Di sebuah pulau bernama Berk, hidup para Viking yang keras dan pemberani. Bagi mereka, naga adalah musuh yang harus dibasmi. Tapi semuanya berubah saat Hiccup, anak kepala suku yang canggung dan kurus menemukan seekor naga yang terluka. Bukannya membunuh, ia justru menolong naga tersebut. Dari situlah, kisah luar biasa ini dimulai.
How to Train Your Dragon (2025) adalah versi live action dari film animasi legendaris tahun 2010. Disutradarai Dean DeBlois, film ini membawa kita kembali ke dunia Berk, tapi kali ini dengan visual yang terasa lebih nyata dan emosional. Hiccup dan Toothless, naga hitam Night Fury, bukan sekadar sahabat, mereka adalah simbol perubahan.

Dengan efek praktikal yang apik dan musik yang menggetarkan hati, film ini bukan hanya untuk anak-anak. Ini adalah cerita tentang keberanian, persahabatan, dan keberanian untuk menjadi sesorang yang berbeda. Film ini bisa sangat dinikmati oleh siapa pun, dari generasi lama hingga penonton baru.
Penasaran bagaimana kelanjutan kisah Hiccup dan Toothless di versi live action ini? Apa saja perbedaan dari versi animasinya? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Sinopsis How to Train Your Dragon (2025 – Live Action)
Di tepi dunia yang dikelilingi laut dan badai, berdiri sebuah desa Viking bernama Berk, tempat kekuatan diukur dari seberapa besar naga yang bisa kau kalahkan. Di tengah kerasnya budaya ini, lahirlah seorang remaja kurus, canggung, dan dianggap lemah bernama Hiccup Haddock.
Hiccup adalah putra kepala suku, Stoick the Vast, seorang pemimpin kuat yang memimpikan anaknya menjadi pejuang sejati. Tapi Hiccup tak pandai bertarung, tak suka kekerasan, dan terlalu penasaran akan hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan kekuatan semata. Ketika ia tanpa sengaja menjatuhkan seekor naga langka bernama Night Fury, ia pun diam-diam mengikuti suara hatinya: untuk mendekati naga nya, bukan menyerangnya seperti yang biasa dilakukan oleh sukunya.
Di tengah hutan sunyi dan danau berkabut, pertemuan mereka berubah menjadi ikatan persahabatan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hiccup menamai naga itu Toothless dan keduanya mulai belajar bahwa dunia tidak hitam putih: naga bukan monster, dan keberanian bukan tentang membunuh.
Namun, rahasia tak bisa disimpan selamanya. Ketika desa mengetahui hubungan Hiccup dengan Toothless, kepercayaan diuji, keluarga menjadi terpecah terbelah, dan pertempuran besar pun menanti. Di tengah segala keraguan dan kemarahan, Hiccup harus memilih: tetap menjadi dirinya sendiri, atau menjadi seperti yang orang lain seperti yang diinginkan ayahnya.

Film live-action ini menyulap kisah animasi klasik menjadi pengalaman sinematik yang lebih nyata dan menyentuh. Dengan efek praktikal yang memukau dan desain desa Viking yang hidup, How to Train Your Dragon (2025) menghadirkan kembali kisah keberanian, persahabatan, dan pilihan yang mengubah takdir.
Dalam dunia yang diajarkan untuk membenci, satu anak dan seekor naga membuktikan bahwa cinta dan pengertian adalah kekuatan sejati.
Kapan How to Train Your Dragon Live Action Rilis di Indonesia?
Bagi penggemar kisah Hiccup dan Toothless, kabar gembira datang dari langit: versi live action dari How to Train Your Dragon akhirnya mendarat di bioskop Indonesia! Film ini resmi dirilis pada 12 Juni 2025, sehari lebih awal dibandingkan jadwal rilis globalnya di Amerika Serikat.
Tradisi rilis lebih awal ini memang bukan hal baru di bioskop Indonesia, terutama untuk film-film blockbuster Hollywood. Dengan antusiasme tinggi terhadap adaptasi film keluarga dan animasi legendaris, Universal Pictures dan DreamWorks memastikan bahwa penonton di Tanah Air menjadi salah satu yang pertama menyaksikan transformasi epik ini ke layar live action.
7 Pemeran dan Karakter Utama How to Train Your Dragon (2025)
Di bawah arahan Dean DeBlois, How to Train Your Dragon membawa kembali semangat petualangan dan pertumbuhan karakter yang dicintai dari versi animasinya. Namun yang membuatnya lebih hidup adalah barisan aktor berbakat yang berhasil menyuntikkan dimensi emosional ke dalam setiap peran. Berikut deretan pemeran utama yang menjadi tulang punggung kisah ikonik ini.
1. Mason Thames sebagai Hiccup Horrendous Haddock III
Sebagai karakter sentral, Hiccup digambarkan sebagai pemuda Viking yang canggung, namun memiliki kepekaan luar biasa terhadap dunia di sekitarnya terutama terhadap naga. Dalam versi live action, Mason Thames memberikan nuansa baru pada tokoh ini: lebih reflektif, rentan, namun tetap penuh semangat untuk melakukan eksplorasi. Relasinya dengan Toothless, sang Night Fury, menjadi poros emosional yang tetap dipertahankan kuat dari versi animasi.
Thames sebelumnya dikenal lewat film horor The Black Phone dan serial Walker. Perannya sebagai Hiccup menunjukkan kematangan akting, dengan ekspresi subtil yang efektif menggambarkan perjalanan dari anak yang ditolak menjadi pemimpin sejati. Dalam wawancara, Thames mengaku merasa terhormat dan terbebani memerankan karakter yang sangat dicintai penggemar.
2. Nico Parker sebagai Astrid Hofferson

