ayu
by ayu

Dalam setahun belakangan ini,  kisah-kisah tentang perempuan banyak diangkat ke layar lebar, dari Lady Bird, Three Billboards, hingga The Beguiled. Semuanya berkualitas, jadi bahan pembicaraan, bahkan diganjar penghargaan. Meski begitu, kalau mau dibandingkan porsi film tentang perempuan masih kalah dengan film laki-laki, dan ini bukan cerita baru. 

Konon, film dengan karakter utama laki-laki mencapai sekitar 70% dari total film yang diproduksi setiap tahun. Ini pula yang dianggap sebagai salah satu alasan kenapa aktris dibayar lebih rendah dari aktor. Tapi, kali ini kita tak ingin membahas tentang isu gender yang satu itu, melainkan film-film tentang perempuan yang memorable dan wajib tonton. Saatnya, rayakan!

Sejak perempuan mulai "digdaya" di seluloid, sudah pasti ada ribuan film tentang perempuan yang bermutu, bahkan ikonik. Joan of Arc misalnya, pahlawan perempuan Perancis ini entah sudah berapa kali difilmkan, dari versi Ingrid Bregman hingga Milla Jovovich. Perempuan-perempuan perkasa lain macam Pocahontas, tokoh dongeng Cinderella, hingga superhero Wonder Woman silih berganti hadir tiap tahunnya. Juga kisah-kisah menyayat dari dunia lain macam garapan Yimou ZhangDa hong deng long gao gao gua (1991) yang mengisahkan kehidupan pernikahan seorang istrei ke-empat laki-laki kaya di China tahun 1920-an, atau Mustang (2015) yang mengisahkan pernikahan paksa remaja putri di Turki.

Tapi, apapun kisahnya, ini saatnya rayakan!!!

LITTLE WOMEN (1994)

Novel karya  termasuk karya klasik Louise May Alcott  yang menceritakan keluarga March, beranggotakan lima anak perempuan dan seorang ibu -- lantaran sang ayah dikirim ke meda perang. Versi tahun 1994 yang dibintangi Winona Ryder, Susan Sarandon, Samantha Mathis, Claire Danes dan Kirsten Dunst ini bukan yang pertama kali diangkat ke layar lebar. Puluhan tahun sebelumnya sudah ada beberapa versi film berseting Amerika paska perang saudara (setelah tahun 1862) ini.

Louise May Alcott  bisa jadi mendahului masanya saat menulis. Lima perempuan keluarga jauh dari gambaran keluarga kuno, termasuk sang ibu yang berpandangan maju dan diperankan dengan sangat bagus oleh Susan Sarandon, tak perlu heran bila kelima putrinya punya mimpi, kuat dan mandiri. Ini yang membuat Little Women ikonik, belum lagi sisterhood yang ditampilkan di film ini punya arti sangat dalam. 

The Iron Lady (2011)

The Iron Lady

Meryl Streep kembali mendapatkan Oscar ke tiganya lewat perannya sebagai Margareth Thatcher dalam The Iron Lady , sebuah biopik yang intens dan intim tentang sang perdana menteri, lengkap dengan kekuasaan dan pengaruhnya di abad 20. Kehidupan pribadi dan karir politiknya dikisahkan secara flashback oleh Margareth Thatcher tua. 

Streep yang secara fisik tak mirip sang perdana mentri, sukses memberi napas sang Iron Lady dalam karakternya. Meski tentu saja di rumah, saat menjelang tutup usia, ia hanyalah seorang nenek dementia yang rindu suami, anak dan cucunya. Tapi kita barangkali tak akan lupa, di saat jaya, perempuan ini memimpin Inggris dengan perkasa. "It's time to get up! It's time go to work! It's time to put the great back into Great Britain!"

ERIN BROKOVICH (2000)

"Don't make me beg. If it doesn't work out, fire me... But don't make me beg!" Ini salah satu kalimat yang membuat Julia Roberts meraih Oscar pertamanya lewat besutan Steven Soderbergh ini. Roberts memerankan 'pengacara jalanan' Erin Brokovich yang ulet, pantang menyarah, meski kadang bermulut kasar. Brokovich ini adalah karakter nyata, ia ibu tunggal yang tak punya pekerjaan, sampai akhirnya tanpa sengaja ia dapat 'pekerjaan' di sebuah firma hukum, sebagai ganti rugi saat mobilnya rusak ditabrak sang bos firma.

Dengan baju murahan dan tanpak tidak edukatif, awalnya Brokovich jadi bahan cemoohan. Namun perempuan cerdas ini membuktikan kalau dirinya bukan sembarangan, saat ia melawan perusahaan raksasa Pacific Gas & Electric Company yang mencemari lingkungan, bahkan membuat banyak orang sakit dan meninggal. 

Roberts bermain 'all-out' di sini. Ini peran terbaiknya, dan ia memerankannya dengan sempurna. 

