Salah satu “Chris” terpanas saat ini: Muda, ganteng, populer, membintangi film-film laris bak mesin uang. “The hot dude” dari trilogi Star Trek, siapa lagi kalau bukan Chris Pine
Ada satu masa, sekitar tahun 1980-an, Hollywood mengenal “The Kevins” alias empat aktor dengan nama depan “Kevin.” Mereka tak saja populer, bermain di proyek blockbuster maupun film-film yang menggaet banyak penghargaan dan pujian kritikus, tapi juga memiliki banyak penggemar. Anda tentu mengenal nama-nama mereka: Kevin Spacey (American Beauty), Kevin Costner (Dances with Wolves), Kevin Kline (A Fish Called Wanda), dan Kevin Bacon (Footloose; Apollo 13).
Tampaknya, siklus itu kini kembali berulang pada “Chris,” dengan julukan “The Hottest Chris' in Hollywood.” Lagi-lagi, kini juga berjumlah empat orang. Salah satu, atau dua, atau bahkan semuanya, tentu sangat familiar bagi Anda.
Mereka adalah Chris Pratt (Guardians of the Galaxy ; Jurassic World ), Chris Hemsworth (Thor ; In the Heart of the Sea ; Rush), Chris Evans (The Avengers ; The Iceman ; Before We Go ; dan tiga seri Captain America hingga tahun ini). Dan tentu saja, satu lagi, Chris Pine!
Sebelum trilogi Star Trek, Pine dikenal lewat drama komedi ikonik bersama Lindsay Lohan dalam Just My Luck; dan bersama Anne Hathaway dalam Princess Diaries 2. Dan kemudian, di antara rangkaian seri Star Trek, ia menyempatkan diri berperan dalam komedi laga dengan lawan main peraih Oscar Reese Witherspoon, This Means War.
Ia memulai kariernya lewat seri televisi, pada 2003, dalam salah satu episode ER; pada tahun yang sama ia tampil dalam episode The Guardian dan CSI: Miami.
Sejak itu, sejumlah tawaran ia gaet, baik untuk produksi televisi, film pendek maupun layar lebar; di antaranya pada 2005, ia tampil dalam seri televisi Six Feet Under, serta Confession, sebuah film indie yang langsung dirilis dalam format video.
Sebuah produksi film seringkali bisa begitu rumit, penuh pertimbangan, termasuk mengharuskan bongkar-pasang para calon pemerannya. Menolak, dan ditolak, menjadi hal biasa bagi Pine. Sebuah tawaran untuk bermain dalam White Jazz pada 2007 terpaksa ia tolak, demi menerima peran yang di kemudian hari meroketkan namanya: Peran sebagai James T. Kirk dalam Star Trek. Ia pernah mengikuti audisi untuk peran Jake Sulley dalam Avatar (2009) tapi dikalahkan Sam Worthington, sesuatu yang di kemudian hari disebut Pine sebagai "audisi terburuk yang pernah aku lakukan.” Pada 2011, ia dirumorkan akan bermain dalam Green Lantern, meski peran itu akhirnya jatuh pada Ryan Reynolds
The Hollywood Reporter menyebut Pine sebagai salah satu aktor muda yang “berusaha keras – dan dipaksa” masuk dalam daftar aktor baru "A-List". Ini tentu semacam pujian, sekaligus kritik atas akting Pine selama ini. Apalagi, ia memiliki bekal yang cukup untuk menjadi aktor besar kini, dan nanti.
Ayahnya, Robert Pine, adalah aktor yang berperan dalam seri televisi CHiPs sebagai Sergeant Joseph Getraer. Ibunya, Gwynne Gilford, mantan aktris yang kini menjadi psikoterapis. Pine sendiri lulusan Sastra Inggris dari University of California, Berkeley pada 2002. Setelah lulus, ia berkuliah lagi di American Conservatory Theater di San Francisco.
Usaha kerasnya mencoba berbagai peran, tampaknya tak pernah sia-sia. Setidaknya, pada 14 Juli lalu, ia menerima nominasi Emmy Award pertamanya untuk kategori "Outstanding Character Voice-Over Performance" atas perannya dalam seri televisi SuperMansion.
“Satu hal yang kau miliki adalah perspektif. Kau mungkin sukar mengendalikan situasi, tapi kau bisa memilih bagaiman kau memandang sebuah masalah,” katanya suatu ketika. “Aku percaya ungkapan ‘bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.’ Itu yang aku jalani!”
Chris Pine, dengan kerja keras, bahkan kearifannya, memang membuktikan sesuatu. Ia memiliki catatan tersendiri di Hollywood: Di usia 28, ia menjadi aktor termuda yang menjadi pemain utama dalam film atau seri Star Trek. Kemudaannya bahkan membuat ia juga aktor utama pertama yang lahir ketika film dan seri Star Trek sudah begitu terkenal di seluruh dunia.