Astrid adalah simbol keberanian dan ketegasan di kalangan remaja Viking. Sebagai petarung andal dan pemikir cepat, ia menjadi mitra penting sekaligus daya tarik romantis bagi Hiccup. Dalam versi ini, Nico Parker menampilkan Astrid dengan kombinasi elegansi dan determinasi yang lebih halus namun kuat.
Putri aktris Thandiwe Newton, Parker telah membangun reputasi sendiri lewat The Last of Us (HBO) dan Dumbo. Kritikus memuji interpretasinya terhadap Astrid yang tampak lebih realistis dan manusiawi, membawa keseimbangan antara emosi dan ketegasan, membuat karakternya lebih dari sekadar sidekick.
3. Gerard Butler sebagai Stoick the Vast

Mengulangi peran lamanya dari versi animasi, Gerard Butler kembali sebagai Stoick, ayah Hiccup yang sekaligus kepala suku Berk. Sosoknya keras dan penuh disiplin, namun sosok yang selalu ingin untuk memahami putranya. Chemistry antar-generasi antara Butler dan Thames memperkuat ketegangan emosional film ini.
Butler, yang sebelumnya dikenal lewat 300 dan Den of Thieves, membawa kembali kekuatan vokal dan kharismanya ke layar. Keputusannya untuk tetap memerankan Stoick dalam versi live action disambut antusias oleh penggemar lama, menciptakan rasa kesinambungan lintas generasi.
4. Nick Frost sebagai Gobber the Belch

Gobber, si pandai besi eksentrik dan mentor setia Hiccup, menjadi sumber komedi sekaligus kebijaksanaan dalam cerita. Diperankan oleh Nick Frost, karakter ini tampil lebih hidup, dengan nuansa British humor yang khas. Penampilan Frost menambahkan kedalaman pada karakter yang kerap diabaikan ini.
Frost dikenal lewat kolaborasi dalam Shaun of the Dead dan Hot Fuzz. Dalam film ini, ia memanfaatkan gestur tubuh dan intonasi suara untuk menciptakan Gobber yang ramah namun tak kehilangan sisi gelap dari kehidupan perang Viking.
5. Gabriel Howell sebagai Snotlout Jorgenson

Snotlout adalah pemuda Viking sombong yang sering menjadi pesaing Hiccup. Gabriel Howell membawakannya dengan kesombongan khas remaja, namun tetap menyisakan celah bagi perkembangan karakter ke arah yang lebih simpatik. Chemistry antara Howell dan Thames memperkuat dinamika internal kelompok remaja Berk.
6. Julian Dennison sebagai Fishlegs Ingerman

Dengan kepribadian nerdy dan pengetahuan mendalam soal naga, Fishlegs menjadi karakter yang unik dan menawan. Julian Dennison, yang dikenal lewat Hunt for the Wilderpeople dan Deadpool 2, menghidupkan Fishlegs dengan gaya lugu namun penuh pesona. Ia sukses menyeimbangkan sisi komikal dan emosional dari karakter ini.
7. Bronwyn James & Harry Trevaldwyn sebagai Ruffnut & Tuffnut Thorston

