Bayangkan sebuah ruangan tertutup di jantung Vatikan. Dindingnya berlapis lukisan suci, jendela disegel, dan para kardinal dari seluruh dunia duduk dalam diam. Tak ada kamera, tak ada koneksi luar. Hanya doa, bisikan, dan… rahasia. Di sinilah Conclave (2024) membuka kisahnya, di balik ritual sakral pemilihan Paus, tersimpan intrik politik dan kebenaran mengejutkan yang bisa mengguncang fondasi Gereja Katolik.
Disutradarai oleh Edward Berger dan dibintangi Ralph Fiennes sebagai Kardinal Lawrence, film ini bukan hanya drama keagamaan. Ia adalah thriller tenang yang menyelinap perlahan, membangun ketegangan bukan lewat ledakan, tapi lewat tatapan, dialog, dan bisikan-bisikan penuh makna. Tak heran film ini memenangkan Best Film di BAFTA 2025 dan dinominasikan di Oscar untuk Best Adapted Screenplay.
Penasaran bagaimana sebuah rahasia di dalam Konklaf bisa mengubah segalanya? Apa yang ditemukan Kardinal Lawrence? Dan bagaimana film ini menyeimbangkan iman, ambisi, dan ketegangan? Temukan jawabannya dalam ulasan lengkap berikut.
Sinopsis Conclave (2024) yang Wajib Anda Ketahui!
Di balik dinding megah Vatikan, saat lonceng berdentang mengabarkan wafatnya Paus, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul untuk memilih pemimpin baru umat Katolik. Dalam keheningan Kapel Sistina, dimulailah konklaf proses pemilihan yang penuh simbol, tradisi, dan intrik tak terlihat.
Cardinal Thomas Lawrence (Ralph Fiennes), seorang pemuka yang dikenal karena kebijaksanaannya, ditunjuk untuk memimpin konklaf. Tapi tugas ini segera berubah dari ritual religius menjadi ajang penuh ketegangan, saat rahasia, aliansi, dan ambisi tersembunyi mulai muncul ke permukaan.
Dari balik jubah merah dan doa khusyuk, terselip pertarungan antara idealisme dan kekuasaan. Antara mereka yang ingin reformasi dan mereka yang ingin mempertahankan status quo. Ketika nama-nama calon paus mulai disebut, Cardinal Lawrence dihantui oleh informasi mengejutkan, sebuah rahasia yang bisa mengguncang fondasi Gereja jika terungkap.

Conclave bukan sekadar film politik atau spiritual. Ini adalah potret manusia: tentang kesetiaan, keraguan, dan pilihan moral di tengah tekanan yang luar biasa. Dengan atmosfer mencekam, tata artistik yang agung, dan performa Ralph Fiennes yang kuat, film ini menyuguhkan kisah intens dalam ruang terbatas namun penuh makna.
Di saat dunia menunggu asap putih tanda terpilihnya paus baru, pertanyaannya bukan hanya siapa yang akan memimpin, tapi apakah mereka mampu menghadapi kebenaran yang disimpan dalam dinding suci?
Kapan Conclave Tayang di Indonesia?
Film thriller misteri religius Conclave, yang disutradarai Edward Berger dan dibintangi Ralph Fiennes, akhirnya menjadwalkan penayangannya di Indonesia. Setelah penantian panjang dan jadwal rilis yang bertahap secara global, film ini secara resmi tayang di Indonesia pada 26 Februari 2025.
Rilis Bertahap, Indonesia Tayang Terbatas
Conclave pertama kali diperkenalkan ke publik saat premier di Telluride Film Festival, 30 Agustus 2024. Film ini kemudian dirilis di Amerika Serikat pada Oktober, dan di Inggris pada akhir November 2024. Namun untuk pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, distribusi dilakukan secara bertahap dengan sistem tayang terbatas (limited theatrical release).
Di Indonesia, film ini dirilis dengan rating usia 13+, kemungkinan besar hanya tersedia di jaringan bioskop tertentu yang mengedepankan film festival atau drama Eropa, seperti bioskop CGV Art House atau XXI The Premiere.
Apa Artinya untuk Penonton Indonesia?
Penayangan terbatas berarti film ini mungkin tidak tersedia di semua kota, dan hanya berlangsung dalam jangka waktu singkat. Oleh karena itu, penonton yang tertarik pada film bertema konspirasi Vatikan, drama paus, dan thriller politik sebaiknya memantau jadwal bioskop lebih awal.

