wiseguy
by wiseguy

Meski masih muda, yang mengalir dalam tubuhnya bak darah kental sineas berpengalaman. Besutannya baru tiga, tapi semua matang penuh selera. Kepada Damien Chazelle, Hollywood selalu berharap.

Percayalah, tiada bosan jika kita ngobrolin sosok satu ini. Ia muda -- 18 Januari lalu ia baru 34 tahun -- tapi semua besutannya mencengangkan. Karenanya ia selalu dekat dengan panggung kemenangan. Ya, pada Damien Chazelle, Hollywood sungguh berharap banyak!

Sesaat sebelum artikel ini tayang, BAFTA 2019 yang digelar di London, Inggris, baru saja umumkan pemenangnya. Di ajang ini, besutan terbarunya First Man gaet nominasi di tujuh kategori, meski belum satu pun lolos. Tapi, BAFTA berselera sangat Eropa, bukan? Kita kini berharap-harap cemas akankah film ini menuai Oscar 2019, yang lebih berselera global?

First Man

First Man yang kini ditayangkan secara streaming di CATCHPLAY, dibintangi Ryan Gosling, Claire Foy, juga Jason Clarke, dijagokan dalam empat kategori pada ajang yang akan digelar 24 Februari nanti. Film ini unggul untuk Production Design, Sound Editing, Sound Mixing dan Visual Effects. Maka, ia yang sebelumnya lekat dengan La La Land dipuji “lakukan lompatan besar, dari City of Stars akhirnya mendarat ke bulan". Maklum, La La Land boyong enam Oscar, di antaranya mengantarkan dirinya sebagai Sutradara Terbaik dan Aktris Terbaik bagi Emma Stone. Orang mengira ia yang suka musik dan film musikal, akhirnya menggarap biopik Neil Armstrong, astronot pertama yang secara dramatis dan mendebarkan mendaratkan kakinya di bulan.    

Jadi, mari bicarakan Damien Chazelle. Yang filmnya baru tiga. Tapi semua mahakarya. Karenanya, Hollywood selalu berharap karya-karyanya!

  

Damien Chazelle, Sineas Muda yang Ciptakan Sejarah

Damien Chazelle yang amat lekat dengan Oscar 2017 lewat La La Land, menorehkan catatan sejarah amat manis bagi Hollywood. Di balik gemerlap pencapaian yang bikin kagum sineas mana pun, sejarah baru diciptakan Chazelle. Di usia 32 tahun lebih satu bulan saat itu, ia jadi pemenang termuda dalam kategorinya, kalahkan Norman Taurog yang lama bertengger dalam catatan sejarah Hollywood. Taurog diketahui berusia 32 tahun lebih 260 hari saat raih kategori yang sama lewat Skippy (1931). Damien lebih dari sekadar Sutradara Terbaik 2017. Ia keajaiban!

La La Land

Dari mana semua itu bermula? Ia memulai dengan debut penulisan dan penyutradaraan lewat musikal Guy and Madeline on a Park Bench (2009), yang merupakan tugas akhir kuliahnya di Visual and Environmental Studies di Harvard University. Di proyek kedua, ia menggebrak dengan menulis sekaligus menyutradarai Whiplash (2014). Asal tahu saja, proyek ini berasal dari film pendek. Sayangnya, saat itu tak seorang pun di Hollywood tertarik. Film pendek itu menemukan hokinya di Festival Film Sundance 2013, dan studio Lionsgate mau memberinya modal produksi.

Whiplash

Maka, siapa pun menolaknya berakhir dengan menyesalinya. Whiplash yang dibintangi Miles Teller dan J.K. Simmons, gaet pernghargaan dari berbagai festival, plus tiga Oscar 2014. Selain Aktor Pendukung Terbaik bagi J.K. Simmons, film ini juga gaet Terbaik untuk Film Editing dan Sound Mixing. Film ini juga bikin seyum para petinggi Lionsgate. Pasalnya, film tentang anak muda penggebuk drum, anggota konservatori musik yang dimentori guru amat disiplin dan kejam itu, hanya beranggaran $3,3 juta. Dan raup pendapatan hingga $14 juta!

 

Damien Chazelle, setelah Oscar demi Oscar…

Meski baru tiga film, yang semuanya menuai Oscar (bayangkan berapa nominasi dan penghargaan yang ia gaet dari banyak festival macam Golden Globes, Critics’ Choice Movie Awards, BAFTA, … dan seterusnya!), apa yang membuatnya bisa menggenggam segala keajaiban sinema macam itu?  

Chazelle adalah contoh nyata kesadaran akan pentingnya pendidikan. Ia dibesarkan di Princeton, New Jersey, di mana, meski Katolik, ia bersekolah di sekolah Ibrani selama empat tahun karena ketakpuasan ortunya pada sekolah lokal lainnya. Ayahnya, Bernard Chazelle, asli Prancis, adalah profesor ilmu komputer di Universitas Princeton. Ibunya, Celia, berdarah Inggris-Kanada, adalah dosen sejarah di The College of New Jersey. Ia punya saudara perempuan, Anna, seorang aktris. Tapi, darah seni mungkin berasal dari  kakek dari garis ibunya yang lahir di Inggris, John Martin, yang putra aktris panggung Eileen Earle.

Jadi karena latar belakang semua itu? Mungkin ini jawabnya: Karena film, dan membuat film, adalah cinta pertama dan kegairahan terbesarnya! Sejak kecil terobsesi dengan dengan musik. Ia bekerja sebagai penggebuk drum kelompok musik jazz, sebelum film jadi jalan hidupnya. “Ada banyak musisi dalam hidupku, tapi film hadir pertama di hatiku. Itu kegairahan pertamaku,” ungkapnya.

Lalu, apa film yang mungkin akan jadi kejutan berikutnya? Anak ajaib di Hollywood ini belum banyak kasih kabar. Yang  jelas, sebuah miniseri TV, The Eddy, sedang ia garap; juga proyek TV bekerja sama dengan Apple.

Mau tahu pengakuan jujurnya tentang segala hal yang gemerlap dalam pekerjaan dan kariernya? Silakan terkejut. Begini dia bilang. “Sesungguhnya, aku menghadapi acara screening dan segala seremoni penghargaan dengan sangat buruk….” Astaga.

Yang belum nonton First ManLa La Land, juga Whiplash, buruan. Oscar 2019 tak lama lagi digelar. Menonton besutan sineas yang selalu bercinta dengan Oscar satu ini, adalah pemanasan paling pas!