Taufiqur Rizal
by Taufiqur Rizal

Serial detektif memang selalu asyik buat ditonton. Kita disuguhi misteri yang membangkitkan rasa ingin tahu, diajak untuk menerka-nerka, dan dihadapkan pada fakta yang seringkali mengejutkan. Jika kamu menyukai serial detektif, lima serial asal Inggris wajib kamu coba!

Berbagai serial keren BBC First kini bisa ditonton di CATCHPLAY+

Pada bulan April ini, CATCHPLAY+ kedatangan “tamu-tamu” istimewa dari Inggris. Sejumlah serial berkualitas premium keluaran BBC First secara resmi melengkapi koleksi tontonan yang dihadirkan oleh CATCHPLAY+. Genrenya beragam, begitu pula dengan topik yang dihadirkan. Pertama kalinya melihat list serial-serial tersebut, saya girang bukan main. Betapa tidak, banyak yang menggoda, euy! Tapi dari setumpuk pilihan yang dihadirkan, mata saya langsung tertuju ke beberapa serial yang menghadirkan karakter detektif dan cerita misteri pembunuhan. Ya, saya memang punya ketertarikan lebih kepada cerita semacam ini.

Masih ingat dengan serial Sherlock yang diadaptasi dari karya termahsyurnya Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes? Itu adalah salah satu serial kesukaan saya. Kalau kamu pernah baca novel-novel karangan Agatha Christie seperti Murder on the Orient ExpressThe A.B.C. Murders, atau And Then There Were None, itu adalah bacaan-bacaan yang saya gemari. Apabila kamu kebetulan punya minat tontonan yang sama dengan saya, izinkan diri ini untuk merekomendasikan 5 serial detektif asal Inggris yang wajib kamu coba di CATCHPLAY+:

 

1. Midsomer Murders

Serial yang diadaptasi dari buku berseri Chief Inspector Barnaby rekaan Caroline Graham ini merupakan salah satu serial paling populer dan digemari oleh penonton di Inggris Raya. Terbukti, Midsomer Murders yang tayang pertama kali pada tahun 1997 ini masih “awet” sampai sekarang dan sudah memasuki musim ke-21. Mengagumkan, tho? Yang membuat serial ini terasa istimewa adalah kasus-kasusnya yang penuh dengan intrik dan penyampaiannya yang cenderung santai. Alih-alih suram dan depresif, serial ini penuh dengan dialog-dialog lucu serta peristiwa yang kadangkala sengaja dibuat konyol.

Adaptasi buku berseri Caroline Graham

Midsommer Murders, adaptasi buku berseri Caroline Graham

Selain itu, setting Midsomer Murders yakni county fiktif bernama Midsomer adalah tipikal desa dimana warga-warganya kelihatan ramah dan santun tapi ternyata hobi ngomongin dan menusuk dari belakang. Itulah kenapa kasus-kasus yang terjadi dalam serial ini seringkali dipicu oleh masalah pribadi dari warga-warganya dan bukan disebabkan oleh pembunuh berantai dengan gangguan kejiwaan. Menonton Midsomer Murders memang berasa seperti menyaksikan opera sabun atau sinetron berkedok serial detektif.

Midsomer Murders

 

2. Death in Paradise

Death in Paradise ini juga tergolong serial populer di Inggris. Bukan sesuatu yang mengherankan mengingat serial yang sudah memasuki musim ke-10 ini memang ringan dan menyenangkan. Tengok saja tokoh utamanya, Neville Parker (Ralf Little), yang jauh dari kesan detektif perlente. Neville yang punya banyak alergi dan enggan mengambil resiko ini sedikit banyak mengingatkan saya pada Adrian Monk – dari serial Monk. Tingkah polahnya yang eksentrik ini sering memicu gelak tawa, ditambah lagi karakter lain pun tidak lebih “waras” dari dirinya.

Lokasi syuting Death in Paradise yang indah

Lokasi syuting Death in Paradise di Karibia yang indah

Selain barisan karakternya yang kocak, daya tarik lain dari Death in Paradise adalah kasusnya yang tidak njelimet sehingga kamu tetap bisa memahaminya meski perhatianmu sempat teralihkan, dan settingnya yang eksotis: pulau fiktif di Karibia bernama Saint Marie. Pemilihan lokasi ini konon terinspirasi dari sebuah kasus terbunuhnya pemain kriket asal Inggris di Jamaika pada tahun 2007. Kasus yang masih belum terpecahkan tersebut mendorong Robert Thorogood untuk menciptakan serial pembunuhan dengan latar sebuah wilayah kepulauan yang terlihat seperti surga dunia dan mustahil terjadi tindak kriminal. Hasilnya? Tentu saja Death in Paradise ini.

