan Michael J. Bassett yang dibintangi Adelaide Clemens, Kit Harington dan Sean Bean. Film ini kisahkan Heather Mason dan ayahnya, yang lama dalam pelarian. Di ulang tahunnya yang ke-18, ayahnya menghilang, dan Heather mengalami kenyataan aneh dan menakutkan. Di sini pula, ia bisa mencari jawabannya agar keluar dari mimpi buruk yang menghantuinya. Bayangkan jika game lokal bisa sekeren ini!
Atau, bayangkan jika anak-anak negeri bisa lahirkan game yang kemudian diadaptasi ke layar lebar, seperti Mortal Kombat Besut sutradara yang pernah menggarap Resident Evil, Paul W.S. Anderson, film ini kisahkan pertarungan antara pejuang, iblis dan mahluk super. Seru!