wiseguy
by wiseguy

It rajai box office. Setelah pemainnya sendiri ngibrit ketakutan, jadi mimpi buruk sang pemeran badut Bill Skarsgård, It kini meneror seluruh dunia. 

Badut iblis Pennywise kembali hantui dunia lewat It versi layar lebar. Adaptasi novel Stephen King yang terbit pada 1986 itu, merajai box office pada pekan perdana penayangannya. Dirilis 8 September lalu, besutan Andy Muschietti ini serentak menyambangi 46 negara, di antaranya Inggris, Brasil, Rusia, Australia, Belanda, Spanyol, termasuk Indonesia.

Pada akhir pekan pertamanya di Amerika Serikat saja, It meraup $117,150,000, jauh tinggalkan Home Again; The Hitman's Bodyguard; Annabelle: Creation; Wind River; Ballerina termasuk Spiderman: Homecoming, yang perolehannya di bawah $10 juta. It hasilkan $179 juta di seluruh dunia hingga 9 September lalu, jadi penayangan pekan pertama terbesar bagi Warner Bros. tahun ini.

 

Ini penyebab It sukses!

Sinyal sukses It telah diprediksi. Pada 29 Maret lalu, trailer dua menit 33 detik di YouTube yang memperkenalkan Bill Skarsgård sebagai Pennywise, hanya dalam 15 menit ditonton tiga juta kali. Dalam 24 jam, angka itu berubah jadi 197 juta. Pesaing terdekatnya Fast & Furious 8, yang mendapat 60 juta views. “Tak ada film horor lain yang menempati 10 besar,” kata Muschietti yang asal Argentina itu, seperti diungkapkan pada Empire. “Nyaris semuanya blockbuster besar,” tambah pembesut Mama (2013) yang juga bergenre horor itu.

 

Trailer-nya menggambarkan hari hujan dan kapal kertas yang mengalir menuju gorong-gorong bawah tanah. Georgie, bocah kecil yang mengejarnya, menengok ke dalam gorong-gorong gelap itu. Dan … tampaklah wajah Pennywise dari lubang selokan, menyeringai sambil mengulurkan perahu kertas!

Mengapa It sukses? Sebagian diduga karena faktor nostalgia. Berdasar novel ke-18 Stephen King 1986, mengisahkan pengalaman tujuh anak yang diteror makhluk yang mengeksploitasi ketakutan korban dengan menyamar sebagai badut. It diceritakan melalui narasi bergantian antara dua periode waktu, anak-anak dan dewasa. Novel ini juga mengeksploitasi kekuatan ingatan, trauma masa kecil, gema berulang di masa dewasa, sisi keanehan kota kecil Derry, Meine, di New England. Pada 1987, It memenangi British Fantasy Award, nominasi Locus and World Fantasy Awards, dan buku terlaris di AS pada 1986.

 

Sukses It berlanjut saat dibikin seri televisi yang terdiri dari dua episode. Dibintangi Tim Curry sebagai badut Pennywise, It tayang pada 18 dan 20 November 1990 di stasiun televisi ABC, dan sukses menghantui jutaan penonton di seluruh dunia. Sejak itu, karakter badut yang biasa tampil di sirkus sebagai penghibur anak-anak, berubah jadi sosok menakutkan. Seringai, teriakan, gigi tajam dan cakar lancipnya, bikin nyali penonton seketika menciut. Asosiasi badut di AS kala itu protes atas rusaknya citra karakter badut, tapi sejak itu pula Hollywood meraup peruntungan dengan merilis sejumlah film horor berkarakter badut. Stephen King pun dianggap dalang lahirnya fobia badut!

 

Produser Seth Grahame-Smith – yang menggenggam proyek It versi layar lebar sebelum Muschietti bersepakat menyutradarainya – berpendapat lain tentang sukses film ini. “Kami berbeda dari film horor lain,” katanya. “Kami punya jangkauan lebih besar, dengan tone lebih lebar. Ini tak berbujet $100 juta [sekitar $30 juta!] demi latar dan efek visual, tapi yang kami bikin sangat ambisius. Ada momen yang terasa seperti dalam film persahabatan Stand by Me (1986), juga The Goonies (1985), tapi ada momen yang menuntun pada ketakutan luar biasa yang tak menyerupai film remaja mana pun.” Jika trailer-nya bisa ciptakan histeria massa, filmnya sendiri akan jadi magnet raksasa.

Bahkan pemerannya ikut-ikutan takut!

