Danur adalah fenomena menarik film Indonesia saat ini. Pasalnya, ia bukan hanya sekadar novel yang diadaptasi ke layar lebar. Danur juga merupakan franchise yang meramaikan perfilman Indonesia, berikut semesta (universe) turunannya.
Berawal dari Danur: I Can See Ghosts karya sutradara Awi Suryadi dan membuat penasaran pecinta genre horor pada tahun lalu. Sekitar 2,7 juta penonton hadir di bioskop, mereka penasaran untuk melihat akting Prilly Latuconsina, Sandrinna Michelle, Shareefa Daanish, dan Kinaryosih.
Maret 2018 hadir versi sekuelnya, Danur 2: Maddah dan kembali bikin publik tergila-gila. Kurang lebih 2,5 juta penonton kembali ke bioskop untuk menyaksikan akting Prilly, sang pemeran Risa. Kali ini Risa tak ragu lagi menjalin persahabatan dengan makhluk gaib.
Seolah tak puas, produser MD Pictures, Manoj Punjabi langsung tancap gas. Spin off dari semesta Danur sudah disiapkan. Masih bareng Awi Suryadi, Manoj sodorkan Asih, karakter yang muncul di versi awal, di bioskop sejak 11 Oktober lalu. Sejuta tiket ludes dalam lima hari. Di sana dikisahkan karakter hantu Asih kenapa sampai bernasib demikian.
Sumber franchise Danur diangkat dari novel laris Risa Saraswati. Nama Risa dikenal sebagai personil band indie asal Bandung, Homogenic. Gagasan menulisnya merupakan pengalaman personal sebagai gadis indigo saat berinteraksi dengan makhluk alam gaib.
Imajinasi Risa kemudian menjadi tambang emas bagi MD Pictures. Film adaptasi novelnya konsisten meraup jutaan penonton. Saat ini, selain franchise Danur yang masuk untuk produksi seri ketiga, sejumlah spin off di luar Asih pun sedang digodok oleh tim kreatif MD.
Sutradara Awi Suryadi bak ketiban durian runtuh saat dipercaya mengeksekusi semesta Danur. Gelombang sekuel dan spin off menanti untuk digarap, hasilnya pun selalu dinanti-nanti publik mengingat banyaknya fans berat karakter Risa.
“Rasanya terbukti fans franchise Danur cukup garis keras. Saya sangat bersyukur dengan antusiasme mereka terhadap universe Danur. Saya harap seiring dengan rencana kami memperluas universe Danur, semakin luas juga fanbase Danur,” ucap Awi Suryadi saat dihubungi awal pekan ini.
Franchise Horor Lainnya
Apa yang dialami Awi sejatinya bukan hal baru dalam industri film lokal, terutama pada genre horor. Namun dia siap mencetak rekor dengan stok gagasan yang disiapkan di masa mendatang.
Beberapa sineas lain pernah kebagian kue franchise tema ini. Sutradara Rizal Mantovani paling sukses karena membuat trilogi Kuntilanak. Plus sebuah proyek reboot yang diputar pada libur lebaran lalu.
Di belakangnya, ada franchise Pocong yang dibesut bergantian dari Rudy Soedjarwo ke Monty Tiwa. Terakhir ada franchise Jelangkung yang digarap lebih banyak lagi sineas. Berawal dari duet Rizal Mantovani dan Jose Poernomo, dilanjutkan Dimas Djayadiningrat, Angga Dwimas Sasongko, Nayato Fio Nuala, hingga Chiska Doppert.
Tentu saja fenomena macam ini bukan melulu terjadi di Indonesia. Di Hollywood misalnya, kasus ini bukan hal baru. Dalam dunia industri, gagasan yang disambut baik oleh pasar niscaya langsung diduplikasi. Pun dalam film, terutama genre horror. Sekali muncul film laris, produser kontan menyiapkan seri berikutnya.
James Wan menjadi salah satu sineas yang sukses melakoninya. Pada 2013 dia menyutradarai The Conjuring yang dibintangi oleh Patrick Wilson dan Vera Farmiga. Film ini menuai sukses di mancanegara, termasuk di Indonesia.
Sukses itu mengantar Wan untuk membuat sekuelnya tiga tahun kemudian, The Conjuring 2. Menariknya, di sela-sela franchise itu masih ada spin off-nya Annabelle (2014) yang digarap oleh John R. Leonetti, serta prekuelnya Annabelle: Creation (2017) karya David F. Sandberg. Jangan lupa masih ada The Nun, spin off semesta The Conjuring yang diputar di bioskop pada bulan lalu.