Sebagai saudara kembar Thorston yang kacau dan tak terduga, keduanya menjadi elemen slapstick yang menyegarkan. Bronwyn James dan Harry Trevaldwyn menampilkan sinergi kocak yang memikat, namun tetap membumi dalam setting realistis. Penampilan mereka menghindarkan film dari kesan terlalu serius, tanpa merusak nada emosionalnya.
7 Fakta Epik dari How to Train Your Dragon (2025)
Film live-action ini menjadi jembatan nostalgia dan tantangan sinematik baru. Dirancang sebagai kebangkitan kisah Hiccup dan Toothless dalam format nyata, berikut lima fakta penting yang tak bisa diabaikan:
1. Debut Live-Action DreamWorks
Film Ini adalah film live-action pertama dalam sejarah DreamWorks Animation. Studio ini bekerja sama dengan Universal dan Marc Platt Productions untuk menghidupkan kembali kisah animasi klasik dengan pendekatan visual dan set praktikal berskala besar.
2. Dean DeBlois Kembali di Kursi Sutradara

Dean DeBlois, otak kreatif di balik trilogi animasi orisinal, kembali sebagai sutradara, penulis, dan produser. Ia mempertahankan struktur narasi asli namun menambahkan nuansa realisme dan kedalaman karakter dalam versi live-action ini.
3. Gerard Butler Reprisal: Satu-satunya Veteran
Gerard Butler menjadi satu-satunya pemeran yang kembali dari versi animasi, tetap mengisi peran Stoick sang ayah. Sementara itu, Mason Thames dan Nico Parker tampil sebagai Hiccup dan Astrid dalam debut live-action mereka di dunia fantasi Viking.
4. Set Viking Otentik & Efek Praktikal

Seluruh desa Viking dibangun fisik di Irlandia Utara, lengkap dengan tekstur kayu mentah dan aroma ikan laut untuk meningkatkan keotentikan lokasi. Boneka naga digunakan dalam adegan sebelum CGI akhir, menciptakan respons emosional alami dari aktor.
5. Box Office Sukses, Kritik Campuran
Film ini meraih lebih dari US $600 juta dan menjadi salah satu film terlaris tahun 2025. Namun, beberapa kritikus menyebutnya terlalu setia hingga terasa “remake shot-for-shot” tanpa kejutan. Meski begitu, skor “A” dari CinemaScore membuktikan cinta penonton tetap tinggi.
Rating How to Train Your Dragon (2025): Apakah Layak Ditonton?
Ketika DreamWorks mengumumkan versi live action dari How to Train Your Dragon, banyak penggemar bertanya-tanya: apakah film ini bisa menyamai keajaiban versi animasinya? Kini setelah rilis, jawaban mulai terlihat dari deretan rating dan ulasan yang masuk.
Rating Resmi dari Kritikus
Film ini meraih 77 % di Rotten Tomatoes, menandakan sambutan yang cukup solid dari para kritikus. Mereka memuji bagaimana film ini tetap setia pada esensi emosional dari versi animasi, meskipun tak semua sepakat bahwa itu hal yang baik. Di Metacritic, film memperoleh skor 61 dari 100, masuk kategori “generally favorable reviews.”
Beberapa media besar ikut menyorot:
- AP News memberi 3.5 dari 4 bintang, menyebutnya sebagai “reboot yang indah secara visual dengan hati yang tulus.”
- The Sun lebih moderat, memberi 3 dari 5 bintang, memuji visualnya tapi menyayangkan minimnya inovasi.
- Financial Times justru lebih kritis dengan 2 dari 5 bintang, menilai film terlalu bergantung pada nostalgia dan visual yang muram.
Suara Penonton: Lebih Positif
Berbeda dari kritikus, penonton umum lebih antusias:
CinemaScore mencatat nilai A, mencerminkan pengalaman sinematik yang memuaskan.
PostTrak menyebut 94 % penonton memberi nilai positif, dengan 83 % siap merekomendasikan film ini.
Metacritic, skor pengguna berada di 7.4/10, mengindikasikan mayoritas penonton merasa puas.
Cara Nonton How to Train Your Dragon Live Action Sub Indo di CATCHPLAY+ Mudah dan Murah
Ingin Nonton film How to Train Your Dragon? Salah satu pilihan terbaik adalah melalui CATCHPLAY+, platform streaming yang menawarkan fleksibilitas dan harga terjangkau! Film How to Train Your Dragon Live Action di Catchplay akan tayang di bulan Agustus.
Kenapa pilih CATCHPLAY+?
Fleksibel: Bisa langganan bulanan, atau cukup sewa satu film saja lewat fitur single rental cocok buat kamu yang cuma ingin nonton satu film tanpa komitmen!
Update Cepat: CATCHPLAY+ dikenal sebagai salah satu platform tercepat yang menghadirkan film baru dari bioskop ke layanan streaming, terutama lewat opsi single rental.
Kualitas Waktu Bersama: Jadikan momen menonton film sebagai waktu berkualitas bersama keluarga atau orang terdekat, tanpa harus keluar rumah!
Tonton Film How to Train Your Dragon sekarang juga di CATCHPLAY+. Klik di sini untuk langsung mulai nonton!