The Lady (2011)

The Lady

The Lady adalah film biografi Aung San Suu Kyi, pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian 1991, ketika menjadi pemimpin gerakan demokrasi Burma dan hubungan dengan suaminya, penulis Michael Aris. Pada 1947 di usia 2 tahun, ayahnya, Aung San memimpin kemerdekaan Burma bersama teman-temannya dibunuh kelompok bersenjata. Ketika dewasa, ia pindah ke Inggris dan memiliki keluarga bahagia. Ketika mengunjungi ibunya pada 1988, ia sadar perubahan politik diperlukan di tanah airnya. Ia pun memimpin gerakan reformasi. 

Besutan Luc Besson ini menampilan bintang asal Malaysia Michelle Yeoh sebagai sang lady. 

Testament of youth (2014)

Testament of youth

Dalam Testament of youth, pemenang Oscar Alicia Vikander berperan sebagai Vera Brittain, yang memoarnya diadaptasi menjadi film ini. Ketika pecah perang pada 1914, Vera perempuan muda yang tegar dan berpikiran maju, memperjuangkan wilayahnya di Oxford, tempat ia bertemu si tampan Roland. Mereka pun segera saling bertukar puisi dan berjuang demi cinta mereka. Semua tampak hebat, kecuali ada perang di Eropa dan lelaki yang ia kenal ada dalam daftar. Sayangnya, semua orang kalah. Kejutannya bukan pada nasib mereka, tetapi bagaimana Vera menanggapinya. Ia berhenti memperjuangkan universitas dan mengejar mimpinya menjadi penulis, demi bisa merawat para korban peperangan.

FRIDA (2002)

"Careful, guys. This corpse is still breathing. Try to get me there in one piece," begitu pembukaan kalimat, sekaligus adegan film Frida, yang mengangkat hidup pelukis legendaris Meksiko, Frida Kahlo. Kalimat tadi seolah jadi pembukaan sempurna untuk Frida yang sepanjang hidupnya kelewat sering dirundung sakit. Saat remaja, sebuah kecelakaan membuatnya nyaris lumpuh -- meski saat terbaring lama di atas tempat tidur inilah, Frida lantas menemukan bakatnya: melukis. 

Namun, sisa kecelakaan itu juga yang membuatnya tak pernah bisa melahirkan dan terus menerus sakit hingga akhir hayatnya. Meski begitu, hidup perempuan cerdas dan panas ini begitu bewarna, ia menikah dengan pelukis mural legendaris, Diego Rivera, berteman dengan seniman-seniman dunia, difoto untuk cover Vogue Paris (sesuatu yang sangat langka di tahun 1940-an, majalah 'bule' menampilkan perempuan 'etnis' lain), hingga affair dengan penulis besar Rusia, Leon Trotsky.

Salma Hayek lewat film ini membuktikan dirinya bukan cuma aktris cantik-seksi-bahenol, tapi juga bisa berakting bagus dan serius. Casts lainnya, dari Alfred Molina, Mia Maestro, Antonio Banderas, Ashley Judd hingga Geoffrey Rush juga bermain cemerlang. Frida, sungguh tak boleh dilupakan. 

THE PIANO (1993)

Berseting New Zealand tahun 1850-an, The Piano adalah sebuah kisah yang unik, bila tak bisa dibilang epik. Dengan sinematografi dan pemandangan yang indah, dan akting menawan Holly Hunter, Harvey Keitel, Sam Neill, dan debutan luar biasa Anna Paquin yang memberinya Oscar. 

Ada, seorang janda dengan seorang putri yang masih bocah, Flora, dikirim dari negara asalnya, Skotllandia ke pedalaman New Zealand untuk menemui calon suaminya, Stewart. Selain Flora, ia hanya ditemani piano kesayangannya, yang sialnya malah dijual Stewart ke tetangganya, Gorge, laki-laki kulit putih yang sudah lama hidup dengan penduduk lokal. Demi piano itu, Ada lantas menawari Gorge berlatih piano... Dan tak ada yang menyangka, apa yang terjadi selanjutnya. 

The Piano adalah kisah tentang hati dan prinsip seorang perempuan. Dan Ada, perempuan mungil ini, bukan 'makhluk' biasa, ia tak mau membuka mulutnya, sebagai protes pada pernikahannya yang terpaksa, maka tak jarang Flora jadi penyambung lidah sang bunda. Ini pula yang membuat besutan Jane Campion tampil beda, tak terlupakan dan powerful. Sangat powerful bahkan.

COLOR PURPLE (1984)

Diangkat dari novel terkenal karya Alice Walker, The Color Purple adalah salah satu masterpiece Steven Spielberg yang 'tenggelam' di antara karya-karyanya yang lebih laris. Mengisahkan Cellie Johnson, perempuan berkulit hitam di awal tahun 1900-an yang nasibnya sungguh malang. Di usia 14, ia diperkosa ayahnya sendiri, sebelum diberikan kepada laki-laki kejam yang memperistrinya. 