6 Pemeran dan Karakter Utama di Conclave (2024)
Disutradarai oleh Edward Berger dan diadaptasi dari novel Robert Harris, Conclave bukan hanya kisah tentang pemilihan Paus, tetapi juga tentang pertarungan nurani, ambisi, dan rahasia yang dapat mengubah wajah Gereja Katolik selamanya.
Deretan aktor kawakan menghidupkan karakter-karakter kompleks yang berdiri di ambang antara keyakinan dan pengkhianatan.
1. Ralph Fiennes sebagai Kardinal Lawrence
Kardinal Lawrence adalah protagonis utama yang ditugasi mengatur proses konklaf setelah wafatnya Paus. Di balik ketenangannya, ia menyimpan kegelisahan spiritual dan kecurigaan terhadap rekan-rekan kardinal yang ikut mencalonkan diri. Misi rohaninya bergeser menjadi pencarian kebenaran, saat ia menemukan rahasia besar yang berpotensi mengguncang struktur kepausan.

Ralph Fiennes, aktor legendaris yang dikenal lewat The English Patient dan Schindler’s List, menyuguhkan penampilan yang menakjubkan. Dengan bahasa tubuh minimalis namun ekspresi tajam, ia menghadirkan karakter Lawrence sebagai sosok yang rapuh namun penuh prinsip. Kritikus memujinya sebagai “pengemban moral film yang hening namun mendidih.
2. Stanley Tucci sebagai Kardinal Bellini
Bellini adalah kardinal asal Amerika Serikat yang progresif dan karismatik. Sebagai sahabat dekat Lawrence, ia terlihat sebagai kandidat paus ideal. Namun, posisinya terancam oleh intrik internal dan keraguan Lawrence terhadap integritasnya.

Stanley Tucci, yang kerap memerankan tokoh intelektual dalam film seperti Spotlight, memberi sentuhan kompleksitas pada Bellini. Ia tampil meyakinkan sebagai figur yang cerdas, namun tak sepenuhnya transparan. Perannya membuat penonton terus bertanya: apakah Bellini benar-benar tulus?
3. John Lithgow sebagai Kardinal Tremblay
Tremblay adalah sosok konservatif dari Kanada, dikenal tegas dan penuh otoritas. Ia mewakili garis keras Gereja yang menolak perubahan. Namun di balik wibawanya, ia menyimpan masa lalu yang kelam dan ambisi yang bisa melampaui batas etika.

John Lithgow, aktor pemenang Emmy dan Golden Globe, menghadirkan Tremblay dengan intensitas mengancam yang elegan. Ia adalah antitesis Bellini, dan ketegangan antara keduanya menciptakan atmosfer politis yang menyesakkan dalam konklaf.
4. Sergio Castellitto sebagai Kardinal Tedesco
Tedesco, kardinal senior dari Italia, menjadi simbol suara tradisional Katolik Eropa. Ia mempermainkan aliansi dan suara, menjadikan dirinya tokoh kunci dalam lobi politik Gereja.

Sergio Castellitto menampilkan Tedesco sebagai pemain strategi yang lihai, yang bertindak tenang namun memegang kendali di balik layar. Ia menghadirkan nuansa manipulatif yang membayangi semua diskusi spiritual dalam film.
5. Isabella Rossellini sebagai Sister Agnes
Sister Agnes adalah satu-satunya tokoh perempuan utama, seorang biarawati yang bertugas di rumah tamu tempat para kardinal menginap. Meski secara struktur ia berada di luar lingkar kekuasaan, perannya dalam mengamati dan membongkar informasi kunci menjadikan dirinya pusat perubahan dalam cerita.

Isabella Rossellini, yang dikenal lewat Blue Velvet dan Joy, membawa aura sakral sekaligus intelektual dalam karakter ini. Ia menjadi mata tersembunyi dari publik, dan penonton menemukan perspektif luar yang kritis melalui dirinya.
6. Lucian Msamati sebagai Kardinal Adeyemi
Adeyemi adalah wakil dari Afrika yang menjadi simbol harapan progresif dan keterbukaan di dalam Gereja. Namun, ia juga harus berhadapan dengan stereotip, sikap rasisme halus, dan tekanan politik dari sesama kardinal senior.

Lucian Msamati, aktor Inggris-Tanzania yang dikenal lewat Game of Thrones dan His Dark Materials, memberi nuansa kemanusiaan pada tokoh ini. Ia tampil sebagai pribadi bijak dan penuh martabat, serta membawa ketegangan moral yang kuat dalam setiap keputusan.
5 Fakta Film Conclave (2024): Ketegangan di Balik Tembok Vatikan
Apa jadinya jika pemilihan paus berubah menjadi ajang penuh intrik, misteri, dan twist ideologis yang tak terduga?
Conclave (2024) menyajikan konflik kekuasaan dalam ruang tertutup yang sarat rahasia. Dari replika Kapel Sistina yang dibangun ulang hingga kejutan karakter yang menentang norma, film ini menyimpan detail mengejutkan di tiap lapisnya.
Berikut lima fakta utama yang akan membuka sisi terdalam dari film ini.
1. Replika Sistine Chapel Dibangun Ulang Dalam 10 Minggu
Tak diberi izin syuting di Vatikan, kru produksi membangun ulang Kapel Sistina secara detail di Cinecittà Studios, Roma. Set megah ini dirancang oleh Suzie Davies dan menjadi pusat dramatik film. Chapel ini dibuat dalam waktu yang sangat singkat hanya selama 10 minggu.
2. Twist Final: Kardinal Terpilih Ternyata Interseksual

