Lagi-lagi Monty Tiwa. Dikenal sebagai pembuat film komedi, sekalinya bikin genre horor malah jadi cult. Usai sukses Keramat, baru satu dekade kemudian bikin horor lagi, Pocong the Origin. Konon ini film horor terakhirnya.
Mungkin terdengar unik, usai proyek Keramat Monty seolah puasa bermain di genre horor. Mulai dari Roman Picisan, Shy Shy Cat, Aku, Kau & KUA, Get M4rried, hingga Wakil Rakyat digarapnya dengan asik. Padahal ia pernah membuat film yang bikin orang merasa nggak nyaman. Proses produksinya ia sempat ceritakan di sini.
Setelah satu dekade, kini ia kembali masih barengan produser Chand Parwez Servia dan bendera Starvision Plus. Mengandalkan Nadya Arina, Samuel Rizal, Surya Saputra, Della Dartyan, hingga Yama Carlos, ia sodorkan konsep jauh berbeda. Jika di Keramat ia memakai kamera jinjing, pendekatan dokumenter ala The Blair Witch Project, atau Cloverfield yang ngetren di masa itu. Kini tidak lagi.
Di Pocong sepenuhnya fiksi dengan gaya road movie. Ananta, seorang narapidana yang baru saja dieksekusi harus dibawa ke kampung halamannya dan dimakamkan di sana. Putrinya, Sasthi mengantarkan jenazah itu bersama Yama, sipir penjara. Ternyata sepanjang perjalanan mereka diganggu oleh banyak hal gaib.
Oh ya, bukan Monty kalau tak menyelipkan elemen humor dalam filmnya. Buktinya, nama karakter di film meminjam nama aktornya. Si narapidana (juga pocong diperankan oleh Surya Saputra) misalnya, memakai nama komika Ananta Rispo. Kemudian nama sipir penjaranya, Yama (Samuel Rizal) dipinjam dari nama Yama Carlos.
Banyak hal yang bikin penasaran di Pocong The Origin, misalnya kok lama banget nggak bikin horor usai Keramat dan benarkah ini film horor terakhirnya, serta banyak lagi. So, sebelum nonton filmnya di CATCHPLAY+ simak aja obrolan singkatnya.
Akhirnya bikin horor lagi setelah 10 tahun. Kenapa rentang waktu antara Keramat dengan Pocong The Origin ini lama banget?
Saya memang trauma dengan letihnya jiwa raga saat bikin Keramat. Butuh 10 tahun untuk bikin horror yang seperti itu.
Bukan karena takut idenya nggak sekuat Keramat?
Keramat kuat bukan karena idenya, tetapi karena energi yang diserap oleh film itu dari kami para pembuatnya, terlalu besar.
Saat pitching ini datang dari gagasan sendiri atau pihak produser?
Ya, dari saya sendiri.
Adakah hubungan proyek ini dengan Pocong rilisan 2006?
Iya. Pocong 2006 kan dilarang beredar oleh LSF, karena saat itu dianggap terlalu keras untuk situasi sosial masyarakat kita. Ini kan sudah berapa belas tahun kemudian, sudah banyak perubahan. Mental masyarakat kita sudah lebih siap. Saya coba ajukan lagi ke produser pak Parwez dengan cerita yang sama…
Samuel Rizal dalam Pocong the Origin
Bagaimana reaksi mereka?
Ternyata mereka suka. Langsung jatuh cinta katanya…
Mungkin ada masukan-masukan ide dari produser? Kira-kira ada masukan dari mereka?
Ah, pihak produser sepenuhnya mempercayakan pada saya untuk hal ini…
Monty Tiwa (paling kiri) bareng kru dan staff Pocong the Origin
Kok pakai judul The Origin?
Karena ini memang bukan proyek daur ulang, melainkan reinkarnasi saat film yang tahun 2006 lahir lalu dibunuh. Sekarang dibuat kembali, makanya pakai istilah Origin.
Saat syuting sempat terkendala akibat kecelakaan di kawasan Nagrek, Jawa Barat. Sejauh mana itu menghambat proses syuting dan adakah kendala lain yang berarti?
Saya belum bisa bicara banyak soal kecelakaan itu. Tanpa bermaksud untuk terdengar seperti orang aneh, tapi kecelakaan itu memang sangat aneh. Nggak bisa dilihat pakai logika...
Di sini ada nama karakter Ananta, si pocongnya. Apakah ini disengaja untuk mengejek komika Ananta Rispo yang ikut terlibat main di dalam proyek ini?
Ya. Ada arah ke sana juga sih. Hahaha…
Sempat baca di media, Pocong the Origin bakal jadi film horor terakhir. Benar begitu?
Memang benar. Meskipun film horor yang saya kerjakan ada lagi yang belum rilis yaitu film berjudul Ghibah. Tapi Ghibah itu sudah direncanakan sebelum Pocong The Origin (PTO). Jadi PTO ini benar benar yang terakhir.
Eh, serius nih. Kalau memang masih bisa ditawar, kapan lagi proyek horor selanjutnya?
Entah sampai kapan. Mungkin butuh 10 tahun lagi saya harus mengumpulkan energi buat menggarap proyek horor berikut...