Gagasan Ari Aster, pembesut ‘Midsommar,’ ternyata amat liar dan mengejutkan. Seberapa mirip festival musim panas di Swedia itu dibanding filmnya? Ini fakta horornya!
Ari Aster, sutradara yang sukses bikin Hereditary sebagai horor terbaik 2018, setahun kemudian, 2019, suguhkan film kontroversial tak kalah mengejutkan, Midsommar. Inilah tontonan yang suguhkan tradisi eksotis, rasa ingin tahu, dan kengerian, yang terjadi di siang bolong terang-benderang. Film ini tak hanya mengalami sensor keras di banyak negara, bahkan harus mengalami penundaan tayang beberapa minggu seperti terjadi di Indonesia.
Kini tayang streaming di CATCHPLAY+, apa istimewanya Midsommar? Jika film ini berlatar festival musim panas di sebuah desa kecil di Swedia dan jadi pembicaraan dunia, seperti tradisi aslinya? Yang sudah nonton, cermati ulang. Yang belum, ah jangan ketinggalan kereta!, simak yang berikut! Ada bonus di akhir artikel loch!
Seberapa memukau Midsommar?
Film ini mengajak penonton pelan-pelan masuk ke sebuah desa Swedia terpencil, dengan plot lembut pada awalnya, yang meningkat ketegangannya. Midsommar kisahkan Dani (Florence Pugh) yang hubungannya bermasalah dengan sang pacar, Christian (Jack Reynor), plus para teman kuliah pascasarjana dan pemandu lokal Pelle (Vilhelm Blomgren). Mereka mengunjungi satu komune kecil di desa Hårga, Hälsingland, Swedia, untuk rayakan festival titik balik matahari musim panas selama sembilan hari. Festival langka ini secara tradisi berlangsung tiap 90 tahun sekali.
Mereka mendekati peristiwa budaya ini dari sudut pandang antropologis, tradisi kuno yang makin diikuti makin menyeramkan. Logika mereka tak mampu memahaminya. Dalam satu adegan mengerikan, dua orang tua (ya, tua, sudah kakek-kakek) mengambil bagian dalam ritual bunuh diri. Para tamu ngeri, tetapi bagi penduduk lokal, itu upacara indah!
Tapi kengerian itu ternyata baru kejutan awal, sebelum hal-hal luar biasa berikutnya menyusul. Penonton dijamin melonggo dicekam horor tak berkesudahan.
Tradisi di Hårga, antara Film dan Faktanya
Midsommar yang dipuji para kritikus dan penonton, secara sukses menenggelamkan penontonnya ke desa yang indah sekaligus aneh. Inilah pandangan penulis Po Tidholm, yang menulis buku tentang tradisi Swedia, dikaitkan dengan film ini.
1. Tradisi ringan dan bahagia!
Swedia kini negara yang sepenuhnya modern dan urban. Tapi pertengahan musim panas adalah hari libur, di mana Swedia terhubung kembali dengan warisan dan tradisi agraria. Banyak warga Swedia memulai liburan sekitar pertengahan musim panas, meninggalkan kota untuk menghabiskan waktu di pondok atau rumah musim panas. Inilah saat perayaan dengan sajian ikan haring, minum aquavit, dan begadang. Sebuah tradisi yang ringan dan bahagia.
2. Saat kaum muda berpesta
Secara historis, perayaan tengah musim panas diadakan untuk menyambut musim panas dan musim kesuburan. Di beberapa daerah orang berpakaian seperti 'pria hijau', berpakaian pakis. Mereka mendekorasi rumah dan peralatan pertanian dengan dedaunan, mengangkat tiang-tiang tinggi yang rimbun untuk menari-nari, yang diawali sekitar tahun 1500-an. Masa ini juga saat kaum muda berpesta. Baru pada 1900-an, ini jadi festival paling tradisional di Swedia. Menurut Po Tidholm, “Tak ada tradisi kuno yang menyeramkan seperti Midsommar.” Tentang upacara pengurbanan dengan bunuh diri? Kata penulis ini, "Setahu saya, tak pernah ada pengorbanan di pertengahan musim panas. Bahkan di zaman kuno pun."
3. Hubungan intim dan ramuan cinta itu…
Klimaks besar film ini melibatkan ritual kelompok seks, yang digerakkan oleh apa yang disebut ‘ramuan cinta.’ Di awal film, seorang perempuan muda lokal mengarahkan pandangannya pada Christian. Saat makan malam, ia menemukan rambut organ vital yang dipanggang di pai sebagai semacam mantra cinta. Meski ini bukan tradisi nyata terkait festival, menurut Po Tidholm, “Saya menemukan bukti pai rambut kemaluan menjadi mantra, yang ada dari zaman Abad Pertengahan.”
4. Bukan bagian ‘resmi’ dari perayaan…
Film berakhir dengan Christian melakukan hubungan intim dengan perempuan muda lokal di depan sekelompok perempuan yang bernyanyi tanpa mengenakan pakaian. Dalam Midsommar, ini dibenarkan demi menghindari terlalu banyak inses di komunitas yang anggotanya sedikit itu. Ini bukan tradisi kuno yang dikaitkan dengan festival. Tapi, seperti kata sang penulis, "Karena orang mabuk pada pertengahan musim panas, mereka juga cenderung berhubungan intim dengan orang-orang yang seharusnya tak berhubungan seks," kata Tidholm.
Trivia lain tak kalah menarik!
Ø Meski dalam film dikisahkan latar tempatnya di Swedia, sebagian besar gambar dilakukan di Hongaria.
Ø Mark yang digambarkan fobia dengan kutu, sesungguhnya didasarkan pada ketakutan Ari Aster sesungguhnya. Seperti Mark, Aster juga mengenakan dua pasang kaus kaki di balik celana jinsnya. Agar tak digigit serangga.
Ø Sebagian besar dialog Swedia yang dituturkan oleh penduduk asli Hårga memang sengaja tak diberi terjemahan, demi menciptakan ‘rasa isolasi’ bagi penonton, terutama pengunjung asing.
Ø William Jackson Harper adalah satu-satunya aktor Amerika dalam film ini. Jack Reynor, meski lahir di Colorado, adalah orang Irlandia, Florence Pugh adalah orang Inggris, dan Will Poulter adalah orang Inggris. Semua aktor pendukung lain adalah asli Swedia, Inggris, atau Hongaria.
KABAR GEMBIRA! Sambil menanti pergantian tahun, enaknya ngapain ya. Bagaimana kalau nonton film di CATCHPLAY+. Bukan hanya gratis, tapi juga berhadiah ngopi di Starbucks…
Hi guys. Musim libur begini, ada program menarik di CATCHPLAY+. Antara 20 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020, kamu bisa nonton film secara gratis dengan judul yang berbeda setiap harinya. Nggak hanya itu, ternyata berhadiah voucher ngopi di Starbucks untuk 20 orang, masing-masing nilainya Rp 100.000.
So, apa aja sih filmnya? Salah satunya ada Midsommar. Simak deh daftar filmnya. Jangan sampai kelewatan ya… Makin banyak nonton, makin banyak kesempatan menang. Dan ingat, setiap film hanya bisa ditonton selama 24 jam.
*) Kode promo bisa dimasukkan di laman pembayaran dan bisa ditukar/redeem melalui PC, mobile web browser, android app.