wiseguy
by wiseguy

Dalam Sicario: Day of the Soldadoaktingnya brilian dan menyentuh hati. Benicio Del Toro buktikan aura Oscar dibawanya di film-film selanjutnya!

Pernah terkesima aksi kriminal triler Sicario (2015), saat para agen FBI memerangi sindikat narkoba? Dan betapa kelamnya efek psikologis obat-obatan terlarang di film itu? Sudah nonton atau belum film pertamanya, Anda akan suka sekuelnya, Sicario: Day of the Soldado.

 Jika di film pertama dibintangi Benicio Del Toro, Emily Blunt, dan Josh Brolin, pada sekuelnya, meski tanpa Emily lagi, cerita, aksi, dan akting para pemerannya tetap tak berkurang pesonanya. Konfliknya tak lagi berfokus pada bagaimana pihak berwenang menghadapi penyelundup kokain, tapi pada para anggota kartel yang saling baku tembak.

Sicario: Day of the Soldado

 

Mimik Serius dan Kisah-kisah Sindikat Narkoba

Sicario: Day of the Soldado mengisahkan Alejandro (Benicio Del Toro) mantan pengacara yang kembali dalam misi berisiko. Bersama rekannya, Matt Gaver (Josh Brolin), mereka ditugaskan di area perbatasan Amerika-Meksiko. Penyelundupan kokain memang mengancam, tapi lebih mengancam lagi imigran gelap di perbatasan dengan aksi pengeboman oleh teroris dari para ekstremis garis keras. Padahal Alejandro sedang dalam misi lain, menghabisi bos kartel dengan cara menyamar melalui cewek bernama Isabel Reyes (Isabela Moner).

Dibesut Stefano Sollima, sementara di film terdahulu disutradarai Denis Villeneuve, skenarionya yang masih ditulis Taylor Sheridan membuat Sicario: Day of the Soldado tetap menarik ditonton. Film yang kini tayang secara streaming di CATCHPLAY ini juga dipuji kritikus. Detilnya sempurna. Akting brilian Del Toro saat berkomunikasi dalam bahasa isyarat. Sangat menyentuh. Emosi yang diciptakannya sukses di hati penonton!

Del Toro tampaknya membawa semangat Oscar di film-film berikutnya. Ia kita tahu meraih Aktor Pendukung Terbaik di ajang Oscar 2001 lewat Traffic besutan Steven Soderbergh, yang total gaet empat Oscar. Peran perwira polisi yang letih dengan konflik moralitas di sekelilingnya itu memang bikin banyak juri festival jatuh cinta. Sejak itu, ia dikenal sebagai aktor karismatik dengan mimik serius nan unik. Tak heran, di kemudian hari ia dinominiasi Oscar di kategori yang sama dalam 21 Grams besutan Alejandro G. Iñárritu.

Lihatlah sosok pria satu ini. Tampangnya berkesan serius. Apalagi, urusan narkoba lumayan lekat dengannya. Maklum, perannya sebagai Pablo Escobar, si raja narkoba dari Kolumbia dalam biopik Escobar: Paradise Lost (2014) besutan Andrea Di Stefano layak dicatat. Wajahnya juga ingatkan kita dalam kriminal misteri triler The Usual Suspects besutan Bryan Singer, peraih dua Oscar 1996 di mana lawan mainnya, Kevin Spacey raih Aktor Pendukung Terbaik. Berkat film ini, kenangan sebagai penjahat eksentrik yang sukar dipahami cukup kuat di benak banyak orang. Perannya dalam Basquiat (1996) juga dianggap amat curi perhatian.

Escobar: Paradise Lost

 

Di Balik Wajah Serius Del Toro

Jika kamu baru belakangan menyadari peran-peran Del Toro yang mengharuskannya bertampang serius karena perani karakter serius dalam film serius, cobalah simak yang berikut. Del Toro juga bermain di banyak film drama komedi. Sebutlah komedi slapstik Big Top Pee-Wee (1988) besutan Randal Kleiser; komedi muram Swimming With Sharks (1994) arahan George Huang dan Snatch (2000) besutan Guy Ritchie; beradu akting dengan Johnny Depp dalam komedi absurd Fear and Loathing in Las Vegas (1998) yang disutradarai Terry Gilliam, juga jangan lupa Excess Baggage (1997) besutan Marco Brambilla. Baiklah, dia memang bukan komedian yang bikin penonton sakit perut tergelak muntah. Ada keseriusan luar biasa dalam genre komedi dari karakter yang diperaninya.

Bernama lengkap Benicio Monserrate Rafael del Toro Sánchez, pria kelahiran Puerto Rico pada 19 Februari 1967 ini, saat bersekolah, adalah atlet basket dengan minat kuat pada akting. Setelah tak betah berkuliah di jurusan bisnis di University of California di San Diego, ia mengikuti kelas akting dengan guru legendaris Stella Adler di Los Angeles dan di Circle di Square Acting School di New York City. Selama akhir 1980-an, ia mulai tampil dalam sejumlah produksi TV seperti Miami Vice (1984) dan Drug Wars: The Camarena Story (1990).

Setelah debut layar lebarnya dalam Big Top Pee-wee (1988), akting Del Toro mulai diperhatikan saat perani antagonis dalam film James Bond, License to Kill (1989). Ia bikin terkejut rekannya dengan jadi aktor termuda yang pernah perani penjahat Bond. Saat itu, Del Toro baru 21 tahun. Sialnya, adegan yang melibatkannya dianggap bikin film Bond jadi yang paling mengecewakan. Film menggelikan tapi juga monumental baginya!

Sejumlah aktingnya yang layak dikenang adalah penampilannya dalam The Indian Runner (1991), Christopher Columbus: The Discovery (1992), Money for Nothing(1993), Fearless (1993), juga China Moon (1994). Del Toro juga mengisi suaranya pada karakter ular dalam animasi The Little Prince (2015).

Lalu, apa komentarnya atas sukses kariernya di Hollywood? Dengan merendah, pria dari keluarga pengacara ini – kakek, ibu, ayah, paman, bahkan sepupunya pengacara! – berkata, “Aktor tak memilih film;  filmlah yang akhirnya memilih para aktor…”