Kisah hidup menyedihkan Cellie ditampilkan secara sekuen lewat surat-surat yang ia tulis kepada adiknya. Surat-surat yang berisi curahan hatinya inilah yang membuatnya tetap waras di antara drama hidupnya yang tak kunjung reda. 

Dinominasikan 11 Oscar di tahun 1985 dan tak memenangkan satu piala pun! Konon, ini sempat membuat Spielberg berang. Namun tetap, The Color Purple adalah kisah klasik perempuan yang relevan sampai kapan pun, selain yang juga menampilkan betapa cemerlangnya Whoopi Goldberg dan Oprah Winfrey berakting. 

Haute Cuisine (2012)

Haute Cuisine

Berdasarkan kisah nyata Danièle Delpeuch, Haute Cuisine adalah drama komedi disutradarai Christian Vincent dan dibintangi César Award winner Catherine Frot (Marguerite). Film ini bercerita tentang seorang koki wanita terkenal, ditunjuk presiden Perancis sebagai juru masak pribadi di Élysée Palace. Keaslian masakannya menggoda sang presiden, tapi koridor istana ternyata penuh dengan intrik tak terduga. Ini biopik yang berbeda, indah, mengharukan dan menggambarkan bagaimana peran seorang perempuan di balik sedapnya beragam masakan.

Whiskey Tango Foxtrot (2016)

Whiskey Tango Foxtrot

Berdasarkan riwayat hidup Kim Barker, wartawan perang ditugaskan ke Afganistan. Film dramedi yang dibintangi Tina FeyMargot Robbie, Martin Freeman dan Billy Bob Thornton. Tak puas dengan media Amerika, Kim (Fey) pergi ke Timur Tengah. Dengan bantuan rekan-rekan wartawan dan seorang juru kamera, Kim beradaptasi dengan kehidupan berbahaya dan budaya Islam. Menghadapi serangan Taliban, para wartawan perang mencoba bertahan hidup dan mengerti pentingnya pekerjaan mereka. 

MILLION DOLLAR BABY (2004)

Memenangkan 4 Oscar, termasuk sebuah untuk Hilary Swank yang bermain menyakinkan dan penuh emosi, garapan Clint Eastwood ini adalah kisah lanagka seorang perempuan di dunia laki-laki yang keras, dan sialnya juga dunia lain yang kejam: keluarganya sendiri. 

Swank memerankan Maggie Fitzgerald, waitress miskin yang yakin dengan kemampuannya untuk jadi petinju. Ia lantas mengumpulkan uang untuk ikut berlatih di sasana milik mantan petinju tua, Frankie Dunn (Eastwood). Sial, Dunn malas melatihnya, ia beralasan tak melatih perempuan -- padahal faktanya ia punya masalah: anak perempuannya sendiri yang begitu ia rindukan tak pernah pulang, bahkan tak pernah membalas surat-suratnya. Namun, sobat Dunn, yang juga penjaga sasana, Eddie Scarp-Iron Dupris (Morgan Freeman) menerima sang waitress dengan tangan terbuka, dan perlahan Dunn pun berubah. Di luar dugaan, cewek petinju ini malah jadi juara andalan. Hubungan Dunn dan Fiitzgerald pun bak ayah dan anak. 

Million Dollar Baby bukan drama tinju biasa, ini kisah menyentuh tentang manusia dan hubungan mereka dengan keluarga, sekaligus salah satu karya terbaik Eastwood sebagai sutradara.

THELMA & LOUISE (1991)

Garapan Ridley Scott ini, sempat dianggap sebagai kebangkitan film dengan karakter perempuan cerdas, panas, beringas, setelah Alien (1979) yang menampilkan perkasanya Sigourney Weaver

Thelma (Geena Davis), seorang istri yang patuh, sangat ingin ikut sahabatnya, Louise (Susan Sarandon) menghabiskan liburan berdua ke kota lain. Ia pun lantas nekad 'kabur' dan berpetualang bak perempuan singel. Tak ada yang menyangka, saat berhenti di sebuah kota, Thelma yang lugu malah nyaris diperkosa, dan Louise mencoba membela sahabatnya itu dengan menembak sang pemerkosa. Akibatnya, kini mereka malah jadi buronan, termasuk suami Thelma yang  juga memburu istrinya yang minggat itu. 

Davis dan Sarandon bermain sangat bagus, bahkan boleh dibilang sempurna. Keduanya bukan hanya mendapat nominasi di mana-mana, tapi juga mendadak dinobatkan sebagai perempuan terpanas oleh media-media pria. Dan Brad Pitt, yang bermain tak begitu banyak sebagai 'kekasih sesaat' Thelma, mendadak membetot perhatian perempuan dan para sutradara.

Pintar, seksi, sarkas, jujur, panas, Thelma and Louise adalah film perempuan yang sangat harus ditonton, bahkan dikoleksi!