Vincent Vega
by Vincent Vega

Usia boleh muda. Tapi jangan abaikan kiprahnya. Itulah A24, studio yang mampu munculin film favorit penonton dan kritikus. Bagaimana dengan peringkat filmnya di Rotten Tomatoes?

Berdiri di New York pada 2012, A24 merupakan studio independen top saat ini. Mereka memang nggak besar, namun punya visi beda. Alhasil, A24 mampu merebut pasar yang kuat dalam tempo singkat. Produk mereka dianggap pas di mata banyak orang.

Apa resepnya bersaing dengan studio raksasa Hollywood? Ada dua. Pertama, A24 kualitas sinema selalu konsisten dan berjaya di ajang festival besar sekelas Oscar. Padahal, banyak sineas memulai debutnya bareng mereka, atau bikin film kedua. Sebut saja seperti Barry Jenkins yang Moonlight-nya gaet 3 piala Oscar, Greta Gerwig dengan Lady Bird mendapat 5 nominasi Oscar. Mereka membuat proyek keduanya di A24. Lantas ada Room-nya Lenny Abrahamson yang meraih 1 piala Oscar.

Kedua, studio ini bergerilya di media sosial, seperti saat melambungkan Spring Breakers (2012) yang dapat 20.000 bahkan tembus sampai 1 juta like di Facebook. Efeknya terasa pada tiket bioskop. Bayangkan, film level Oscarnya Fox Searchlight, Birdman (Alejandro Gonzalez Inarritu) hanya dapat 289.000 like. Jadi, A24 mampu bikin ekosistem fans setia di dunia maya.

Nah, bagaimana dengan skor filmnya kata Rotten Tomatoes? Cek artikel berikut ya. Sebagian di antaranya bisa dinikmati di CATCHPLAY+ kok...

 

Lady Bird (2017, Greta Gerwig) 99%

Sebuah alternatif wacana tentang galau anak muda. Greta Gerwig memamerkan bakat emasnya di sini sebagai penulis dan sutradara. Diperkuat Saoirse Ronan hingga Lucas Hedges, tak pelak debut Gerwig ini menjadi portfolionya di masa mendatang. Buktinya, film ini mendapat 5 nominasi Oscar di kategori bergengsi: film terbaik, sutradara, dan skenario untuk Gerwig, serta aktris utama terbaik untuk Ronan.

 

Moonlight (2016, Barry Jenkins) 98%

Gaya bercerita dari sudut pandang satu orang itu luar biasa banget. Kisah pilu tentang anak muda dalam menemukan jati diri. Kerja apik Jenkins mengantarkan piala Oscar untuk film terbaik serta Mahershala Ali sebagai aktor terbaik. Sampai saat ini orang tak henti membicarakan film ini.

 

The Last Black Man in San Francisco (2019, Joe Talbot) 93%

Alur ceritanya kuat banget. Sineas Joe Talbot membawa pendekatan unik untuk drama berbasis fakta. Talbot menulis skenarionya dari pengalaman pribadi aktor Jimmie Fails. Sebuah proyek keren yang mengantar Talbot menjadi sutradara terbaik di ajang Sundance Film Festival 2019.

 

Room (2015, Lenny Abrahamson) 93%

Berkat kerja bareng apik Brie Larson dan Jacob TremblayRoom menyuguhkan pengalaman memilukan namun tetap asik ditonton. Sineas Abrahamson (sutradara serial Normal People) mampu memaksimalkan kinerja Larson hingga meraih piala Oscar 2016 untuk Aktris Terbaik.

 

Good Time (2017, Benny Safdie, Josh Safdie) 92%

Sajian visual keren dari Robert PattinsonGood Time adalah sebuah drama kriminal unik dan sensasional. Proyek dari Safdie bersaudara ini perkasa di sektor akting, penyutradaraan, dan cerita. Alhasil, nama mereka jadi melambung berkat film ini.

Good Time

 

The Disaster Artist (2017, James Franco) 91%

Sebuah film tentang film yang mencengangkan dan diadaptasi dari kisah nyata. Biografi dari Tommy Wiseau (diperankan oleh sang sutradara), pembuat film The Room yang jeleknya minta ampun. Seperti apa sih proses kreatifnya? Percayakan kepada James Franco.

 

Mississippi Grind (2015, Ryan Fleck, Anna Boden) 91%

Duet aktor Ben Mendelsohn dan Ryan Reynolds tampil apik dalam film berlatar judi di pedalaman selatan Amerika. Gagasan asik dari duet sineas Fleck dan Boden menggiring kita pada kalimat bijak bahwa hidup ini adalah pertaruhan. Proyek ini kelak mengantar mereka pada proyek prestisius Captain Marvel yang dibintangi Brie Larson.

Mississippi Grind

 

The Souvenir (2019, Joanna Hogg) 89%

Sineas Hogg melukiskan deskripsi yang pas tentang seorang mahasiswa film yang berupaya mewujudkan visi artistiknya. Sayangnya, ia terperangkap dalam hubungan yang toksik. Semacam Posesif versi Hollywood deh. Lumayan bikin penasaran.

 

Hereditary (2018, Ari Aster) 89%

Serius, Hereditary adalah film horor keren dan tak terlupakan. Sebagai film debut, Ari Aster langsung tancap gas. Ia mengantar aktor Toni Collette pada penampilan terbaiknya. Tak heran, jika film ini dipuji kritikus sebagai film terseram tahun 2018.

Hereditary

 

Midsommar (2019, Ari Aster) 83%

Ari Aster kembali dengan proyek ambisius. Mengesankan banget dan bikin namanya diperhitungkan sebagai auteur horor. Berawal Florence Pugh dan temannya berlibur ke desa di Eropa, tak sadar mereka menjadi bagian dari kisah tragedi yang keren gila.

Midsommar

 

The Exception (2017, David Leveaux) 74%

Sebuah proyek elegan berlatar Perang Dunia II yang keren karena bumbu spionase plus roman. Di sini aktor kelas Oscar Christopher Plummer kompak banget dengan Lily James dan Jai Courtney. Sutradara Leveaux membiarkan aktornya menghiasi kanvasnya dengan cemerlang.

The Exception