wiseguy
by wiseguy

Perempuan ‘harus’ menikah, mengandung, melahirkan, dipertanyakan oleh para perempuan sendiri dalam serial ini. Di era digital dan dunia yang makin jadi supermodern apakah ‘protes’ mereka terhadap pandangan kuno, makin relevan?

Sebuah serial dari Taiwan, Mother to Bedijamin akan terasa greget di hati para cewek dan ibu-ibu yang biasa menonton drakor atau drama rumah tangga pada umumnya. Mengapa? Serial yang kini tayang streaming di CATCHPLAY+ ini terasa realistis karena berdasarkan kisah-kisah nyata keseharian para cewek.

Mother to Be

Inilah 5 alasan serial Mother To Be wajib ditonton para cewek dan layak diintip kaum cowok!

 

1. Temanya unik, berbeda dari serial pada umumnya

Drakor, serial drama cinta, atau film bertema pernikahan biasanya seru dan mencandu. Meski seru, penonton akhirnya sadar, kisahnya sering ‘too good to be true’ alias tak realistis, sangat fiksional. Tema, alur, dan karakternya hanya mungkin terjadi dalam dunia fiksi belaka. Gregetnya tak menyentuh persoalan dunia nyata seperti yang dialami dalam kehidupan penontonnya.

Pemeran utama Mother To Be, Shu-yao Kuo dan Bruce Hung

Pemeran utama Mother to Be, Shu-yao Kuo dan Bruce Hung

Mother To Be beda. Serial dari Taiwan yang artinya “Calon Ibu” ini tak hanya terasa realistis, karena berdasarkan kisah-kisah nyata keseharian para cewek, tapi juga relatable dengan kehidupan perempuan terkini. Serial ini mempertanyakan hal-hal mendasar yang dialami perempuan dan sering diabaikan banyak orang. Bahkan oleh para perempuan sendiri.

 

2. Faktual, realistis, relatable dengan persoalan terkini para cewek

Poin ini masih sangat terkait dengan poin pertama. Mother To Be didasarkan pada fakta rata-rata usia pernikahan orang modern makin bertambah. Usia subur perempuan makin matang, berbeda dengan dua-tiga dekade lalu. Mereka mengenyam pendidikan yang makin tinggi, asyik berkarier, dan pada saatnya tiba, keluarga atau lingkungan sekitar ‘menuntut’ mereka menikah. Hal berikutnya pun muncul. Apakah mereka lalu harus mengandung dan melahirkan? Apa yang terjadi jika mereka tak subur, atau pasangan mandul? Serial ini menghadirkan satu pertanyaan besar: Apakah masa depan perempuan adalah jadi seorang ibu?

Hadirkan persoalan terkini para cewek

Hadirkan persoalan terkini para cewek

 

3. Mother to Be suguhkan kisah tiga pasangan dengan problem seputar ‘kesuburan’

Serial Mother To Be memperkenalkan kita pada tiga perempuan dalam situasi berbeda, yang punya problem dengan pasangan terkait ‘kesuburan’ mereka.

Jia-Fei Kao (yang diperankan Shu-yao Kuo), konsultan di sebuah grup perusahaan, adalah perempuan optimis dan hangat. Ia juga pendiri komunitas “Mother To Be”. Jia-Fei menikah dengan Du Bo-qian, (Bruce Hung) manajer di perusahaan game terkenal. Tak lama setelah menikah, Jia-Fei Kao dengan cepat hamil, sesuatu yang ia sendiri tak siap menghadapinya. Ia merasa belum mapan, masih memikirkan kesejahteraan kedua orang tuanya, adik dan ponakannya. Mengapa ia harus hamil secepat itu? Ia bahkan mempertanyakan, apakah setelah pernikahan harus langsung punya anak?

Para pemeran wanita dalam Mother to Be

Tiga pemeran cewek Mother to Be

Perempuan kedua yang kita jumpai adalah Kuo-Shin (Esther Liu). Ia perempuan matang dengan karier sukses di perusahaan farmasi, yang sangat merindukan anak. Problemnya, ia bahkan belum punya jodoh. Ia naksir berat pria yang sudah menikah, Zhou Yongran (Umin Boya), dokter kandungan yang isterinya berada di luar negeri. Hubungan mereka jadi makin seru dan rumit saat seorang pria yang jauh lebih muda juga jatuh cinta padanya.

Hal berbeda lagi kita jumpai pada perempuan ketiga, Sun Lifang (Ning Chang), ibu rumah tangga yang punya waktu luang banyak. Meski menjadi istri dan ibu merupakan impiannya sejak masih remaja, kehamilan yang diimpikannya tak juga terwujud. Sebagai menantu mertua konglomerat, harapan suami dan tekanan mertua agar ia segera mengandung, jadi persoalan terberat baginya. Kata ‘mandul’ sangat menghantuinya, karena artinya ‘penolakan’ oleh mertuanya. Anaknya diharapkan bisa jadi penerus bisnis keluarga kaya ini. Ia pun rajin klinik kesuburan.

 

4. Memberi pandangan yang (mungkin) tak pernah terpikirkan

Dengan plot dan alur sememikat ini, Mother To Be mengajak penontonnya merenungi diri mereka sendiri. Bahwa pernikahan dan konsekuensainya di era kini bukan hal mudah. Seperti, apakah ‘nilai’ seorang perempuan hanya ditentukan apa yang ada dalam perutnya? Pernikahan bukanlah demi mempunyai anak semata. Persoalan jadi rumit, karena mempunyai anak bukan hal mudah. Seorang anak adalah sebuah kehidupan.

Pemeran Mother to Be, Ning Chang dan Chris Lee

Pemeran Mother to Be, Ning Chang dan Chris Lee

 

5. Penuh pesan berharga yang layak direnungkan…

Jika kamu cewek, lewat serial ini, kamu akan sadar ada teknologi yang disebut pembekuan sel telur. Inilah teknologi yang bisa satu-satunya jadi ‘obat penyesalan,’ di dunia yang tak akan membuatmu menyesal mengapa tak mengandung saat berusia muda. Dan saat-saat tersulit di dunia ini? Saat menunggu hasil tes kehamilan! (Meski itu hanya berlangsung beberapa menit saja).

Lalu apa pesan penting bagi para cowok? Seorang perempuan, begitu ia berjanji untuk bersedia bersamamu sepanjang hidupnya, artinya ia mempertaruhkan semua kebahagiaan hidupnya padamu.

Nah, nonton deh serial ini. Serunya beda, kan?

Adegan dalam Mother to Be