Kardinal Vincent Benítez, yang terpilih sebagai Paus, mengejutkan para kardinal dengan pengakuan sebagai interseksual, simbol keberanian terhadap konservatisme gereja. Twist ini mengguncang penonton dan memperluas makna toleransi dalam institusi religius.
3. Ralph Fiennes Bawa Nuansa Ketegangan Psikologis
Sebagai Kardinal Lomeli, Ralph Fiennes memimpin narasi dengan ketenangan yang menyimpan konflik batin. Performa ini dipuji kritikus sebagai salah satu pencapaian akting terbaik dalam kariernya.
4. Isabella Rossellini, Suara Perempuan dalam Dunia Maskulin
Meski hanya memiliki satu dialog sebagai Sister Agnes, perannya menyampaikan kritik visual terhadap dominasi patriarki dalam Gereja Katolik, simbol halus namun kuat dalam narasi film.
5. Prestasi Film Gemilang: Oscar, BAFTA, Golden Globe

Conclave meraih Oscar untuk Skenario Adaptasi Terbaik, 4 BAFTA Awards, dan Golden Globe. Film ini juga mendapat CinemaScore “A–” dari penonton serta menjadi sorotan di Berlin Film Festival.
Di Mana Conclave Difilmkan? Inilah Lokasi yang Mewakili Dunia Tertutup Vatikan
Conclave (2024), film yang membawa penonton ke dalam proses pemilihan paus baru, mengangkat atmosfer eksklusif dan penuh rahasia dari balik dinding Vatikan. Namun, kenyataannya, film ini tidak difilmkan di Vatikan. Lalu, bagaimana tim produksi menciptakan dunia religius yang terasa begitu otentik?
Jawabannya: Italia, Tanpa Vatikan
Karena Vatikan tidak memberikan izin syuting untuk film fiksi, tim produksi Conclave memilih sejumlah lokasi di Italia yang bisa mereplikasi kemegahan dan keheningan Vatikan. Berikut beberapa lokasi utama:
1. Cinecittà Studios (Roma)

Studio legendaris ini menjadi tempat syuting sebagian besar interior penting, termasuk rekreasi Kapel Sistina dan Domus Sanctae Marthae. Tim produksi membangun set dengan detail tinggi untuk menciptakan ilusi berada di jantung Vatikan.
2. Royal Palace of Caserta

Istana berarsitektur Barok ini berfungsi sebagai pengganti aula dan tangga-tangga besar Vatikan. Keanggunannya memperkuat nuansa agung dan formal dalam berbagai adegan konklaf.
3. Museo della Civiltà Romana & Villa Medici (Roma)

Digunakan untuk adegan luar ruangan dan pertemuan besar, dua lokasi ini memberikan latar historis yang kuat sekaligus menghadirkan keheningan khas lingkungan religius.
4. Chiesa di Santo Spirito in Sassia

Gereja tua ini digunakan untuk adegan kedatangan para kardinal, dengan arsitektur abad pertengahan yang menambah autentisitas.
Menciptakan Vatikan Tanpa Vatikan
Meskipun tidak syuting langsung di Vatikan, Edward Berger dan timnya berhasil menciptakan dunia yang terasa otentik. Dari desain kostum, pencahayaan rendah, hingga tata letak set semua dirancang untuk menggambarkan dunia yang sakral, penuh tekanan, dan penuh intrik.
Cara Nonton Conclave Sub Indo di CATCHPLAY+ Mudah dan Murah
Ingin nonton film Conclave sub indo? Salah satu pilihan terbaik adalah melalui CATCHPLAY+, platform streaming yang menawarkan fleksibilitas dan harga terjangkau!
Kenapa pilih CATCHPLAY+?
Fleksibel: Bisa langganan bulanan, atau cukup sewa satu film saja lewat fitur single rental cocok buat kamu yang cuma ingin nonton satu film tanpa komitmen!
Update Cepat: CATCHPLAY+ dikenal sebagai salah satu platform tercepat yang menghadirkan film baru dari bioskop ke layanan streaming, terutama lewat opsi single rental.
Kualitas Waktu Bersama: Jadikan momen menonton film sebagai waktu berkualitas bersama keluarga atau orang terdekat, tanpa harus keluar rumah!
Tonton Conclave sekarang juga di CATCHPLAY+. Klik di sini untuk langsung mulai nonton!







