ayu
by ayu

Diane Lane, barangkali adalah salah sedikit aktris langka di daratan Hollywood. Berbeda dengan sebagian aktris lain yang seolah tak pernah berhenti shooting, ia mengaku santai lantaran pemilih. Tak perlu heran bila kadang-kadang pilihan perannya di luar dugaan banyak orang. Atau malah ia mau bermain dalam sebuah proyek karena merasa cocok pada sutradara atau produser yang mengajaknya. Dan film terbaru yang dibintanginya: Paris Can Wait, boleh jadi proyek sentimental aktris jelita ini. Pertama, ia ‘balas budi’ kepada sang sutradara yang kebetulan teman lamanya, dan yang ke dua, ia bereuni dengan Paris, kota yang pernah membuatnya jatuh cinta.

Paris Can Wait merupakan film ke lima puluh sembilan yang dibintanginya. Begitu tayang perdana di Toronto Film Festival belum lama ini, langsung menarik distributor besar untuk membeli dan mengedarkannya ke seluruh dunia. Sony Classics, yang terkenal peduli pada proyek-proyek bagus yang belum didistribusikan, tanpa berpikir panjang langsung mengakusisi film ini setelah penayangan itu. Para eksekutif Sony memuji bahwa ini adalah film yang indah, dibuat dengan sangat elegan, dan menampilkan akting menawan Diane Lane. "Ini adalah film yang akan memberi kesejukan ke semua orang." 

Selain siap edar di bioskop, Paris Can Wait juga sudah di-book untuk ditayangkan di televisi, A+E Television yang juga jatuh cinta pada film ini, rupanya juga langsung membeli hak tayangnya. "Sangat memuaskan bagi kami bisa membantu mewujudkan visi kreatif orang-orang seperti Eleanor," ujar Rob Sharenow, exec VP and GM of A&E and Lifetime. "Melihat Eleanor membuat film seindah ini, sungguh sangat menyenangkan. Kami ingin lebih banyak orang bisa menontonnya." 

Kisah yang ditampilkan dalam Paris Can Wait sederhana saja, dan barangkali juga sama sekali bukan hal yang asing bagi Eleanor dan Diane Lane yang memerankan Anne, istri seorang produser film sukses. Pernikahan mereka anteng tapi membosankan, apalagi sang suami lebih mencintai pekerjaannya. Suatu kali, ketika melakukan perjalanan dari Cannes ke Paris, ditemani rekan suaminya, Anne baru menyadari apa yang hilang dari hidupnya selama ini. Perjalanan yang seharusnya hanya tujuh jam itu berubah menjadi petualangan dua hari melewati lokasi-lokasi cantik, makanan berselera, anggur, humor, nilai hidup dan tentu saja romans.

Berjudul asli Bonjour Anne, film ini disutradarai oleh Eleanor Coppola, ibu dari sutradara Sofia Coppola (The Bling Ring). Hidup dalam keluarga film maker, membuat Eleanor tak ingin berhenti berkarya, meski usianya kini telah 80 tahun. Selama ini, ia lebih sering menjadi asisten dalam produksi film, antara lain dengan membesut film behind the scene, seperti Hearts of Darkness: A Filmmaker’s Apocalypse, yang merupakan dokumenter seputar pembuatan film Apocalypse Now, besutan suaminya, sutradara legendaris Francis Ford Coppola (trilogi Godfather).

A Litlle Romance, film pertama Diane Lane yang berseting di Paris.

Lewat Francislah, Eleanor mengenal Diane 33 tahun lalu, ketika Diane masih remaja dan di-cast sebagai Cherry Valance dalam film The Outsiders, besutan suaminya. Francis Ford Coppola memang termasuk sering meng-cast Diane dalam film-filmnya, antara lain The Outsiders, Cotton Club and Jack. Alasan Eleanor memilih Diane juga lantaran ia yakin aktris kesayangan suaminya itu bukan hanya bisa berakting dengan baik, tapi juga mudah diajak kerja sama, selain alasan sentimental: reuni.

Dan ini bukan kali pertama Diane Lane 'hijrah' ke Paris. Film debutnya, A Little Romance (1979) juga berseting di kota fashion tersebut. Film yang disutradarai George Roy Hill itu membuat nama Diane langsung meroket, di usianya yang saat itu baru 14 tahun, ia sudah menjadi cover majalah Time. Karirnya boleh dibilang mulus, dengan bakat akting yang kental, tubuh sempurna dan wajah menawan, Diane adalah idola remaja, poster girl bagi cowok-cowok, tapi juga aktris yang dicari para sutradara karena bakat aktingnya.

Bahkan sebelum menginjak usia 20, ia sudah jadi multi milioner. Namun karirnya sempat meredup di tahun 90-an, sebelum ia bangkit lagi lewat film indie A Walk on the Moon (1999), dan akhirnya mendapat nominasi Oscar dalam Unfaithful (2002), di mana ia memerankan seorang istri yang tanpa sengaja terlibat affair dengan laki-laki lebih muda. Selanjutnya, karirnya berjalan ‘pelan tapi pasti’ seperti keinginannya, termasuk ketika memilih berperan dalam Paris Can Wait.

“Ini proyek santai yang membuat saya bisa berjalan-jalan ke tempat yang dulu sering saya kunjungi,” kata mantan istri Josh Brolin (Sicario) ini. Ia juga berharap, seperti halnya tokoh Anne yang diperankannya, Paris Can Wait bisa membawa semua orang kembali merasakan betapa romantis dan indahnya hidup. Dan barangkali ini alasan penting kalau kita tak sabar menunggu mengucapkan “Bonjour Anne”.