Saat The Intouchables dibikin versi Hollywood-nya, banyak orang merasa ‘ngeri’ itu akan gagal. Untunglah, The Upside melegakan banyak orang! Inilah Prancis versus Amerika!
Konon banyak penggila film ‘ngeri-ngeri sedap’ saat terbetik rencana daur ulang film Prancis The Intouchables. Maklum, sejumlah film hebat Eropa bikin penggila film kecewa setelah dibikin kembali versi Hollywood-nya. Apalagi The Intouchables (atau aslinya Intouchables, dirilis pada 2011) adalah mutiara sinema yang di situs IMDB berskor penonton 8.5. Film ini tercatat sebagai film paling sukses di Jerman pada 2012, tahun yang sama Skyfall, Ice Age: Continental Drift dan The Twilight Saga: Breaking Dawn juga ditayangkan di bioskop. Sebuah film Prancis paling sukses di Jerman dalam sejarah sinema!
Lalu, siapa berani bikin remake besutan Olivier Nakache dan Éric Toledano, sebuah biopik yang diperani François Cluzet, Omar Sy, Anne Le Ny itu? The Intouchables kisahkan seorang aristokrat setelah menjadi lumpuh gara-gara kecelakaan paralayang dan mempekerjakan pria muda berkulit hitam untuk menjadi perawatnya.
Sutradara pemberani itu adalah Neil Burger, yang pernah membesut Interview with The Assassins (2002), The Illusionist (2006), Limitless (2011), dan Divergent (2014). Sang sutradara kemudian menggaet Bryan Cranston untuk berperan sebagai si pria lumpuh, aktor yang pernah jadi peran utama dalam Trumbo (2015) yang penuh pujian itu, dan film peraih tiga Oscar, Argo (2012). Kevin Hart berkiprah di Grudge Match (2013), Ride Along (2014) dan Central Intelligent (2016) dan sukses menghibur di panggung-panggung hiburan Las Vegas. Nicole Kidman? Ah, semua tahu film apa saja yang telah diperani mantan isteri Tom Cruise itu!
Hasilnya? Meski tak seluar biasa aslinya, The Upside lumayan disambut hangat kritikus dan penonton.
Lalu, apa persamaan dan perbedaan The Upside dan The Intouchables? Ya, inilah Prancis versus Amerika!
Antara perbedaan kecil dan besar
Biopik drama komedi ini sama-sama tentang ‘persahabatan yang mustahil’ antara Phillip, seorang pebisnis yang lumpuh, dan Dell, kriminal yang dihukum sebagai pekerja sosial, yang bekerja sebagai perawatnya.
Secara keseluruhan, The Upside menunjukkan perbedaan lokasi baru dan banyak detail. Earth, Wind & Fire ditampilkan dalam film aslinya, sedangkan Aretha Franklin menjadi referensi Amerika. Mobil mewah Italia yang dikendarai Dell adalah Ferrari di New York tetapi Maserati di Paris. Asisten pribadi Phillip versi Prancis adalah perempuan pecinta sesamanya. Tapi tidak demikian dalam The Upside. Anak lelaki Dell adalah sepupu dalam versi Prancis, yang juga menampilkan lebih banyak karakter dalam peran pendukung.
Perbedaan menyoloknya adalah saat Dell mencukur jenggot Phillip. Sebelum memberinya alat cukur bersih, ia memaksa Philip dan ‘merancang’ aneka kumis berbeda. Dalam versi Prancis, adegan kumis Hitler adalah bagian terbaiknya. Dalam versi Amerika, rangkaian adegan ‘bermain-main’ ini terlalu singkat ditampilkan. Padahal, sutradara aslinya ingin menunjukkan ‘sifat diktator’ dan ini menjadi tak tersimbolkan. Maka lelucon Hitler pun menjadi tak tersampaikan.
Tapi, sebuah adegan yang tak begitu berasa di versi Prancis-nya, jadi bagian paling menggelikan di versi Amerika-nya. Itu adalah momen paling lucu, saat Dell menolak untuk mengganti kateter Philipp. Ini tentang lelucon penis, he he he…
Yang seiring dan senada…
Apa pun perbedaannya, baik bagaimana para karakter ditampilkan serta latar tempat dan budayanya, kedua film bikin kita sebagai penonton memahami bahwa pengalaman disabilitas adalah menyakitkan: Kejang-kejang, infeksi, suasana hati penuh kebencian, depresi bunuh diri, jatuh, muntah. Oh. Mereka memang butuh bantuan dan pemahaman, bukan belas kasihan…
Jika kamu ingin melihat kisah pria aristokrat yang kini berubah menjadi pebisnis Amerika Serikat, tontonlah The Upside yang memukau ini, yang kini ditayangkan secara streaming di CATCHPLAY. Sebuah film tentang kehidupan di atas kursi roda yang dijamin membuatmu sedih, gembira, bersyukur, juga bersimpati, pada saat yang sama. Sebuah film yang pas ditonton bersama keluarga selagi bulan puasa masih tersisa. Atau menontonnya ramai-ramai nanti, saat berkumpul pada Hari Lebaran? Lebih pas banget tuh!