Nama sineas Monty Tiwa identik dengan film komedi. Topik yang dieksekusinya bukan hanya sekadar komedi romantik, namun lebih luas dari itu. Tak banyak sineas lokal yang punya kemewahan macam ini.
Film Lagi-lagi Ateng belum hilang dari ingatan, sineas Monty Tiwa kembali menyodorkan proyek anyarnya, Matt & Mou. Judul ini diambil dari nama karakternya: sepasang remaja yang diperankan oleh Maxime Bouttier dan Prilly Latuconsina. Sebuah adaptasi dari novel laris yang ditulis oleh penulis Wulanfadi.
Matt & Mou sendiri proyek bergenre drama, sebuah genre yang bukan kesukaan Monty. Sineas berdarah Sangir ini sejatinya dikenal sebagai spesialis tema komedi. Konon, ada alasan khusus mengapa Monty gemar menggarap cerita macam ini. “Alasan utama saya masuk ke industri ini adalah agar bisa menghibur orang dan genre yang paling memungkinkan untuk mencapai itu, adalah komedi...” ucapnya suatu kali.
Dan memang, pria bernama asli Montgomery Tiwa ini punya selera humor yang kuat ketika mengerjakan filmnya. Rentang wawasannya pun cukup panjang, aneka isu sosial tak segan dilahapnya. Mulai dari remaja, perang, religi, politik, hingga seks, semua dikulitinya dengan rileks.
Tak percaya? Simak saja beberapa sampel bikinannya yang juga tersedia di platform CATCHPLAY.
Extra Large (2008)
Ini merupakan kerja bareng perdana Monty dengan produser Chand Parwez. Ketika itu, awal 2008 para investor masih fase coba-coba dalam perfilman Indonesia. Tak heran jika mereka bermain aman sembari tes pasar, genre apa sih yang bakal laku? Maka komedi berbau seks menjadi pilihan seperti Extra Large ini. Judul yang berbau ukuran alat kelamin ini memang sekadar iseng. Kolaborasi Monty bersama pelakon Jamie Aditya, Alex Abbad, Sarah Sechan, hingga Dewi Sandra di sini memang belum terlalu mengesankan. Namun menjadi pionir tema sejenis yang marak kemudian.
Barbi3 (2008)
Perlahan tapi pasti, sosok Monty mulai diperhitungkan sebagai sineas pembuat film komedi. Buktinya produser Chand Parwez memberikan amanat komedi remaja yang siap dirilis pada libur lebaran 2008. Momentum ini merupakan masa panen bagi film Indonesia untuk menuai penonton. Selain itu, Parwez membiarkan Monty mendapatkan bintang-bintang papan atas pada masanya macam Titi Kamal, Cathy Sharon, Poppy Sovia, hingga Desta Club Eighties. Hasilnya: sebuah film tentang bullying yang mengasikkan.
Wakil Rakyat (2009)
Fenomena politik juga tak lepas dari keusilan Monty. Banyak hal bisa dijadikan bahan lelucon dari sana. Ketika film ini diproduksi, momentumnya sedang dekat dengan musim Pemilu 2009. Namun kapan pun pemilunya isu film ini selalu segar untuk dilahap. Mengandalkan Tora Sudiro sebagai aktor utama, Monty meluncurkan banyak bom tawa dalam karyanya. Ditambah bintang lainnya macam Revalina.S.Temat, Gading Marten, Dwi Sasono, hingga Wiwid Gunawan isu politik menjadi terasa ringan untuk ditertawakan.
Laskar Pemimpi (2010)
Film perang tak selalu menjadi tontonan yang mendebarkan, atau bikin kening penonton sampai berkerut. Macam yang satu ini, Monty banyak menyuguhkan kekonyolan di tengah seriusnya suasana tegang. Tak ada adu strategi yang serius di film ini, melainkan adu banyolan semata. Maklum sejak awal Monty memasang komedian Project Pop sebagai pelakon utamanya. Mereka Tika Panggabean, Odie Project Pop, Udjo Project Pop, Gugum Project Pop, kemudian masih ditambah Dwi Sasono, Gading Marten, Shanty, Masayu Anastasia, hingga Marcell Siahaan. Dengan setting revolusi fisik pasca Proklamasi, kelakar dalam film ini memperlihatkan upaya lebih dan bukan sekadar komedi biasa. Film periodik gitu loh…
Aku, Kau & KUA (2014)
Isu religi menjadi salah satu sumber gagasan Monty untuk melucu. Namun amatannya lebih kepada hal-hal yang di permukaan, sekadar konflik yang terjadi dalam hubungan asmara. Jadi jangan harap isu religi yang diusungnya menyangkut hal yang aneh-aneh. Judulnya saja memakai kata KUA, Kantor Urusan Agama. Ini memang lebih kepada dinamika percintaan yang dilakoni anak manusia. Memasang pelakon macam Adipati Dolken, Eriska Rein, Deva Mahenra, Babe Cabita, hingga Nina Zatulini, Monty menyodorkan lelucon yang keluar dari zona nyamannya: drama komedi sebagai tuntunan.