Jika adaptasi novel yang tebalnya lebih dari seribu halaman itu menjadi miniseri dianggap brilian, It versi layar lebar 27 tahun kemudian, mendapat pujian setara. Kisahnya tak berubah; tujuh orang anak yang tergabung dalam The Losers Club melawan si badut sialan yang diduga jadi pelaku hilangnya belasan orang anak di kota Derry pada 1989.

Film yang diperani Jaeden Martell, Jeremy Ray Taylor, Sophia Lillis, Finn Wolfhard, Wyatt Oleff, Chosen Jacobs, Jack Dylan Grazer, Nicholas Hamilton, dan didukung Jackson Robert Scott itu, sesungguhnya telah bikin takut sejak pengambilan gambar. Figuran anak-anak lari ketakutan begitu melihat Bill Skarsgård di lokasi. Aktor ini bahkan harus menenangkan mereka, “Jangan takut! Aku Bill, ini hanya riasan wajah!”

Beruntunglah bagi penggemar Itkarena film baru ini cukup berpegang pada novelnya. Plus, seperti juga miniserinya, para sineasnya juga akan membuat bagian keduanya, yang bisa jadi dirilis tahun depan. Dalam novel, yang di adegan pembuka menggambarkan pembunuhan Georgie secara detil, dalam film mayatnya tak pernah ditemukan.

Lalu, apa beda versi layar lebar dengan novelnya? Ini sebagian di antaranya!

 

Periode Waktu. Di novel berlatar waktu 1984-1985 saat The Losers Club sudah dewasa. Kilas baliknya berlangsung pada 1957-1958, saat adik Bill, Georgie, dibunuh, dan geng remaja ini bertemu Pennywise untuk pertama kali. Di film pertama (versi miniseri), seting serupa dengan novel. Sedangkan dalam It versi tahun 2017, seting masa kecil (Chapter One) adalah tahun 1988, kelak pada sekuelnya (Chapter Two) seting waktu adalah sekitar tahun 2015, 27 tahun kemudian. 

 

Monster. Salah satu aspek ikonik It adalah kemampuan Pennywise mentransformasi ketakutan tertentu pada anak-anak. Jika monster di buku berspirit ala The Mummy, The Wolfman, dan The Creature From the Black Lagoon, di film ketakutan itu pada reaksi tokohnya. Dalam film Bill dihantui Georgie, tak ada adegan Mike tak melihat burung raksasa, juga Stan tak melihat anak-anak tenggelam. Adegan yang dianggap paling oke dan menyeramkan adalah wastafel Beverly menyemprotkan darah.

 

Mike Hanlon. Novel dinarasikan oleh Mike Hanlon, petugas perpustakaan saat dewasa, yang meriset dan membawa Loser’s Club kembali ke Derry. Di film, peran ahli sejarah berpindah pada Ben, yang menjelaskan sejarah kota Derry pada Losers Club melalui buku catatan buatannya.

 

Henry Bowers dan gengnya. Henry Bowers yang sadis masih menghantui jalanan di Derry. Ia muncul sesekali, membuat Pennywise jadi ancaman yang bisa terjadi kapan saja.

 

Adegan seks kontroversial. Adegan paling memalukan di novel adalah saat Beverly, satu-satunya karakter cewek, melepas baju dan menawarkan tubuhnya “demi ikatan persahabatan”. Dulu, dalam versi novel, King beralasan, ini agar anggota Loser’s Club bisa bersama lagi, dan tindakan seksual akan menghubungkan masa anak-anak dan dewasa. Di film, Andy Muschietti menghilangkan adegan yang dianggapnya tak perlu ini.

 

Beverly. Film ini mengubah Bev jadi orang yang sibuk, sehingga Pennywise menculiknya sebagai alat menarik Loser’s Club untuk reuni. Hubungan Bev dengan ayahnya yang abusive ditampilkan, meski hubungan tak pantasnya tak ada dalam film. Tapi cinta segitiga Bev, Ben, dan Bill dihadirkan, dan akan sangat menarik mengetahui kelanjutannya kelak di sekuelnya!

Jadi, apakah It benar-benar menakutkan? Stephen King dikabarkan sangat puas dengan versi layar lebarnya ini, dan badut sialan itu memang amat menakutkan. Atau seperti pengakuan sang pemeran Pennywise, Bill Skarsgård. “Selama dua minggu setelah pengambilan gambar selesai, karakter yang kuperani hadir dalam mimpiku. Sungguh, itu mimpi buruk yang mencekam.”

Penasaran kan?

It