wiseguy
by wiseguy

Sukses gaet dua Oscar 2021, Judas and the Black Messiah adalah drama berdasarkan kisah nyata yang layak ditonton. Menarik juga mencermati fakta versus fiksinya!

Konon salah satu kiat sukses agar film bisa gaet Oscar adalah bikin sebaik-baiknya biopik. Kita ingat karya klasik macam Gandhi (1982) hingga yang relatif baru macam The King’s Speech (2010), The Iron Lady (2011), Bohemian  Rhapsody dan Judy (2019). Tahun ini kisah sukses itu terulang dengan Judas and the Black Messiah, besutan Shaka King yang kini tayang di CATCHPLAY+. Film yang dibintangi Daniel Kaluuya, LaKeith Stanfield, Jesse Plemons, Dominique Fishback, Ashton Sanders hingga Martin Sheen itu, gaet dua Oscar. Satu untuk Kaluuya sebagai Aktor Pendukung Terbaik, serta Musik/Lagu Asli Terbaik.

Judas and the Black Messiah

Seberapa faktual atau fiksional film ini? Ayo kita bedah!

 

KISAH AKTIVIS HAMPTON YANG DIBUNUH INFORMAN O’NEAL

Lakeith Stanfield berperan sebagai William O'Neal, informan FBI yang menyusup ke Partai Black Panther. O'Neal adalah ‘penjahat cilik’ yang ditawari kesepakatan pembelaan untuk bekerja sebagai informan FBI. Ia mengumpulkan intelijen untuk menyelidiki ketua partai, Fred Hampton, yang diperankan Daniel Kaluuya. Tujuan FBI adalah membungkam Hampton dan Partai Black Panther.

Adegan dalam Judas and the Black Messiah

Adegan dalam Judas and the Black Messiah

Hampton, aktivis yang karismatik, lahir di Chicago, pencapaian awalnya adalah di antaranya kampanye yang sukses agar ada kolam renang non-terpisah untuk kaum muda, serta protes siswa terhadap kebijakan yang hanya izinkan perempuan kulit putih dinominasi sebagai ratu homecoming di sekolah menengah. Saat bergabung Illinois Black Panther Party, ia gaet perhatian kala menegosiasi pakta perdamaian di antara dua geng yang bersaing. Hampton punya segala yang diperlukan untuk jadi pemimpin, percaya diri dan menarik. Tapi popularitasnya memberi perhatian intens FBI dalam kehidupan pribadi dan ambisi politiknya.

 

JUDAS AND THE BLACK MESSIAH, FAKTA DAN FIKSINYA

Hal berikut mengungkap sejumlah hal terkait fakta dan fiksi film ini.

 

1. Fred Hampton dan sebagian yang tak terkisahkan dalam film

Hampton berusia 21 tahun saat ditembak mati informan FBI William O'Neal, yang mulai menyusup ke Black Panthers pada 1968 melalui pembunuhan Hampton sekitar setahun kemudian pada 4 Desember 1969. Pada 1965, Hampton mengorganisir demo karena kecewa protes tanpa kekerasan dan rapat umum 1967 yang dia selenggarakan berubah jadi kekerasan setelah polisi menembak gas air mata. Polisi dan FBI pun mulai mengawasinya.

Pada 1968, Hampton dituduh menyerang sopir truk Good Humor, mencuri es krim senilai $71, dan memberikan pada para anak sekolah secara gratis, tuduhan yang ia tolak. Musim gugur itu, Hampton dan Bobby Rush (diperankan Darrell Britt-Gibson) mengorganisir Black Panther Party cabang Chicago.

Daniel Kaluuya dan Fred Hampton

Daniel Kaluuya dan Fred Hampton

Film tak membahas detail pengadilan Hampton. Faktanya, setelah Hampton dihukum pada Mei 1969, hakim berencana menjatuhkan hukum percobaan pada Hampton, tapi malah memenjarakannya. Hampton berada di penjara dari 27 Mei 1969 hingga 13 Agustus. Ia dibebaskan dengan jaminan, tapi mahkamah agung negara bagian mempertimbangkan banding. Pada 14 Agustus, di Gereja Epiphany, ia berpidato yang direkam dalam film dan jadi bagian penting Judas and The Black Messiah. Pada 26 November, banding Hampton ditolak. Sebelum kembali ke penjara, ia ditembak mati polisi di apartemennya pada dini hari 4 Desember, seperti dalam film.

 

2. William O'Neal, karakter ‘penjahat’ yang konsisten dalam film

O’Neal memberi informasi yang digunakan untuk mengatur pembunuhan Hampton. Karakternya dalam film konsisten dengan fakta yang diketahui.

Dalam pengakuan versi O'Neal, tahun 1967, saat berusia 17-18 tahun, ia dan seorang teman mencuri mobil, mengendarainya melintasi jalur negara bagian ke Michigan, tapi menabrakkan mobil. Tiga bulan kemudian, agen FBI Roy Mitchell menghubungi O'Neal, memberitahu ia tahu O’Neal mencuri mobil  dan menawarinya menghindar tuntutan dengan bekerja sebagai informan. Versi lain berbeda: Pada 1968 petugas polisi Chicago menarik O'Neal dengan mobil curian, pada saat itu ia “dengan tenang memberi tahu polisi yang menangkap bahwa ia agen FBI, dan menunjukkan identifikasi palsu untuk membuktikannya,” yang membuatnya diserahkan ke FBI. Judas and the Black Messiah mengikuti versi kedua.