Death in Paradise

 

3. Maigret

Meski pemeran utama Maigret adalah Rowan Atkinson yang dikenal berkat perannya sebagai Mr. Bean, serial yang diangkat dari novel terkenal karya penulis Belgia, Georges Simenon, ini sama sekali tidak mengandung unsur komedi. Di sini, Atkinson memerankan detektif Prancis bernama Jules Maigret dengan pembawaan yang tegas serta terkesan dingin. Berbeda dari dua serial yang telah disebutkan sebelumnya, Maigret hanya mempunyai empat episode yang terbagi ke dalam dua musim.

Rowan Atkinson lepas dari Mr. Bean, serius jadi detektif di Maigret

Lepas dari komedi ala Mr. Bean, Rowan Atkinson serius jadi detektif

Nada penceritaan yang dibawakan oleh Maigret ini bakalan cocok buat kalian yang mengharap tontonan detektif yang serius, memberikan sensasi rasa tidak nyaman (baca: merinding) dan kasus pembunuhan yang terjadi meneror seluruh lapisan masyarakat dalam serial. Bukan semata-mata disebabkan oleh dendam pribadi. Dalam satu kasusnya, Maigret bahkan berhadapan dengan seorang pembunuh berantai yang disebut-sebut memiliki modus operandi menyerupai Jack the Ripper.

Maigret

 

4. Dublin Murders

Jika Maigret belum cukup serius untukmu, Dublin Murders yang disadur dari novel garapan Tana French ini punya mood yang jauh lebih kelam. Terlebih, latar tempatnya di Irlandia yang dingin serta cenderung berkabut memang mendukung. Di sini, dua detektif, Rob (Killian Scott) dan Cassie (Sarah Greene), menyelidiki kasus pembunuhan yang terbilang disturbing karena melibatkan anak-anak. Dalam episode pertama, penonton langsung dihadapkan pada mayat perempuan berusia 12 tahun yang ditemukan tergeletak di tengah hutan.

Dublin Murders tampilkan kasus dengan misteri besar

Dublin Murders tampilkan kasus dengan misteri besar

Berbeda dengan tiga serial di atas, kasus Dublin Murders tidak tuntas hanya dalam satu episode. Apa yang diceritakan di episode awal memiliki keterkaitan dengan episode-episode selanjutnya. Ada satu misteri besar yang harus diungkap di sini karena ternyata oh ternyata, kasus pembunuhan yang sedang diselidiki oleh duo detektif tersebut berhubungan erat dengan kasus tak terpecahkan yang menggegerkan Irlandia di tahun 80-an dan masa lalu salah satu dari mereka. Menarik, bukan?

Dublin Murders

 

5. White House Farm

Kalau serial detektif yang diadaptasi dari literatur tak cukup menantang, White House Farm mungkin cocok untukmu. Miniseri sepanjang 6 episode ini diangkat dari sebuah peristiwa nyata yang terjadi pada Agustus 1985 di sebuah rumah pertanian. Dalam peristiwa tersebut, lima orang ditemukan tewas; suami-istri sang pemilik rumah pertanian, putri mereka, serta dua cucu mereka yang sedang berlibur di sana. Pembunuhan ini dilaporkan pertama kali oleh Jeremy Bamber, putra korban, yang mengaku mendapat telepon aneh dari ayahnya.

White House Farm diadaptasi dari kisah nyata

White House Farm diadaptasi dari kisah nyata

Pada mulanya, tersangka utama dalam kasus ini adalah si putri yang mengidap skizofrenia. Penyelidik percaya, si putri membunuh orang tua dan anak-anaknya sebelum akhirnya memutuskan bunuh diri. Tapi saat diselidiki lebih jauh, para detektif justru menemukan bukti-bukti mengejutkan yang membuat mereka mempertanyakan kembali dugaan awal dan berujung pada kesimpulan bahwa kasus pembunuhan di rumah pertanian ini ternyata lebih pelik dari kelihatannya.

White House Farm

*) Taufiqur Rizal – atau biasa dipanggil Tariz – adalah penikmat film dan serial yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk menulis mengenai minatnya ini di media Flick Magazine dan blog pribadinya yang sudah berjalan selama 11 tahun, Cinetariz. Kecintaan pada film membuatnya direkrut menjadi juri tetap di ajang penghargaan Piala Maya dan sesekali ikut menjuri dalam kompetisi film pendek.