Disney-Pixar guncang dunia lewat Coco. Pemecah rekor box office di Meksiko sepanjang sejarah, melibas aturan sensor di Cina, film animasi ini diyakini jadi Animasi Terbaik di Oscar 2018. Seseru apa sih?
Setelah menempuh jalan berliku, Pixar, anak perusahaan Disney, akhirnya merilis Coco pada 21 November lalu di Amerika, tepat pada liburan Thanksgiving, saat anak-anak bisa nonton film ini. Coco pun sukses menggeser Justice League! Tiga minggu sebelum di Amerika, film ini dirilis di Meksiko, negeri asal cerita animasi ini.
Lewat Coco, Pixar secara brilian mengubah hujatan jadi sanjungan setinggi langit. Apa pasal? Pada 2010, studio animasi ini merilis Toy Story 3, film box office dunia, dipuji banyak kritikus, dan gaet Animasi Terbaik di ajang Oscar. Sayangnya, film itu menyinggung hari libur di Meksiko yang disebut “Dia de los Muertos” alias “Day of the Dead”, yang salah menafsirkannya jadi semacam perayaan Halloween. Saat itu publik Meksiko mengecam dan mengancam boikot Pixar dan sang sutradara, Lee Unkrich, yang dianggap mengolok-olok budaya dan tradisi negeri kelahiran Salma Hayek dan Gael García Bernal itu.
Lee Unkrich yang terobsesi kisah hari libur di Meksiko itu kemudian menggarapnya semacam sempalannya selama bertahun-tahun, tanpa tahu judulnya musti apa, karena “Dia de los Muertos” atau “Day of the Dead” tak boleh digunakan. Setelah menjuduli Coco, besutan ini terbukti jadi sebuah keajaiban baru.
Coco langsung jadi terlaris sepanjang masa di Meksiko, raup penghasilan fantastis $71 juta pada lima hari pertama liburan anak sekolah di negeri Paman Sam, dan “bandel” di Cina, karena ini kali pertama sebuah film meruntuhkan aturan ketat negeri itu. Sebuah aturan di negeri Tirai Bambu menyebut, tak boleh ada cerita “kehidupan pasca-kematian” atau kisah tengkorak hidup yang ditujukan bagi anak-anak. Berkat lobi kuat petinggi Disney dan rayuan maut Hollywood, aturan itu diperkecualikan bagi Coco. Hingga artikel ini ditulis, Coco menempati puncak box office dengan perolehan $32.7 pada minggu ke tiga kalahkan Paddington 2 besutan kolaborasi StudioCanal, ACE dan Amazon dengan $14.5 juta.
Dinominasikan oleh banyak festival menjelang Oscar 2018 dan telah dinobatkan sebagai Animasi Terbaik di ajang Hollywood Film Awards, National Board of Review 2017, juga New York Film Critics Circle Awards, San Francisco Film Critics Circle, dan Boston Society of Film Critics, Coco juga disanjung media. CNN.com menyebut “lebih hebat dan berbeda” dari Toy Story dan Up, dua film besutan Pixar sebelumnya. Affinitymagazine.
Sepenuhnya didukung para pemeran Meksiko
Coco mengisahkan Miguel Rivera, bocah 12 tahun yang mengejar ambisi musiknya meski tak disetujui keluarga. Melalui pengalaman metafisika tak terduga, ia terdampar di negeri tengkorak saat hari libur khas Meksiko Dia de los Muertos. Setelah mendapat restu nenek moyangnya, bocah ini pulang dengan bahagia ke “negeri orang-orang hidup.”
Menurut CNN.com, “Dia de los Muertos” bukanlah Halloween, dan keduanya hari libur yang amat berbeda. Hari libur di Meksiko ini jatuh pada 1 November, yang tak diasosiasikan dengan sesuatu yang seram dan menakutkan. Mereka yang merayakan liburan itu percaya, arwah orang-orang yang telah meninggal akan mengunjungi keluarga pada 1 November, diikuti arwah kerabat lainnya 2 November. Keluarga Meksiko sering membuat altar, dilengkapi foto dan hadiah kecil agar mereka yang sedang “pulang kampung” itu merasa nyaman di rumah.
Lewat Coco, Pixar bak kembali ke “akarnya” dengan mengangkat lagi tema yang bikin mereka dicintai jutaan penggemar di seluruh dunia: mengejar mimpi dan mengenang orang-orang yang dicintai. Lee Unkrich kali ini bekerja sama dengan Adrian Molina dalam penyutradaraan, dan didukung sepenuhnya pengisi suara aktris dan aktris asal Meksiko.
Pengisi suara Miguel adalah Anthony Gonzalez, remaja 13 tahun yang mengaku memiliki kesamaan dengan karakter yang diperani: Ia juga bermimpi jadi musisi! “Miguel dan aku punya semangat sama dalam musik; kami juga sadar pentingnya keluarga,” tuturnya. Namun, ada satu perbedaan besar di antara mereka: Anthony didukung penuh keluarganya untuk meraih mimpinya. “Aku bersyukur pada Tuhan yang menganugerahiku orangtua luar biasa,” tambahnya.
Pengisi suara lain adalah aktor peraih Golden Globe, Gael García Bernal, yang terkenal lewat Amores Perros (2000), Y Tu Mamá También (2001), dan belakangan seri TV Mozart in the Jungle. Sementara Benjamin Bratt, pemeran El Macho dalam Despicable Me 2, kali ini memerani Ernesto de la Cruz, penyanyi terkenal yang dikagumi Miguel.
Meski jalan ceritanya mungkin sedikit membingungkan bagi penonton anak-anak, Coco membuat segalanya indah hingga akhir cerita. Seperti Frozen (2013), Coco mengusung banyak lagu indah, apalagi kedua film ini dibesut tim yang sama. Karakter Miguel dibangun dengan semangat dan rasa percaya diri seperti Elsa atau jagoan Pixar lainnya.
Pixar sempat dianggap tak sukses dengan The Good Dinosaur (2015) dan Cars 3 yang dirilis tahun ini. Coco dianggap kembali menempatkan studio animasi itu sebagai penghasil mahakarya animasi. Jalan menuju Oscar 2018 sebagai Animasi Terbaik tak diragukan lagi.
Tiga kata untuk film ini: Nonton, nonton, nonton!