Lakeith Stanfield dan William O'Neal

Lakeith Stanfield dan William O'Neal

 

3. Deborah Johnson, karakter paling sulit dikisahkan

Deborah Johnson (Dominique Fishback) yang kini ganti nama jadi Akua Njeri, adalah karakter tersulit digambarkan. Ini karena adegan paling signifikannya cenderung saat-saat sendirian yang tak dapat diverifikasi dengan Fred Hampton.

Dominique Fishback dan Deborah Johnson

Dominique Fishback dan Deborah Johnson

 

4. Keterlibatan J. Edgar Hoover

Upaya rahasia FBI menumbangkan kelompok politik yang tak disukai, termasuk organisasi hak-hak sipil dan gerakan Black Power, sama keji dalam kehidupan nyata seperti terlihat di film. Hoover secara pribadi memerintahkan pembunuhan Hampton tak ada bukti faktual hal ini terjadi.

 

5. Roy Mitchell figur ayah bagi O’Neal

Agen FBI Roy Mitchell (Jesse Plemons) bak figur ayah bagi O'Neal, seperti terlihat di film. Roy yang asli bekerja dalam penyelidikan FBI atas pembunuhan aktivis hak-hak sipil James Chaney, Andrew Goodman, dan Michael Schwerner, seperti yang ia klaim dalam film. Ia meninggal dunia pada 2000.

Jesse Plemons dan Roy Mitchell

Jesse Plemons dan Roy Mitchell

 

6. Jimmy Palmer ditembak polisi di sebuah toko

Jimmy Palmer (Ashton Sanders) adalah anggota Black Panther yang ditembak polisi di sebuah toko. Dalam film, Palmer ditembak polisi yang lecehkan pelanggan toko makanan. Faktanya, baik Black Panthers maupun petugas polisi mengklaim pihak lain menembak lebih dulu. Siapa pun itu, hasil akhirnya satu petugas polisi dipukul di bahu dan satu lagi di kepala sementara Roberson ditembak di perut.

Ashton Sanders perankan Jimmy Palmer

Ashton Sanders perankan Jimmy Palmer

 

7. Baku tembak di Markas Black Panther

Film ini gabungkan dua insiden berbeda untuk baku tembak di markas Black Panther, terutama bentrokan 1 Agustus 1969. Dalam film, polisi berada di luar markas Black Panther yang lecehkan orang-orang di siang bolong atas penembakan Jimmy Palmer dan panggilan bala bantuan setelah melihat Judy Harmon (Dominique Thorne) mengacungkan senapan di jendela lantai dua. Faktanya, pertemuan di bulan Agustus terjadi pukul 1:30 pagi, bukan tengah hari.

 

8. Kematian Spurgeon “Jake” Winters

Jake Winters (Algee Smith), Black Panther berusia 19 tahun yang tewas dalam baku tembak dengan polisi setelah penggerebekan di markas Panther, adalah faktual, meski kematiannya tak terjadi persis seperti di film. Faktanya, pada 14 November 1969, Winters dan Black Panther lain bernama Lance Bell diduga mencoba menyergap petugas Cook County di sebuah gedung terbengkelai. Polisi tiba, dan baku tembak terjadi di mana Winters dan dua petugas polisi, Frank Rappaport dan John Gilhooly, tewas. Winters ditembak mati segera setelah mengeksekusi Rappaport yang terluka dengan tembakan di kepala, seperti dalam film.

Algee Smith dan Jake Winters

Algee Smith dan Jake Winters

 

9. Adegan terpenting pembunuhan Fred Hampton

Peristiwa 4 Desember 1969 kematian Fred Hampton dan Mark Clark adalah adegan terpenting, merupakan konflik utama upaya menutup-nutupi yang ekstensif dari Departemen Kepolisian Chicago, Negara Bagian Cook County.

Aspek utama kematian Hampton yang tak pernah terbukti yang ditampilkan sebagai fakta dalam film adalah apakah O’Neal membius Hampton malam itu. Adegan di mana dia diberitahu untuk membius Hampton adalah ekstrapolasi.

Penggerebekan itu sendiri awalnya polisi mengklaim Panthers telah menembak lebih dulu dan baku tembak panjang terjadi, di mana polisi menyerukan tiga gencatan senjata terpisah yang dipecahkan tembakan dari Panthers. Bukti balistik di apartemen menunjuk ke arah skenario seperti kita lihat di layar, di mana polisi melepas tembakan dari luar pintu, memberondong apartemen dengan peluru, dan mengeksekusi Hampton dengan dua tembakan langsung ke kepala. Deborah Johnson bersaksi mendengar petugas berkata, "Dia baik-baik saja dan sudah mati sekarang," seperti dalam film.

Judas and the Black Messiah

Film mendebarkan yang wajib tonton!

Adegan terakhir, Agen Mitchell memberi bonus pada O'Neal setelah penggerebekan, benar adanya, meski tak termasuk pompa bensin gratis. O'Neal mengelola pom bensin di Maywood, tetapi itu bukan hadiah dari FBI. Memo yang meminta otorisasi untuk bonus O'Neal jadi bukti penting hubungan FBI dan penggerebekan apartemen Hampton, karena mereka secara eksplisit mengatakan informasi O'Neal telah digunakan dalam penggerebekan dan biro menganggapnya berhasil. O’Neal akhirnya mendapat tambahan $300 untuk perannya dalam kematian Hampton.

Tonton deh film mendebarkan dan menarik ini!